Kursus Teologi Komunitas Seminari Hati Maria

Lasiana, Kupang. Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) kembali mengadakan kursus untuk para frater. Kali ini, materi kursusnya adalah membahas tokoh-tokoh seputar teologi. Dalam kursus yang diadakan pada 12-13 Januari 2023 di Aula SHM itu, komunitas membahas dua tokoh penting abad ini, yakni Joseph Alois Ratzinger dan Jon Sobrino.

Kedua teolog ini dibahas oleh para teologan tingkat V dan VI komunitas SHM. Teolog Joseph Ratzinger dibahas oleh Frs. Jondry Siki, Tony Wea dan Edward Ghabo, CMFF, sedangkan teolog Jon Sobrino dibahas oleh Frs. Ebith Lonek, Vicente Siki, dan Mario Putra, CMFF.

Dalam pembahasan mengenai Joseph Ratzinger atau yang dikenal sebagai Paus Benediktus XVI, para frater mempresentasikan biografi hidup dan beberapa pokok pikiran dari Paus asal Jerman ini. Sebagai seorang penjaga pintu iman, Joseph Ratzinger sangat berpegang teguh pada prinsip untuk menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani. Untuk itulah maka, sebelum menjabat sebagai paus, Joseph Ratzinger terpilih sebagai pemimpin Kongregasi untuk Ajaran Iman dan mendapat julukan sebagai “Anjing Pelacak”.

Salah satu hal menarik dari sosok Joseph Ratzinger yang barus saja berpulang kepada Allah Bapa di surga pada 31 Desember 2022 ini adalah selain sebagai seorang pekerja keras yang tekun menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, beliau juga terkenal sebagai seorang yang menyukai keheningan. Gaya hidup inilah yang mengantar Joseph Ratzinger untuk mengambil nama ‘Benediktus’ sebagai nama regnal-nya. Santo Benediktus inilah yang terkenal dengan semboyan “Ora et Labora”.

Para teologan juga mempresentasikan sosok teolog lain, yakni Jon Sobrino. Kristolog kelahiran Basque, Spanyol, ini merupakan seorang pemikir teologi pembebasan yang sangat menaruh perhatiannya pada realitas hidup orang El Salvador. Jon Sobrino sendiri terkenal dengan pemikirannya tentang orang-orang yang tersalib (el pueblo crucificado).

Teologi pembebasan menjadi salah satu gerakan paling signifikan dalam teologi Kristen. Selama beberapa dekade, teologi pembebasan mendominasi cakrawala intelektual para teolog di Universitas dan Seminari di seluruh dunia. Teologi pembebasan muncul di Amerika Latin, di mana pengalaman penindasan, kemiskinan, kerentanan atau marginalisasi memicu refleksi berkelanjutan pada tradisi kristen. Perhatian terhadap kesejahteraan dan keselamatan manusia (the salvation and human well-being) dan misi Gereja untuk memerdekakan manusia merangkul para teolog untuk mengejawantakan komitmen praktis-teologis kekristenan.

Dalam presentasi, para teologan menuturkan bahwa alur pikiran teologis Jon Sobrino berangkat dari realitas penindasan yang dialami oleh orang-orang El Salvador. Dari situasi tersebut, Sobrino lalu menggunakan teks Hamba Yahwe yang menderita yang tertera dalam Kitab Yesaya. Sobrino juga menghubungkan Hamba Yahwe sebagai sosok Yesus Kristus. Alur berpikir inilah yang kemudian melahirkan pernyataan bahwa masyarakat El Salvador sebagai masyarakat tersalib.

Para teologan juga mengatakan Sobrino juga menggunakan teks Matius 25 tentang penghakiman terakhir. Teks tersebut kemudian yang menjadi inspirasi bagi Sobrino untuk mengatakan bahwa di luar orang miskin tidak ada keselamatan. Para teologan berpesan bahwa teologi pembebasan memungkinkan kita untuk menaruh perhatian pada dunia yang penuh penderitaan, kemiskinan, tragedi dan ketidakadilan. Sebab pada hakekatnya, kita hadir untuk orang miskin dan turut membantu mereka keluar dari penderitaan dan menggapai keselamatan. (Laporan Ecko Setiawan, CMF)

Pertemuan dan Evaluasi Akhir Tahun Komunitas Seminari Hati Maria

Lasiana, Kupang. Sebelum menutup kalender tahun 2022, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) mengadakan pertemuan dan evaluasi akhir tahun, pada Kamis (29/12/2022), bertempat di aula SHM. Tujuan dari pertemuan dan evaluasi ini adalah untuk melihat kembali semua kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk melihat kekurangan dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan, dan untuk menjadi momentum membangun komitmen baru di masa mendatang.

