Pesan Superior General pada Pesta Hati Maria 2023

Para saudara terkasih,

Novena yang dikirim oleh Dewan General untuk permenungan Hati Maria tahun ini berjudul “Hati Maria dan Hidup dalam sinodalitas“. Sebagai putra-putra Hati Tak Bernoda Maria, kita menemukan inspirasi, persaudaraan, dan bantuan dalam Bunda kita untuk menempuh jalan komunio, partisipasi, dan misi gerejani ini.

Saya mengundang saudara sekalian untuk merenungkan Maria yang, bersama Yusuf, berjalan bersama Yesus pada ziarah pertamanya ke Yerusalem ketika dia beranjak remaja (bdk. Luk 2:42-52). Selama bagian pertama perjalanan, mereka berjalan dengan sukacita sebagai satu keluarga naik ke Gunung Suci untuk merayakan Paskah. Sebaliknya, perjalanan pulang ditempuh dengan amat sedih karena mereka tidak menemukan Yesus di tengah para peziarah lainnya. Kegembiraan bertemu dengan putranya berubah menjadi kebingungan karena tanggapanNya. Mereka gagal memahami pesan Yesus, yang sedang berbicara tentang [unsur] keputraan yang berpusat pada identitasNya dan fokus pada seluruh pengabdianNya. Sungguh mengejutkan bahwa penginjil mengakhiri ceritanya dengan mengatakan: “IbuNya menyimpan semua itu di dalam hatinya” (ayat 51).

Pada Kapitel Umum yang terakhir, kita menyadari bahwa impian Allah bagi kita adalah agar kita menjadi “Kongregasi peziarah, berakar dalam Kristus…” (QC 44) Seperti halnya Keluarga Kudus, peziarahan kita terjalin dengan suka, duka, dan kebingungan; kita juga kerapkali kesulitan untuk memahami pesan Yesus yang sepenuhnya selaras dengan gaya dan rencanaNya. Di koridor ini, kita berisiko terjebak dalam pusaran emosi atau kebingungan, [jika] tanpa melangkah (atau berpikir) lebih jauh. Sebagai putra-putra Hati Maria, kita dipanggil untuk hidup di kedalaman batin kita, merenungkan peristiwa-peristiwa kehidupan dalam doa, dan membiarkan diri kita diterangi oleh kebaruan Injil, yang membebaskan kita, menyelaraskan kita dan mengutus kita ke dalam sebuah misi.

Teks Kitab Suci yang sedang kita renungkan adalah salah satu teks yang paling memengaruhi Bapa Pendiri kita ketika dia masih belajar di Seminari Vic; dia merasakan panggilan Tuhan untuk meninggalkan negerinya dan mewartakan Injil sebagai seorang misionaris. Ketika kita merenungkan Sabda di dalam hati kita, seperti Maria dan Claret, kita pasti mengalami kekuatan transformatifnya, yang mengguncang kita dari segala keterikatan duniawi dan mengirim kita untuk mewartakannya dengan penuh semangat ke seluruh dunia. “Kita bermimpi bersama Claret dari sebuah Kongregasi yang, mengikuti teladan Maria, menyimpan di dalam hatinya, memenuhi dan mewartakan Sabda Allah ” (QC 51).

Dalam keramahan Maria, kita menemukan gaya khas untuk peziarahan kita di sepanjang jalan sinodalitas. Kita dipanggil untuk memperkaya komunio dan misi Gereja dengan semangat misionaris Hati Maria kita. Untuk itu, kita berupaya membangun komunitas persaudaraan yang hidup dalam keramahtamahan, kedekatan, dan pelayanan. Dari persaudaraan yang tinggal di rumah kita ini, kita dapat menawarkan kepada dunia kita, yang begitu terluka oleh kemiskinan, ketidakadilan, dan perang, kata-kata dan gerak tubuh (baca: tindakan) yang memaklumkan sukacita Injil, menjalin ikatan persahabatan, dan memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah.

Selamat merayakan Pesta Hati Tak Bernoda Maria!

Salam,

(ttd)

P. Matthew Vattamattam, CMF

Superior General

Roma, 17 Juni 2023

Pesan Superior Jenderal pada Pesta St. Antonius Maria Claret 2022

Para saudaraku terkasih:

Semoga kita sekalian merayakan pesta Bapa Pendiri dengan penuh sukacita!

