Pertemuan Formasi Lanjutan untuk Para Pastor Paroki dan Pastor Rekan

Kupang, Indonesia. Pada 5-6 Oktober 2023, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan pertemuan bertajuk on going formation. Pertemuan tersebut diperuntukan bagi para pastor paroki dan para pastor rekan yang sedang bermisi di paroki-paroki dalam wilayah Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste. Pertemuan via aplikasi zoom ini dimoderatori oleh P. Nikolaus Ilan, CMF dan P. Dami Tasaeb, CMF.

Pertemuan hari pertama para pastor paroki dan pastor rekan ini dibuka dengan sharing dari setiap komunitas parokial perihal misi dan kegiatan-kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan, tentang gandum dan ilalang yang muncul dalam proses pertumbuhan dan perkembangan saat berpastoral. Adapun juga para pastor yang berkarya di paroki diminta untuk mensharingkan perkembangan dari proyek komunitas.

Pada hari kedua, para pastor paroki dan pastor rekan diajak untuk mendengarkan beberapa materi dari P. Doddy Sasi, CMF tentang pastor paroki dan pastor rekan dalam Kitab Hukum Kanonik serta materi tentang pastor paroki dan pastor rekan dalam menghadapi permasalahan di seputar paroki. Kemudian, pertemuan dilanjutkan dengan presentasi dari P. Valens Agino, CMF tentang paroki sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci.

Setelah itu, pertemuan dilanjutkan dengan sharing dari P. Valens Agino, CMF; P. Todi Manek, CMF; dan Fr. Harry, CMF terkait pertemuan tentang Pastoral Kitab Suci dan Komunikasi yang telah dilaksanakan pada September 2023 lalu di Bandung. Selain itu, ada pula sharing dari P. Seles Panggara, CMF terkait SOMI.

Transformasi Diri Seorang Misionaris Claretian dalam Program TANUR 2022

Program Tanur. Benlutu. Program Tanur merupakan program pembaharuan spiritual bagi semua misionaris Claretian yang ada di Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, khususnya mereka yang telah berusia 40 tahun ke atas. Mengapa diperuntukan bagi mereka yang berusia 40 tahun ke atas? Karena mereka telah lama menjalani hidup sebagai misionaris.

Sebagai manusia, ada saatnya mereka mengalami keletihan, kebosanan dan kurang bersemangat lagi dalam menjalani misi. Ada yang mengalami kekecewaan dan kegagalan dalam bermisi. Karena itu, mereka perlu beristirahat sejenak, menarik diri dari kesibukan berpastoral, agar mereka bisa diisi dengan energi spiritualitas dan semangat baru.

Dalam bahasa Pater Superior Delegasi, P. Valens Agino,CMF., mereka yang mengikuti program Tanur ini ibarat seorang pemain bola yang hendak menendang bola penalti. Agar tendangannya kuat dan keras, dia harus mundur beberapa langkah dari bola untuk mengambil posisi menendang yang baik, sehingga tendangannya bisa meluncur kencang ke gawang.

Kalau pemain tidak mundur untuk menendang alias menendang dari dekat bola, maka tendangannya tidak jauh dan tidak kuat. Itulah program tanur. Program ini sebagai kesempatan untuk menarik diri sejenak dari aktivitas misi untuk mendapat energi baru, sehingga para misionaris bisa melaksanakan misi dengan semangat baru.

Di Delegasi Independen Indonesia Timor Leste, kita telah melaksanakan program ini dua kali, yakni tahun 2021 dan 2022. Bagi delegasi kita, program ini menjadi program WAJIB tahunan untuk semua anggota delegasi.

Pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa program ini dikhususkan untuk mereka yang bermasalah, atau ada yang mengatakan untuk apa lagi buat program ini karena dia merasa diri sudah membaca semua dokumen kongregasi dan tahu semuanya, itu adalah pendapat dan pandangan yang keliru.

Sebenarnya TANUR adalah program transformasi diri dan latihan rohani ala Claretian. Pada tahun 2022, program ini telah dilaksanakan dari tanggal 23 April – 5 Juni 2022, yang diikuti oleh empat misionaris yaitu P. Kristian Dodok,CMF., P. Justino Galvao,CMF., P. Aleksius Kedi,CMF., dan Br. Paulinus Besin Manek,CMF., serta dipandu oleh P. Fransisco J. Baeza Roca,CMF., dan P. Robertus Wontong,CMF.

Program Tanur bukan program perkuliahan atau studi umum seperti di kampus, di mana pemandu memaparkan materi dan peserta mendengar saja. Namun, di sini peran pemandu hanya untuk mengantar dan mendampingi para peserta masuk mendalami teks atau dokumen secara pribadi. Kepada para peserta dibagikan teks atau dokumen yang sudah disiapkan, kemudian para peserta diberi kesempatan membaca dan merefleksikan bacaan itu. Setelah itu, para peserta menulis hasil refleksi dalam buku diary/catatan harian dan sharing kepada anggota lain.