Pertemuan dan evaluasi komunitas SHM dibuka dengan sebuah rekoleksi mini yang dibawakan oleh P. Kristoforus Landur, CMF. Terinspirasi dari teks 2 Kor 5:11-21, P. Kristo, CMF membagikan tiga kata kunci yang menjadi bahan permenungannya yakni anugerah, meninggalkan, dan belas kasih.

Dari tiga kata kunci itu, P. Kristo, CMF mengajak komunitas untuk menyadari bahwa misi yang diemban komunitas merupakan anugerah dari Allah, sehingga yang dikerjakan dalam kehidupan komunitas adalah kepentingan Allah. Selanjutnya, pastor ekonom komunitas SHM ini juga mengajak komunitas untuk berani bangkit dari kejatuhan sebagai momen untuk meninggalkan cara hidup yang lama. Akhirnya, komunitas diajak untuk terbuka pada belas kasih Allah yang senantiasa tercurah kepada tiap-tiap anggota komunitas.

Setelah mengadakan rekoleksi mini, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF mengajak komunitas untuk melihat sejenak kegiatan Asembli Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste yang telah dilaksanakan di rumah retret Wisma Claretian Benlutu pada 6-11 Desember 2022. Kegiatan akbar tahunan delegasi tersebut dihadiri oleh prefek umum formasi kongregasi, P. Joseph Mbungu-Mutu, CMF.

Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan evaluasi dari setiap seksi yang ada dalam komunitas SHM. Di sini, setiap ketua seksi mempresentasikan hasil kerja seksi selama satu semester terakhir. Setelah itu, evaluasi akhir tahun komunitas SHM berlanjut pada pembahasan tujuh impian komunitas sebagaimana tertuang dalam proyek komunitas SHM. Dalam membahas impian-impian tersebut, anggota-anggota komunitas dibagi ke dalam tujuh kelompok. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan satu impian yang kemudian dipresentasikan dalam pertemuan.

Sebagai penutup, P. Ferdy, CMF, selaku superior komunitas mengucapkan terima kasih kepada komunitas yang telah berdinamika bersama selama setahun. P. Ferdy, CMF juga menyampaikan beberapa pesan penting kepada komunitas, yakni pertama, aspek dasariah formasi komunitas SHM adalah spiritualitas hati; kedua, proyek komunitas merupakan road map, roh, dan prinsip hidup komunitas SHM; ketiga, pentingnya evaluasi proyek komunitas dilaksanakan secara berkala agar semakin mendarahdaging dalam setiap anggota komunitas.

Pertemuan dan evaluasi akhir tahun komunitas SHM diakhiri dengan acara serah terima Dekalog Impian Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste.

Galeri Foto

Asistensi Natal Para Frater Seminari Hati Maria

Lasiana, Kupang. Dalam rangka merayakan hari raya kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, para frater Seminari Hati Maria (SHM) mendapat perutusan untuk mengadakan asistensi di paroki-paroki dan kapela-kapela. Asistensi Natal tersebut terlaksana pada 23-26 Desember 2022.

Pada kesempatan tersebut, para frater filosofan berkesempatan untuk mengadakan asistensi di kapela-kapela tempat para frater berkerasulan (kapela Matani, kapela Kaniti, kapela Bimopu, kapela Binilaka, kapela Sungkaen, kapela Oepaha, kapela Manuat, kapela Poplae, kapela Noeltes). Sedangkan para frater teologan dan para frater misi universal berkesempatan untuk mengadakan asistensi di paroki-paroki (Paroki Panite, Paroki Benlutu, Paroki Oenopu dan Paroki Nurobo).

Cerita Para Frater SHM

Fr. Bastian Julian, CMF (tingkat III) mengaku sangat berbahagia bisa menjalankan asistensi di Kapela Oepaha. Frater kelahiran Manggarai ini mengisahkan bahwa Natal-nya bersama umat kapela Oepaha harus mendapat tantangan berat dari hujan lebat. Keberadaan hujan yang lebat di malam Natal hampir membuat Fr. Bastian dan umat kapela Oepaha patah semangat.

“Pas momen Natal, hujan begitu lebat, begitu deras. Tetapi bagaimana saya merasakan perjuangan itu ketika saya dan umat-umat di Oepaha itu waktu kami menanggung koor di Oeltua, kami tu berani jalan dengan hujan-hujan”, imbuhnya.

Namun, mereka bisa melalui tantangan itu berkat komitmen kuat untuk merayakan Natal dengan penuh sukacita. Semangat untuk merayakan Natal justru membuat Fr. Bastian dan umat Oepaha memberanikan diri untuk menerobos hujan deras demi bisa merayakan Natal.