Sejak Kapitel Umum XXVI, kita telah menggunakan istilah “mimpi” untuk merujuk pada design (rancangan) Allah bagi Kongregasi kita saat ini dalam kesetiaan pada karisma Bapa Pendiri kita. Kapitel provinsi dan pertemuan-pertemuan yang diadakan setelah Kapitel Umum membuat “mimpi” itu menjadi milik mereka dan mengundang komunitas-komunitas dan anggota-anggota Kongregasi untuk melihat diri mereka sendiri dan kerasulan mereka dari sudut pandang Allah. Saya, juga dipanggil untuk bertanya diri perihal apa yang menjadi mimpi Tuhan bagi superior jenderal.

Bahkan sebelum pandemi global cukup bisa dikendalikan, baik umat manusia dan bumi, rumah kita bersama, kembali terluka oleh wabah perang dan ketidakstabilan politik global, yang menunjukkan kerapuhan koeksistensi manusia dan kemampuan kita untuk memecahankan masalah bersama. Sekali lagi, menjadi jelas akan betapa pentingnya bagi manusia untuk belajar melakukan perjalanan bersama di planet ini, secara sinodal memahami Mimpi Tuhan bagi dunia.

Kita perlu mempelajari suatu seni yang memiliki tempat terindah dalam hati Bapa Pendiri kita, yang banyak membantunya untuk mewujudkan impian Tuhan, yakni seni menenun. Claret mempelajari seni menenun dari bisnis keluarganya (lih. Auto 31). Yang dia pelajari itu bukan hanya soal keterampilan fisik, tetapi juga seni relasional dan spiritual yang akan banyak membantunya untuk hidup sebagai seorang misionaris apostolik. Claret mampu merajut hubungan yang penuh kasih karunia dengan teman, rekan kerja, atasan, dan bawahannya. Maka, tidak heranlah jika ke mana pun dia pergi, dia menciptakan jaringan relasional untuk melayani pewartaan Injil. Kita tahu bagaimana dia merawat kakeknya ketika dia masih kecil (bdk. Auto 19), bagaimana dia berempati dengan para pekerja mesin tekstil (bdk. Auto 33-34), dan bagaimana dia memupuk hubungan persahabatan dan persekutuan hidup yang langgeng dengan begitu banyak orang sepanjang tahun hidupnya (lih. Auto 60-61). Deskripsinya tentang komunitas di Kuba menggambarkan jalinan hubungan yang ia kembangkan sebagai uskup misionaris (lih. Auto 606-613). Autobiografinya adalah narasi tentang kehidupan seorang misionaris yang terjalin bersama dengan begitu banyak jiwa besar sebagai jaringan relasi penginjilan di masa sulit Gereja di Spanyol dan Kuba.

Kredibilitas kehidupan pribadi kita dan keefektifan komunitas dan pelayanan kita di tingkat lokal, provinsi dan global, sangat bergantung pada kemampuan kita menjalin hubungan kita dengan Tuhan dan sesama yang lain serta bagaimana kita menyatukan sumber daya dan bakat kita untuk membawa/meneruskan misi yang dipercayakan. Penawar untuk banyak penyakit yang menimpa para penginjil saat ini (seperti klerikalisme, individualisme, dan keduniawian) adalah memberdayakan hubungan dalam komunitas dan dalam pelayanan. Bayangkan, betapa banyak kehidupan terpancar dari komunitas misionaris ketika para anggotanya mampu menjalin hubungan dan mengubah perbedaan menjadi kekayaan, konflik menjadi momen pertumbuhan, dan menghargai karunia satu sama lain! Salah satu kemampuan utama yang harus kita pelajari dari Bapa Pendiri kita adalah menjalin hubungan yang membangun komunitas misionaris, tim dan dewan pastoral dan pendidikan, dan jaringan yang mempromosikan “transformasi dunia menurut rencana Allah” (lih. QC 43).

Pada kesempatan ini, saya mengundang kita sekalian untuk merenungkan dengan saksama dimensi kehidupan Bapa Pendiri kita selama pesta ini sehingga kita dapat merajut jalinan hubungan kongregasional dan dapat memberikan kesaksian akan kasih Tuhan. Pada hari raya ini, marilah kita menjadikan doa Claret sebagai milik kita sendiri:

Oh Allahku dan Bapaku, semoga aku mengenal-Mu dan membuat Engkau dikenal; mencintai-Mu dan membuat Engkau dicintai; melayani-Mu dan membuat Engkau dilayani; memuji-Mu dan membuat Engkau dipuji oleh semua makhluk.