Intinya, selama program Tanur ini para peserta tidak diminta untuk menganalisis teks, tetapi membiarkan diri bagaimana teks atau dokumen membaca pengalaman-pengalaman mereka. Jika ada bagian teks yang menyentuh pengalaman panggilan dan misi mereka, maka mereka menjadikan itu sebagai pokok internalisasi dan kemudian mereka bagikan kepada peserta lain.

Di sini, pengalaman hidup para peserta digali dan diberi makna untuk menjadi penuntun hidup dan panggilannya. Para peserta sungguh-sungguh diperkaya oleh dokumen-dokumen yang ada dan dari pengalaman-pengalaman peserta lainnya.

Selama 40 hari itu, para peserta mendalami tahap-tahap Tanur yang diberikan oleh Prefek Umum Spiritualitas Kongregasi yaitu:

  1. Quid Prodest
  2. Patris Mei
  3. Caritas Christi
  4. Spiritus Domini.

Setiap tahap menghabiskan waktu 10 hari, dan dalam 10 hari itu diisi dengan dinamika-dinamika yang kreatif dan bervariasi, sehingga tidak membosankan. Para peserta dituntun dan diminta untuk membaca kembali sumber karismatis dan spiritualitas kongregasi yang ada dalam dokumen-dokumen kongregasi dan dokumen-dokumen Gereja. Adapun materi-materi yang diperoleh selama tanur ini:

  1. Buklet-buklet:buklet Tanur:Quid Prodest, Patris Mei, Caritas Christi dan Spiritus Domini; Surat Edaran P. Mathew Vattamattam,CMF., Misionaris Sampai Akhir (P.Gonzalo Fernandes,CMF); Yesus dari Claret, Surat edaran P. Jose Abella,CMF., dll.
  2. Dokumen Kapitel Jendral: Kapitel Jendral 1967, 1973, 1979, 1985, 2009.
  3. Konstitusi – Direktori dan Autobiografi
  4. Ensiklik Paus Fransiskus: Evangelium Gaudium, Patris Corde, Christus Vivit, dan Gaudium et Exsultate.
  5. Sakramen-sakramen: Baptis, Krisma, Rekonsiliasi dan Ekaristi.
  6. Kaul-kaul: kemurnian, kemiskinan dan ketaatan serta hidup komunitas

Selain mendalami, merefleksikan dan sharing pengalaman berdasarkan dokumen-dokumen, para peserta menjalani dan mengalami perjumpaan dengan Allah melalui perayaan Ekaristi setiap hari, lectio divina pribadi setiap hari, lectio divina kelompok setiap hari Jumat, adorasi sakramen Mahakudus setiap Kamis dan doa Rosario setiap hari.

Ada juga program-program keluar seperti desert day, ziarah ke gua Maria Nonohonis-Soe, kunjungan ke rumah sakit kusta milik PRR di Naob-Kefa dan kunjungan ke tempat misi kita di Panite dan Linamnutu. Program keluar ini bukan untuk jalan-jalan atau pesiar, tetapi itu merupakan satu bagian dari proses pendalaman atau internalisasi dari setiap tahap Tanur.

Para peserta Tanur sungguh-sungguh mengalami keakraban dan persaudaraan dalam hidup bersama dengan melaksanakan rekreasi bersama, nonton film-film yang sesuai dengan keempat tahap Tanur, berolahraga bersama, makan bersama, dialog pribadi mingguan serta  evaluasi bersama.

Yang menarik adalah para peserta Tanur sungguh-sungguh mengikutinya dengan semangat. Mereka merasa program ini seperti “novisiat kedua” bagi mereka. Karena dalam program ini mereka harus mendalami kembali identitas sebagai Claretian, spiritualitas dan karisma-karisma kongregasi.

Kegiatan Tanur ini dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Pater Valens Agino, CMF., selaku Superior Delegasi Independen – Indonesia Timor Leste dan ditutup dengan perayaan Ekaristi pada Hari Raya Pentakosta yang dipimpin oleh P. Robertus Wontong, CMF. Roh Kudus yang dicurahkan kepada para rasul ribuan tahun yang lalu, Roh yang sama dicurahkan kepada kita agar kita berani bersaksi tentang Kristus yang bangkit.

Kepada para peserta Tanur: Profisiat dan selamat bermisi Rooted in Christ dan Audacious in Mission.