“Yang saya mau garisbawahi di sini ialah bagaimana dengan perayaan Natal, momen Natal itu bisa membangkitkan semua umat, khususnya saya secara pribadi, tergerak melawan, khususnya melawan mau cuaca kah atau mau apa, tetapi dengan semangat itu kami bisa bekerja sama, berjuang sama-sama dari Oepaha sampai di Oeltua”, katanya sambil bersyukur dengan momen tersebut.

Fr. Bastian merefleksikan bahwa momen hujan lebat di hari Natal merupakan bagian yang terindah dalam hidupnya. Dia menyebutkan bahwa momen tersebut adalah sebuah hadiah Natal.

Kebahagiaan juga dirasakan oleh Fr. Jondry Siki, CMF (tingkat VI) yang berasistensi di paroki Benlutu, khususnya di kapela Koa. Fr. Jondry menuturkan bahwa dengan berasistensi di paroki Benlutu, dia bisa bernostalgia lagi dengan orang-orang di sana. Sebab, beberapa waktu yang lalu, paroki Benlutu menjadi tempat di mana frater asal Napan ini bisa belajar berpastoral.

Selain itu, Fr. Jondry juga mengakui bahwa dirinya bahagia bisa berasistensi di kapela Koa lantaran mendapat kepercayaan dari RD. Hilers, Pr (pastor paroki Benlutu) untuk mengatur semua liturgi parayaan Natal. Hal ini memberi kesempatan bagi Fr. Jondry untuk bisa belajar mengatur liturgi.

“Orangnya [RD. Hilers, Pr] sangat memberikan ruang untuk kita bisa menyampaikan sesuatu, melaksanakan sesuatu di tempat asistensi. Apalagi saya dengan romo di Koa, dan dia memberikan saya keluasan untuk mengatur liturgi”, katanya.

Selama berada di kapela Koa, Fr. Jondry banyak membuat kegiatan, yakni melatih ajuda, membantu membuat kandang Natal, melatih jawaban-jawaban liturgi berdasarkan TPE versi terbaru, mengadakan pijat refleksi, dan sharing dengan umat.

Pengakuan Komunitas Tempat Berasistensi

Fr. Ceis Amaral, CMF (tom-er komunitas paroki Panite) berbahagia dengan kehadiran para frater yang berasistensi di wilayah paroki Panite. Frater asal Fohoren ini menuturkan bahwa kehadiran para frater yang berasistensi di paroki Panite memberikan banyak inspirasi dan semangat baru dalam bermisi.

“Kami sangat senang dengan kehadiran mereka. Kami senang karena mereka datang dengan semangat yang baru, yang menginspirasi kami juga untuk terus bersemangat dalam melakukan pelayanan di tempat misi”, tuturnya.

Tidak hanya itu, tom-er Ceis, CMF juga mengaku bahwa kehadiran para frater SHM yang berasistensi bisa membantu komunitas paroki Panite dalam mempersiapkan segala sesuatu menyangkut Perayaan Ekaristi Natal. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah mengiringi koor dengan musik.

“Kehadiran mereka membantu banyak hal dalam pelayanan. Misalnya bisa bermain musik, sehingga orang bisa mengikuti perayaan dengan baik”, katanya.

Nada kebahagiaan yang sama juga diungkapkan oleh Fr. Erik Bheo, CMF (tom-er komunitas paroki Oenopu). Beliau menuturkan bahwa keberadaan frater-frater yang berasistensi di paroki Oenopu mendatangkan sukacita bagi komunitasnya.

“Secara komunitas, kami bersukacita, pertama karena perjumpaan, yang kedua karena persaudaraan yang kami hidupi dalam kebersamaan kami, dan yang ketiga juga karena kesuksesan dalam karya misi di tempat ini terutama pelayanan Natal”, katanya.

Tom-er Erik, CMF menjelaskan bahwa selama para frater berada di paroki Oenopu untuk berasistensi, ada banyak hal yang mereka laksanakan, di antaranya pelayanan sakramen, membantu menyukseskan persiapan Natal, turut serta dalam mendekorasi gereja dengan pernak-pernik Natal dan ikut mengunjungi rumah umat untuk menyampaikan sukacita Natal.

Doa Taizé Komunitas SHM Kupang bersama Orang Muda Katolik

Lasiana, Kupang. Merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raya Semesta Alam dan Hari Orang Muda Sedunia ke-37, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM), Kupang mengadakan doa Taizé, pada Minggu (20/11/2022).