Selamat berpesta!

P. Mathew Vattamattam, CMF

Superior General

24 Oktober 2022


Teks Bahasa Indonesia ini diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris (The Message of The Superior General on The Feast of St. Anthony Mary Claret 2022) dengan teks pembanding versi Bahasa Spanyol (Mensaje del Superior General en la Fiesta de San Antonio María Claret 2022)

Kapitel Umum XXVI: Intensitas, Perasaan dan Harapan

Nemi, Italia. 11 September 2021. Kapitel Umum Kongregasi XXVI telah berada di pengujung hari. Meskipun Injil yang direnungkan diambil dari injil Markus, namun hari ini memiliki nada dan gaya injil Yohanes yang sangat kuat: para bapa kapitel mengalami banyak hal, jika saja harus dijelaskan semuanya di sini?

Hari ini sangat padat. Sebelum matahari terbit, sejumlah bapa kapitel mengambil bagian dalam adorasi, yang dipercayakan kepada provinsi St. James. Beberapa waktu sebelumnya, sekelompok bapa kapitel pergi ke laboratorium untuk menjalani tes covid untuk kepentingan perjalanan.

Dalam suasana doa, para bapa kapitel membaca dan merenungkan bersama kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam pertemuan dua hari yang lalu. Banyak hati yang tersentuh dan sekaligus tergugah, hal inilah yang menggambarkan situasi kami pagi ini sebelum sarapan.

Perasaan ketergugahan itu kembali terasa di aula ketika, selesai membaca serta merenungkan daftar pengarahan yang akan disampaikan Kapitel kepada konggregasi, hampir tiga puluh bapa kapitel mengungkapkan kesan bahwa teks yang dihasilkan mengungkapkan kegembiraan dari perjalanan yang dilakukan oleh para mayor superior dan dewan general di Talagante (Chili) pada Januari 2020.

Dalam keheningan doa, para bapa kapitel menerima berita duka yakni kematian misionaris Len Brown, dari Provinsi AS-Kanada, yang juga kehilangan tiga anggotanya dalam beberapa minggu terakhir. Baik di pagi hari maupun di sore hari, para bapa Kapitel dengan penuh kasih mengenang dalam doa-doa mereka semua para misionaris lanjut usia dan mereka yang sakit. Juga pada saat yang sama dengan cara yang unik, P. Joseph Jeyaseelan, superior mayor organisme St. Joseph Vaz (Sri Lanka), satu-satunya capitular yang karena pandemic tidak bepergian ke Italia, menyapa rekan-rekannya para bapa kapitular lainnya. Beliau berpartisipasi secara online di semua dinamika Kapitel.

Kata yang senantiasa diulang di siang hari ini adalah “terima kasih”. Di setiap waktu dan dengan berbagai cara para bapa kapitel mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, yang berpuncak dalam perayaan Ekaristi di malam hari yang dipimpin oleh Kardinal Aquilino Bocos. Terima kasih, di atas segalanya, kepada Tuhan, Bapa kami, yang telah merestui terselenggarnya Kapitel dalam suasana sukacita dan persaudaraan di tengah masa pandemi, ketika begitu banyak orang menderita dan tidak dapat melakukan perjalanan. Terima kasih juga kepada dewan general Kongregasi, yang telah bekerja tanpa lelah untuk menyelenggarakan kapitel ini dengan kepercayaan yang total kepada Tuhan. Terima kasih kepada ratusan orang yang, melalui doa, partisipasi mereka dalam dialog persiapan sebelum kapitel yang memungkinkan terselenggarnya kapitel ini. terkhusus bagi semua Claretian non-kapitular yang terlibat, dari Fr. Paulson Veliyanoor. mereka yang bekerja dalam penerjemahan, pekerjaan kesekretariatan, dan bagian logistic. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga diungkapkan kepada Sr. Jolanta Kafka, RMI, Superior Jenderal Suster-suster Misionaris Claretian, yang menemani kami (meski banyak tugasnya) selama seluruh perjalanan kapitel ini.