(P. Robertus Wontong, CMF)


Misionaris dengan Hati seorang Bapa

Menjadi misionaris adalah panggilan dan identitas seorang Claretian. Panggilan dan ikhtiar menganyam identitas tersebut adalah proses yang tak pernah berujung. Inilah kurang lebih cita-cita terdalam dari Program Ongoing Formation bulanan bagi semua anggota Delegasi Indonesia-Timor Leste, agar setiap misionaris selalu merasa berada dalam proses pembentukan yang berkelanjutan dan tidak pernah merasa rampung. Ada kerisauan intelektual, tetapi juga jauh lebih dalam dari itu, ada kegundahan spiritual, lantaran merasa diri belum rampung dan selesai.

Webinar Surat Apostolik Paus Fransiskus, Patris Corde ini adalah salah satu jalan untuk menjawab kerinduan dan kegundahan tersebut. Seminar ongoing formation virtual dengan tema, “Patris Corde dan Relevansinya bagi Misionaris Claretian Indonesia-Timor Leste” pada Senin, 22 Maret 2021 dibawakan oleh P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF, dosen di Institute for Consecrated Life in Asia (ICLA), Manila, Filipina; dipandu Fr. Petrus Pit Duka Karwayu, CMF, sebagai moderator. Pater Tian, demikian sapaan akrabnya, membagi paparannya dalam tiga bagian: pertama, St. Yosef dalam Kitab Suci, Sejarah dan Magisterium Gereja; kedua, Surat Apostolik Patris Corde dan ketiga, St. Yosef dan Misionaris Claretian.

Dokumen ini tidak hanya mengundang umat beriman dan para Misionaris Claretian untuk mengenang dan menghormati St. Yosep di tahun istimewa, Tahun Santo Yosep (8 Des 2020 s/d 8 Des 2021) ini, tetapi terutama suatu panggilan untuk menghidupi keutamaan-keutamaan St. Yosep sepanjang menekuni ziarah misioner-kemuridan sehari-hari. Keutamaan-keutamaan St. Yosep, kata Pater pengampuh mata kuliah Sejarah Hidup Bakti dan Sejarah Spiritualitas Kristen ini salah satunya misalnya, “harus melahirkan gaya pastoral baru, yaitu pastoral dengan pola pendekatan, Kedekatan (nearness), perjumpaan (encounter) dan kemurahan hati (mercy). Kedekatan menciptakan persekutuan (komunitas) dan rasa memiliki, serta menciptakan ruang untuk perjumpaan. Kedekatan membangun dialog dan menciptakan budaya perjumpaan (culture of encounter). Kemurahan hati adalah kunci.” Pendekatan pastoral semacam ini meninggalkan pola pastoral lama yang “menjadikan pesan injil sebagai ideologi, eksklusif, fungsionalisme, dan klerikalisme,” demikian tandasnya.

Paparan ini dilengkapi juga dengan beberapa input dan pertanyaan dari peserta webinar, antara lain, P. Agustinus Supur, cmf; P. Viktor Dody S. Sasi, cmf, P. Francisco JB Roca, cmf, P. Yohanes Mangge, cmf dan beberapa peserta lainnya. P. Yohanes DS Jeramu, cmf, Prefek Formasi Delegasi, berterima kasih kepada P. Kristian Paskalis Cangkung, cmf atas presentasi dan refleksi yang sangat dalam dikaitkan dengan ziarah misioner sebagai Misionaris Claretian. Mari kita menjadi misionaris dengan Hati seorang Bapa. Selamat merayakan Tahun Santo Yosep bagi kita sekalian (pfm).

Decennium Program of Indonesia-Timor Leste Independent Delegation

Claretian House, Kupang. Formation is a lifelong process. It rises from the very beginning of one’s life within the womb of a mother and ends up to the tomb. It is a long as well as endless journey in one’s life. No one could claim that formation is a single process in one’s life. It takes an entire life.

Responding as well as growing into this process, the Decennium Program of Indonesia – Timor Leste Independent Delegation takes place. Reflecting on the general theme, “Towards a Transformative Missionaries,” the program attempts to bring all the participants to immerse in a profound transformative experience within these ten days program. This year this program is organized in three different regions: Timor Leste Region on May 5-14, 2019; West Indonesia Region on June 1-10, 2019 and East Indonesia Region on June 26 to July 5, 2019. At least 44 young missionaries in these three regions under ten years of their priesthood or perpetual profession for brothers participate in this spiritual-academic renewal.

Councils of the Delegation, under the Prefect of Formation of the Delegation, Fr. Nikolaus Ilan, cmf and the Prefect of Spirituality of the Delegation, Fr. Emanuel L. Talok, cmf, organize this program in a spiritual-academic atmosphere where some Claretian Missionaries among the groups are requested to give input aside from the key note speakers Fr. Jovito do Rego de Jesus for Timor Leste Region and West Indonesia Region and Fr. Oktovianus Naif for East Indonesia Region. All the participants are grateful with this endless transformative process and return to their mission fields, bringing with them big dreams and project of self-renewal.