CLARET: MISIONARIS APOSTOLIK

oleh | Okt 23, 2019 | Berita, Kongregasi

Oleh P. Yohanes DS. Jeramu, cmf (Superior & Formator CH Kupang)

  1. Pengantar: Detak Nadi Sang Misionaris

Darah dan gairah sebagai misionaris adalah sesuatu yang inheren dalam detak nadi hidup dan karya Pater Claret. Sejak menjadi Pastor rekan dan ekonom selama 4 tahun berkarya di Paroki St. Maria Sallent, dia sungguh menyadari bahwa dirinya tidak cukup hanya menjadi seorang imam projo, yang hanya melayani di satu paroki saja. Dia merasa terpanggil untuk melayani melampaui territorial Cataluña, menjadi misionaris universal. Detak nadi misionernya menggerakan dia untuk tidak merasa nyaman dan puas dengan hanya memimpin misa dan melayani sakramen; Claret menyadari bahwa Allah memanggil dan mengutusnya untuk menjadi pewarta Sabda yang meretas batas-batas parokial, membawa sukacita Injil kepada semua orang dan segala bangsa, khususnya pertobatan bagi para pendosa, pembebasan bagi mereka yang tertindas dan kabar baik bagi mereka yang sakit dan miskin (cf. Aut. 110, 111).

Dalam penjelasan tentang perumpamaan talenta, sebagaimana Claret kisahkan dalam Avisos a un sacerdote (apendiks no. 12), ia menunjukan perbedaan antara seorang misionaris dan seorang pastor paroki. Keduanya telah menerima talenta imamat, pastor paroki menerima satu talenta tambahan, yaitu paroki, sementara seorang misionaris telah menerima empat talenta lain, yakni seluruh dunia. Dalam satu surat kepada seorang calon misionaris yang tergoda untuk menjadi seorang canonis ia menulis: “Perlu diingatkan bahwa menjadi seorang misionaris itu lebih dari seorang pastor paroki, lebih dari seorang canonis, lebih dari… Bahaya-bahaya yang ada dalam dua status ini lebih besar dan hasilnya kurang dibandingkan dengan status sebagai misionaris” (Epistolario, surat 886).

Pasion misionarisnya ini berbasiskan pada kecintaanya yang luarbiasa akan Sabda Allah. Bisikan profetis nabi Yesaya dan Yeremia menginspirasi dan mendorongnya untuk menjadi corong Sabda Allah (Aut. 113-120). Claret merasa terpanggil untuk meneladani dan menyerupai Yesus yang mewartakan Sabda Allah dari satu tempat ke tempat yang lain. Mosen Claret menyadari bahwa “kegalauan teologis” akan pengalaman mistiknya ketika masih berumur 5 tahun: selamanya, selamanya, selamanya…penderitaan abadi itu hanya bisa terjawab secara ekslusif melalui pewartaan Sabda; hanya kehangatan dan ketajaman Sabda Allah yang mampu menobatkan dan menyelamatkan manusia dari ancaman derita kekal. Kesadaran soteriologis inilah yang membuat Claret tidak pernah merasa lelah untuk berkotbah dan menobatkan begitu banyak orang. Detak nadi misionaris dan pasión akan Sabda Allah inilah yang menyakinkan pater Claret pada September 1839 meninggalkan spanyol dan pergi ke Roma untuk menyerahkan diri pada Propaganda Fide agar bisa diutus menjadi misionaris ke seluruh penjuru dunia.

  1. Misionaris Apostolik: Identitas Panggilan dan Misi Claret

Pada bulan Juli 1841 Claret menerima gelar “Misionaris Apostolik” dari Tahta Suci. Sebuah gelar yang mengindikasi bahwa seseorang menerima previllage atau hak istimewa secara yuridis yang mengizinkannya untuk berkotbah di mana saja, tanpa terikat pada satu paroki atau keuskupan tertentu. Bagi Claret, gelar ini bukan hanya sebatas suatu kehormatan ataupun sesuatu yang yuridis, melainkan sebuah gelar yang mengkonfirmasi semangat dan gairah misioner yang sudah terpatri dalam dirinya sejak lama. “Misonaris Apostolik” merupakan gambaran yang lebih otentik dan mendalam berkaitan dengan personalitas Pater Claret. Gelar “Misionaris Apostolik” mengekspresikan definisi dirinya yang esensil (Cf. MCT 56). Seluruh dinamika hidup panggilan dan misi Pater Claret senantiasa dijiwai oleh roh misionaris apostolik tersebut. Hidup, panggilan dan misi Claret selalu berdimensi apostolik.