Sejarah akan memungkinkan kita untuk mengetahui resolusi kapitel, yang memperkuat disposisi Kongregasi untuk hidup lebih dan lebih “maju”, tanpa memisahkan kontemplasi dan pelayanan, adorasi dan kesaksian, dan untuk menghayati sukacita Injil. kapitel juga menghabiskan beberapa jam untuk memikirkan bagaimana membagikan ini kepada para konfrater, bagaimana menghidupinya di setiap tempat, bagaimana menjadikannya sebuah perjalanan dengan ribuan orang yang menyertai Kongregasi di seluruh dunia.

Homili Kardinal Bocos dan sambutan penutup oleh Fr. Mathew Vattamattam juga kaya akan makna dan disambut meriah oleh tepuk tangan anggota kapitel. Tuhan telah melakukan pekerjaan besar terhadap kami, dan kami bersukacita. Kard. Aquilino Bocos mengungkapkan bahwa Claret meninggal lebih dari satu setengah abad yang lalu, tetapi semangatnya masih hidup saat ini di dalam dunia dan di dalam Gereja.

Kapitel, yang dibuka dengan memohon perlindungan Hati Maria yang Tak Bernoda, tertinggal satu hari lagi. Nyanyian Magnificat, versi misionaris Luis Elizalde mengiringi tindakan khusyuk dari penandatanganan dokumen. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Erik, Rinto & Bady)

Kapitel Umum XXVI: Hari-hari terakhir Kapitel

Nemi, Italia. 10 September 2021. Setelah kunjungan kemarin menemui Paus Fransiskus, perjalanan capitular menuju pada tujuan akhir. Di ujung perjalanan akhir ini, kami memiliki tamu yang istimewa, yakni saudara kita, Kardinal Aquilino Bocos, yang juga menghadiri sesi hari ini sebagai pendengar. Ia menghormati kami dengan kehadirannya yang baik, bijaksana dan akrab. Terima kasih, Pater Aquilino, karena berada di Nemi untuk menemani kami pada hari-hari terakhir ini!

Ada suasana yang tidak biasa di antara para capitular hari ini. Di satu sisi, ada kesadaran hidup sebagai orang pertama yang menjadi momen penting dalam sejarah Kongregasi. Kami semua sepakat tentang perlunya mempertahankan ketegangan kreatif sampai saat-saat terakhir. Di lain pihak, tidak dapat disangkal bahwa kerja keras bulan ini berarti usaha tambahan bagi para anggota Kapitel. Hari ini rasa lelah lebih terasa dibandingkan hari-hari sebelumnya. Menyadari semuanya ini, Pastor Jenderal, dalam sesi pertama pagi itu, mengundang kami untuk menjaga semangat kami hingga saat-saat terakhir dan untuk berpartisipasi dengan tanggung jawab dalam tahap terakhir ini.

Dinamika yang direncanakan dan rutinitas kapitel kami dilaksanakan secara maksimal: kami awali hari dengan doa pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus dan Ekaristi, yang mana hari ini dipimpin oleh provinsi-provinsi di India; dan ada empat sesi di aula kapitel; saat-saat keakraban dan persaudaraan; doa penutup dari pekerjaan bersama; dan, akhirnya, pekerjaan komisi dilanjutkan setelah makan malam.

Untungnya, kami dapat membahas semua komitmen dalam agenda sesi Jumat ini. Perdebatan itu sesuai dengan nama masing-masing, mengungkapkan pluralitas Kongregasi dan harmoni besar yang kita bagi dalam masalah-masalah mendasar. Dapat dikatakan, tidak perlu takut yang berlebihan bahwa para kapitular telah hidup sesuai dengan namanya.

Masih banyak agenda yang perlu dibahas dan besok juga akan menjadi hari kerja yang intens, yang akan meninggalkan kita, antara lain, kronik terakhir dalam Kapitel Umum XXVI ini. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Karol, Arman & Siko)

Kapitel Umum XXVI: Para Penyembah dan saksi Penuh Sukacita Dalam Bahtera Gereja

Nemi, Italia. 9 September 2021. Kapitel hanya tinggal beberapa hari tersisa tetapi komunitas kita tidak kehilangan semangat bekerja sama dan semangat yang datang dari Tuhan. Hal ini diungkapkan dalam nyanyian pembuka dalam Ekaristi, yang ditanggung oleh saudara-saudara kita dari Kolombia-Venezuela. Kami sungguh mengalaminya sepanjang hari. Hari ini pun telah menjadi kesempatan untuk bersukacita di dalam Tuhan, Dia yang telah menyambut kita ke dalam perahu-Nya dan bersama-Nya memanggil orang lain untuk melayani Kerajaan-Nya.