Doa Taizé tersebut dilaksanakan secara offline. Tema yang diusung oleh Komunitas SHM dalam doa tersebut adalah “Bangkitlah dan Bergegaslah”. Tema tersebut merupakan tema dari Hari Orang Muda Sedunia ke-37 yang terinspirasi dari Injil Lukas 1:39.

Doa Taizé Komunitas SHM berlangsung di Aula Claret. Mereka yang berpartisipasi dalam doa tersebut adalah para suster MC, para suster RVM dan puluhan orang muda yang tergabung dalam AMC dan orang muda Katolik dari kapela-kapela tempat para frater merasul.

Setelah doa bersama, terdapat beberapa acara spontanitas yang dibawakan oleh para frater dan orang muda, diantaranya nyanyi bersama dan stand up comedy. Pada kesempatan yang berahmat itu pula, Komunitas SHM dan mereka yang berpartisipasi dalam doa tersebut juga merayakan hari ulang tahun tahbisan ke-14 dari P. Yoseph F. Mello, CMF.

Menemukan Akar Panggilan Dalam Keluarga

Seminari Hati Maria – Claretian – Kupang. Dalam rangka memeriahkan Hari Raya Santo Antonius Maria Claret, Uskup dan Pendiri Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (Para Misionaris Claretian), yang menurut penanggalan liturgi dirayakan pada setiap tanggal 24 Oktober, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Kupang menggelar sharing bersama keluarga frater dan bruder melalui aplikasi zoom, pada Selasa, 19 Oktober 2021. Kegiatan ini sengaja dirancang bukan hanya untuk mengisi ruang rindu berjumpa bersama bapa- mama-adik-kakak dan semua keluarga besar, setelah pandemi Covid-19 menciptakan jarak dan mengharuskan pembatasan, tetapi terutama agar gema Pesta Claret didengar dan ikut dirayakan rumah-rumah dari mana para frater dan bruder berasal.

Dinamika sharing dan ngobrol bersama inipun berlangsung santai, bagai menukar cerita di dapur, ruang tengah atau pun beranda, saat para frater dan bruder berada di rumah. Dalam sapaan pembuka, P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf (Superior Komunitas SHM Kupang), mengucapkan terima kasih atas kesempatan perjumpaan virtual ini. Jauh lebih dalam dari itu, ia mengucapkan terima kasih kepada orangtua dari para frater dan bruder yang telah memberikan putra-putra terbaik mereka untuk dibentuk menjadi Misionaris Claretian dan kelak siap diutus ke mana saja Gereja dan Kongregasi membutuhkan untuk melayani orang lain, yang nota bene bukan keluarganya sendiri. Ia juga menegaskan bahwa panggilan dan formasi pertama-tama dimulai dari dalam keluarga. Keluarga sejak dini membantu anaknya untuk bisa mengenal panggilan-panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Peran dan doa keluarga dalam menemukan panggilan dalam diri anak-anaknya juga ditemukan dalam kisah hidup St. Antonius Maria Claret. Demikian sharing kehidupan Claret sejak kecil sampai ia menjadi imam, mendirikan Kongregasi Claretian dan diangkat menjadi Uskup Agung Cuba dan bapa pengakuan ratu Spanyol, seperti yang dibagikan oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, cmf. Pater John, demikian sapaan akrabnya, mengutip kata-kata luapan kegembiraan orangtua Pater Claret, saat ia ditahbiskan menjadi imam, “Tiada sesuatupun yang mampu menggantikan kebahagian kami, selain rahmat tahbisan yang diterima oleh buah hati mereka,” untuk menyemangati orangtua dan keluarga besar para frater dan bruder karena telah mempersembahkan buah hati mereka untuk Gereja dan Kongregasi.

Luapan kegembiraan yang sama ternyata terpancar juga dalam kata-kata sharing dari perwakilan keluarga para frater dan bruder. Keluarga Bapak Norberto da Costa dan Ibu Yohana Anita Naga (orangtua Fr. Amandino Atiyos da Costa, cmf), membagikan rasa sukacita mereka karena putra pertama mereka dengan bebas menggabungkan diri dalam Kongregasi Claretian. Hal serupa juga disharingkan oleh Bapa Yos (keluarga dari Fr. Teofilus Woi, cmf), bahwa keluarga selalu mendukung dan mendoakan apapun yang menjadi jalan dan pilihan hidup anak mereka.