Claret memahami kata “Misionaris” sebagai karya evangelisasi, mewartakan Sabda Allah, sebagaimana dihidupi oleh para nabi, sembari mengesampingkan struktur-birokrasi pastoral dan sacramental. Baginya, kata misionaris berkaitan erat dengan Pribadi Kristus: Yang Diurap dan Diutus; Yesus Kristus adalah “Cabeza de los misioneros” (Kepala dari para misionaris). Kesadaran kristologis inilah yang terus menggerakan Claret untuk menyerupai Kristus, menyatukan dirinya dengan-Nya, mengikuti dan menderita bersama-Nya demi pewartaan Sabda Allah. Claret merasa terpanggil untuk menyerupai seutuhnya Yesus yang mewartakan Kabar Baik, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, dan bahkan berpuncak pada pengorbanan di Salib. Singkatnya, Claret bertekad menyerupai kemisionarisan Yesus sendiri.

Demikianpun, Claret menginterpretasi kata “Apostolik” berkaitan dengan corak hidup dan misi Para Rasul. Mereka terpanggil hidup secara dekat dengan Yesus, dan mereka diutus untuk mewartakan Injil sampai ke ujung dunia. Claret juga memahami kata apostolik sebagai corak hidup yang berpusatkan pada kemiskinan, dan kesiapsediaan untuk diutus kemana saja dalam spirit itinerant yang konstan, serta hidup dalam komunitas dan persaudaraan demi pelayanan akan pewartaan Injil.

  1. Karakter-Karakter Misionaris Apostolik Claret

Totalitas hidup dan karya Pater Claret seutuhnya berfondasikan pada identitasnya sebagai “Misionaris Yesus Kristus” seturut gaya dan corak hidup Para Rasul. Kita dapat menyebutkan beberapa karakter fundamental Misionaris Apostolik Claret:

Pertama, Pasion-Gairah. Pater Claret mendefinisikan “pasion” sebagai kasih yang bernyala-nyala (cf. Aut.381). Dia mengutip kata-kata St. Agustinus: “kasih dikenal melalui pasion. Siapa yg tdk memiliki pasion berarti tak memiliki kasih“. Claret memahami Kasih itu sebagai “ser activo y sufrir” (menjadi aktif dan menderita):memasuki pekerjaan-pekerjaan, berkorban dan menderita demi kemulian Tuhan dan kebaikan sesama (cf. Aut. 382).Bagi Claret, seorang misionaris harus memiliki “gairah apostolik“ dan terdorong selalu oleh kasih Kristus (Caritas Christi Urget Nos). Namun, sebagaimana diyakini Claret, Pasion itu bukanlah produksi dari usaha dan jasa manusia, melainkan sebuah anugerah dari Roh Kudus. Maka, seorang Misionaris Apostolik itu diurapi dan diutus oleh Roh Kudus (Aut.118). Keterbukaan terhadap daya Roh Kudus menjadikan seorang misionaris mencintai dan berpasion-gairah akan pewartaan Sabda Allah.

Kedua, Diutus. Claret memahami semangat misionernya dgn kata-kata: “spiritus Domini super me et evangelizare pauperibus misit me Dominus (Aut. 118; Lk. 4:16-) – Roh Tuhan ada padaku, untuk mewartakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin. Claret meghayati pengurapan dan perutusan oleh Roh Kudus untuk mewartakan kabar gembira kepada orang miskin. Dalam seluruh karya misinya, Claret selalu bersedia untuk diutus kemana saja (Aut. 156,161). Dimensi perutusan ini senantiasa dibingkai oleh sikap taat dan setia selalu pada perutusan uskup (Aut. 195), bukan demi “keinginan pribadinya” (Aut.194, 196); Claret senantiasa mengutamakan “perkara-perkara Gereja” (Aut.734, 735). Pater Claret sungguh menyadari bahwa Ketaatan akan perutusan menjadikan kerasulan kita akan menghasilkan buah (Aut. 192).