Pagi itu pandangan kami tertuju pada Basilika St. Petrus di Vatikan, di mana audiensi dengan Paus Fransiskus menunggu kami, kami berhenti sejenak sebelum meninggalkan Nemi di atrium Gereja St. Yohanes Pembaptis. Pada kesempatan yang sama kami semua juga dipanggil untuk mengambil foto kelompok resmi dari Kapitel Umum XXVI ini. Sesampainya di Roma, seperti banyak peziarah dari seluruh belahan dunia, kami berjalan di sepanjang jalan della Conciliazione (Avenue of Conciliation) ke Lapangan Santo Petrus. Sebagian dari kami baru pertama kali menyeberangi Pintu Perunggu yang terkenal dan Halaman St. Damasus untuk memasuki Istana Apostolik. Di sana kami bertemu saudara kita Card. Aquilino Bocos Merino, CMF, dan beberapa Claretian lainnya dari komunitas Roma.

Kami menunggu Paus Fransiskus memasuki aula pada tengah hari. Kardinal Aquilino Bocos dan Pater Mathew Vattamattam, yang terakhir mengucapkan terima kasih kepada Bapa Suci atas kedekatan dan dukugannya, mengingat kebaikan dan pesannya kepada kita di kapitel Umum sebelumnya, jalan transformasi yang dilewati Kongregasi selama periode enam tahun ini, terutama tantangan dan kesempatan yang dapat membawa kita sampai pada saat ini. Paus memulai dengan mengucapkan selamat dan mendorong Superior Jenderal yang baru dan anggota Dewannya dalam tugas yang dipercayakan kepada mereka. Paus juga menyampaikan sambutan dengan penuh kasih untuk saudari kita Jolanta Kafka, RMI, yang ia sebut sebagai seorang wanita yang pandai berbicara beberapa bahasa, terutama kedekatannya dengan Tuhan. Dia kemudian melanjutkan untuk mengundang kita dalam berbagai cara untuk menenun relasi yang mendalam dengan Tuhan untuk menjadi misionaris yang berani, tidak membiarkan diri mereka berkecil hati baik menghadapi tantangan zaman. “Anda harus berakar pada Yesus,” kata Paus, melalui “kehidupan doa dan kontemplasi, menuntun mereka untuk berani mengatakan seperti Ayub: ‘Aku mengenalmu hanya dengan desas-desus, tetapi sekarang mataku telah melihatmu’.” Melalui hidup yang kudus dan suci yang dibentuk dalam semangat doa dan adorasi.

Paus Fransiskus juga menyinggung tentang pola Misionaris dan mengutip beberapa bagian dari Konstitusi kita Secara khusus, Dia mengundang kita untuk membiarkan diri kita dibakar oleh kasih ilahi untuk mengobarkan semua orang yang kita jumpai dalam misi kita, sehingga menjadi orang-orang yang penuh dengan harapan, tidak takut melalui kekuatan rohani yang mereka miliki: “Betapa indahnya ketika seorang wanita atau pria yang dikuduskan merasa rapuh, Karena dia merasa perlu meminta bantuan. Jangan takut akan hal itu. Takutlah, jika jatuh ke dalam “kekeringan spiritual” dan keduniawian rohani,’ kata Bapa Suci.

Akhirnya, Paus memberi kita tiga nasihat untuk melaksanakan tugas misionaris dalam gaya Yesus: kedekatan, kasih sayang, dan kelembutan. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah seperti bangsa Israel dan tugas mereka yakni membimbing setiap orang yang diutus dalam misinya. Dalam nada yang sama, dan menampilkan kebijaksanaan dan spontanitasnya, Fransiskus menyimpulkan bahwa: “Jangan kehilangan selera humor Anda, tolong; Tertawa di komunitas, membuat lelucon. Rasa humor adalah rahmat sukacita dan sukacita adalah dimensi kekudusan.