Sharing penuh persaudaraan dan kekeluargaan yang melampaui waktu yang targetkan ini pun berujung dengan doa dan berkat untuk semua anggota keluarga. Kerinduan tentu selalu ada, namun dalam doa, jarak dan kerinduan menjadi satu. Lebih dari itu, dalam doa dan keheningan kita menemukan akar panggilan, saat Allah menyapa kita selalu berawal dan dimulai dari keluarga. Selamat Pesta St. Antonius Maria Claret dari keluarga besar Claretian kepada keluarga-keluarga para Misionaris Claretian di mana saja berada. Salam “berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.”

Malam Pentas Budaya SHM: Misionaris Dalam Bingkai Budaya

Seminari Hati Maria (SHM) – Kupang, Indonesia. Setiap orang lahir dalam budaya tertentu dan dibentuk oleh budaya tertentu. Nilai-nilai budaya tersebut melekat erat dalam pribadi yang bersangkutan, bahkan ikut membentuk karakter dan kepribadian orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, tak seorangpun yang hidupnya terlepas dari ikatan kultur tertentu. Setiap orang mau tidak mau mesti terlempar dalam suatu konteks budaya tertentu dan ikut dibentuk oleh tatanan dan nilai-nilai budaya tersebut.

Konteks dan nilai-nilai budaya tersebut meskipun unik, tunggal dan niscaya berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi ikut membentuk keindahan mozaik kehidupan komunal dalam beragam kemajemukan. Seperti kata sebuah ungkapan, “The beauty of the world lies in the diversity of its people.” (Keindahan dunia terletak dalam kemajemukan orang-orangnya). Saat dunia dan orang-orang yang bertualang di dalamnya semakin beragam, dunia akan terasa lebih indah.

Mengusung indahnya keberagaman ini di bawah tema, “Misionaris Dalam Bingkai Budaya,” Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Claretian Kupang mengadakan Malam Pentas Budaya, pada Minggu, 29 Agustus 2021 di Aula SHM. Ada empat etnis budaya yang ditampilkan pada malam tersebut sesuai dengan jumlah dominan anggota komunitas SHM Kupang, yakni: etnis Timor: Dawan, Belu, Malaka; etnis Manggarai; etnis Nagekeo & Ende-Lio dan etnis Timor Leste (yang juga berasal dari macam-macam distrik). Acara ini dikemas dalam suasana santai sambil menyeruput suguhan “Kopi Tuk,” mengubah malam, bagai menyisir, lalu menyusur lorong-lorong kampung halaman sendiri. Bekerja sama dengan Team Kerasulan Media SHM, suguhan indah dan memukau ini bisa disaksikan dalam channel youtube “Seminari Hati Maria Claretian Kupang.”

Pada Malam Pentas Budaya ini juga diumumkan juara Lomba Menulis Opini, mengambil tema HUT RI ke-76, “Indonesia Tangguh, Indonesia Indonesia Tumbuh” yang diikuti oleh para frater dan bruder Komunitas Seminari Hati Maria dan pembagian hadiah kelompok pertandingan dalam memeriahkan HUT RI ke-76, 17 Agustus 2021. Para penulis yang masuk dalam kategori lima besar dengan judul karya mereka adalah: Yohanes Adrianus Siki, cmf (Ad Fontes: Tangguh Dan Tumbuh Di Tengah Pandemi); Arsensius Roiman Baruk, cmf (Akal Sehat dan Kemajuan Bangsa); Agostinho da Costa Martins, cmf (Pandemi dan Cinta Tanah Air); Ponsianus Ladung, cmf (Bersatu Menuju Bangsa Yang Tangguh) dan Patrianus Densi Dewa Panggo, cmf (Solidaritas: Bukti Ketangguhan Masyarakat NKRI Menghadapi Covid-19)

Komunitas mengucapkan proficiat kepada para frater dan bruder yang telah mengemas acara Malam Pentas Budaya ini. Ada pesan formatif yang jauh lebih dalam dari pentasan ini adalah membentuk para misionaris muda untuk siap menjadi pewarta sukacita Injil yang berani berakar pada budaya setempat, tetapi pada saat yang sama berani keluar untuk membawa semua orang ke dalam budaya Kerajaan Allah, dimana Injil dan narasi Yesus Kristus menjadi pusat sekaligus titik berangkat yang merangkum semua dan menyempurnakan semua. Di ujung tenunan kisah ini, kita akhirnya tunduk-salut pada kebenaran kata-kata ini, “The beauty of community lies in the diversity of its members” (Keindahan sebuah komunitas terletak dalam kemajemukan anggota-anggotanya). Rasanya sang Pemazmur sudah mengalami dan mewanti tentang itu jauh sebelum kita mengaguminya, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” sebagai saudara. Kini saatnya tugas kita mengusahakannya dan menghidupinya hari demi hari. (pfm)