Ketiga, Kesaksian. Bagi Claret, seorang misionaris apostolik hendaknya menghayati gaya hidup yang sungguh apostolik dan injili. Seorang misionaris adalah tanda dan saksi akan Kerajaan Allah dan Injil Kristus. Demikian digarisbawahi oleh Claret dalam autobiografinya: “Dengan meneladani Kristus, seorang misionaris harus membuat dan mempraktekan lebih dahulu, barulah mengajar” (Aut. 340). Hal ini selaras dengan pernyataan Dokumen Kapitel Mision Claretian Today: “Kesaksian hidup adalah sarana istimewa bagi evangelisasi. Evangelisasi tanpa kesaksian hidup yang benar maka karya pewartaan kita mustahil bisa dipercayai” (MCT 152).

Keempat, Kerasulan lingkar luar-periferi. Dalam seluruh hidup dan pelayanannya, Claret selalu menunjukan kedekatan,cinta dan kepedulian terhadap mereka yang miskin. Dia merasa dipanggil dan diutus untuk mewartakan Injil dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin. Sikap option for the poor bukanlah sebatas pada rasa iba atau belaskasihan, melainkan secara nyata dan total bersolider dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin yang dijumpainya dalam ziarah misionernya. Dalam Autbiografinya kita dapat menemukan beberapa contoh kongkrit tindakan bela rasa dan solidaritas Claret terhadap mereka, misalnya: dia merelakan jatah makan siang diberikan kepada seorang janda yang anaknya kelaparan; dia tidak merasa sungkan menerima ajakan seorang pengemis untuk makan bareng sepiring buncis bersama-sama; dia tidak pernah merasa lelah mengunjungi orang sakit baik siang maupun malam; Claret selalu membela keadilan dan martabat kaum negro serta menyediakan lapangan kerja selama menjadi Uskup di Kuba; selama dia menjadi Bapa Pengakuan Ratu dia tidak mau tinggal di dalam kenyamanan dan kemewahan istana, tetapi meminta tinggal di luar istana supaya dapat melayani orang-orang kecil dan miskin…. Masih banyak contoh kongkrit lainnya yang menunjukan betapa besar solidaritas dan keberpihakan Claret terhadap mereka yang kecil dan miskin.

Kelima, Komunitas “Sarang Lebah”. “….rumah kami seperti sarang lebah, yang satu keluar yang lain masuk menurut ketentuan yang saya berikan kepada mereka, dan mereka semua selalu sangat gembira dan bahagia. Maka orang-orang di luar heran akan apa yang mereka lihat, dan memuji Allah(Aut. 608). Bagi Claret, keteraturan hidup dan persaudaraan dalam komunitas menjadi tanda kesaksian yang efektif dan kekuatan evangelisasi. Hidup persaudaraan komunitas selain menjadi kekuatan demi kesuksesan dalam bermisi, juga saksi nyata akan Kabar Baik dan sukacita Injil bagi sesama. Kasih, keramahtamaan, solidaritas, communio­, sehati sejiwa dalam hidup bersama akan menjadikan komunitas kita “sarang lebah”, yang menghasilkan madu sukacita bagi orang-orang di sekitar kita.

  1. Catatan Ahkir

Kongregasi kita telah mencanangkan bulan Oktober 2019 sebagai “Bulan Misi Extraordinary-Luar Biasa”. Sebagai Misionaris Claretian, kita dipanggil untuk belajar dan menyerupai spirit Misionaris Apostolik St. Antonius Maria Claret. Di tengah arus gelombang perubahan zaman now, kita dituntut untuk tetap teguh dan setia pada kharima misioner yang telah diwariskan oleh Bapa Pendiri kita. Kita semua diminta untuk tidak melupakan identitas kita di tengah dunia dan Gereja, yakni sebagai Misionaris-pewarta Sabda Allah. Misionaris adalah ADN kita sebagai Claretian. Missionarii sumus…Somos Misioneros…We are Missionaries…KITA ADALAH MISIONARIS.

Bibliografi:

  1. Jose Maria Viñas dan Jesus Bermejo, San Antonio Maria Claret, Autobiografia, Editoral Claretiana, Barcelona, 2018.
  2. Emilio Vicente Mateu, San Antonio María Claret, Misionero Apostólico, Publicaciones Claretiana, Madrid, 2017.