Ungkapan Paus ini diikuti dengan saling jabatan tangan di antara kami sebagai tanda bahwa kita memiliki sukacita bersamanya. Melalui kita, dorongan dan kehangatan-Nya mencapai seluruh Kongregasi dan semua orang yang berziarah dan menemani kita dalam pewartaan Injil. Gema sukacita dirasakan di antara kami saat kami menikmati makanan luar ruangan sederhana di taman Kuria Umum, mereka menyambut kami dengan persaudaraan yang hangat. Dengan rasa terima kasih yang sangat besar, kita memohon kepada Tuhan agar semua yang telah kita terima hari ini dapat diejawantahkan ke dalam buah-buah dari perbuatan baik, agar Allah dapat menganugarahkan Paus Fransiskus semua yang ia harapkan untuk kita dan Putra-Putra Hati Maria yang Tak Bernoda dapat terus berjuang dengan sukacita di perahu Gereja. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Theo, Ado & Nus)

“Perjalanan dimulai dengan berlangkah”

Nemi, Italia, 8 September 2021. Hari ini, 8 September, Pesta Kelahiran Bunda Maria, para anggota delegasi dari India, Sri Lanka, dan St. Charles Lwanga Afrika Timur, memimpin Ekaristi. Dalam homili, digarisbawahi protagonis St Yosef, yang beserah diri dalam ketaatan total pada panggilan Tuhan. Dalam Firman yang dia dengar dalam mimpinya, Joseph menemukan energi untuk keluar dari kebingungannya. Ketaatannya menguatkan dan memungkinkan dia untuk pergi ke pinggiran di mana Tuhan biasanya memimpin orang-orang yang dipilih, sehingga mereka dapat memperoleh visi yang lebih luas.

Kemudian, di Aula kapitel, Pater Joseph Jeyaseelan, Delegatus dari St. Joseph Vaz (Sri Lanka), satu-satunya capitular yang tidak dapat hadir di Nemi, membacakan teks magnificat secara daring. Dengan demikian, hari kami dibingkai antara “fiat” Maria dan tanggapan yang mendukung dan setia dari Yusuf. Dalam kedua kisah panggilan itu, jelas sebuah pola yang sudah ditemukan dalam ayat-ayat pertama Alkitab (Kej 1:1-3), dalam kisah penciptaan. Pertama ada kekacauan, dimana Roh Allah digerakkan, kemudian Firman yang kreatif diucapkan dan segera semuanya digenapi dalam ketaatan. Buahnya adalah ciptaan yang indah.

Setelah risalah hari sebelumnya disetujui, kami menghabiskan sebagian besar pagi hari dalam kerja kelompok. Awalnya, dimotivasi oleh sharing inisiatif solidaritas dari provinsi Bangalore (Mother’s Meal), dialog berpusat pada tiga pertanyaan terkait dengan masa pandemi yang kita hadapi: bagaimana pandemi mempengaruhi saya secara pribadi; bagaimana hal itu terus mempengaruhi diri saya; apa tanggapan kita sebagai Kongregasi? Di bagian kedua pagi ini, pembahasan berfokus pada dua masalah yang terkait langsung dengan pembahasan sesudahnya: usulan konkret apa yang dapat kita buat untuk meneruskan isi kapitel kepada anggota organisme kita masing-masing; dan unsur-unsur organisasional dan metodologis Kapitel apa yang dapat diterapkan pada kehidupan dan pertemuan provinsi atau delegasi?

Sore harinya, komisi mempresentasikan hasil kerjanya: 39 komitmen yang berasal dari 7 desain, dijabarkan dalam kelompok. Setelah beberapa saat membaca secara pribadi, kami memulai pekerjaan untuk meninjau, menyetujui, dan memberikan suara pada 5 komitmen dari desain pertama impian kapitel. Dialog yang sangat kaya dan menggugah pikiran. Kami membuat kemajuan yang baik dalam elaborasi dokumen akhir, tetapi masih ada pekerjaan yang harus dilakukan dalam beberapa hari mendatang.

Besok, Kamis, kami akan melakukan perjalanan ke Vatikan untuk menghadiri audiensi dengan Paus Fransiskus. Pertemuan akan dilaksanakan pada pukul 12.00 siang. Kami semua yang akan berangkat bebas dari covid, karena telah dinyatakan negatif dalam tes antigen yang kami lakukan. Bagi banyak kapitular, ini adalah tes keempat sejak 14 Agustus, hari pertama Kapitel dimulai. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Andre, Tan, & Isto)