Menemukan Akar Panggilan Dalam Keluarga

Seminari Hati Maria – Claretian – Kupang. Dalam rangka memeriahkan Hari Raya Santo Antonius Maria Claret, Uskup dan Pendiri Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (Para Misionaris Claretian), yang menurut penanggalan liturgi dirayakan pada setiap tanggal 24 Oktober, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Kupang menggelar sharing bersama keluarga frater dan bruder melalui aplikasi zoom, pada Selasa, 19 Oktober 2021. Kegiatan ini sengaja dirancang bukan hanya untuk mengisi ruang rindu berjumpa bersama bapa- mama-adik-kakak dan semua keluarga besar, setelah pandemi Covid-19 menciptakan jarak dan mengharuskan pembatasan, tetapi terutama agar gema Pesta Claret didengar dan ikut dirayakan rumah-rumah dari mana para frater dan bruder berasal.

Dinamika sharing dan ngobrol bersama inipun berlangsung santai, bagai menukar cerita di dapur, ruang tengah atau pun beranda, saat para frater dan bruder berada di rumah. Dalam sapaan pembuka, P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf (Superior Komunitas SHM Kupang), mengucapkan terima kasih atas kesempatan perjumpaan virtual ini. Jauh lebih dalam dari itu, ia mengucapkan terima kasih kepada orangtua dari para frater dan bruder yang telah memberikan putra-putra terbaik mereka untuk dibentuk menjadi Misionaris Claretian dan kelak siap diutus ke mana saja Gereja dan Kongregasi membutuhkan untuk melayani orang lain, yang nota bene bukan keluarganya sendiri. Ia juga menegaskan bahwa panggilan dan formasi pertama-tama dimulai dari dalam keluarga. Keluarga sejak dini membantu anaknya untuk bisa mengenal panggilan-panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Peran dan doa keluarga dalam menemukan panggilan dalam diri anak-anaknya juga ditemukan dalam kisah hidup St. Antonius Maria Claret. Demikian sharing kehidupan Claret sejak kecil sampai ia menjadi imam, mendirikan Kongregasi Claretian dan diangkat menjadi Uskup Agung Cuba dan bapa pengakuan ratu Spanyol, seperti yang dibagikan oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, cmf. Pater John, demikian sapaan akrabnya, mengutip kata-kata luapan kegembiraan orangtua Pater Claret, saat ia ditahbiskan menjadi imam, “Tiada sesuatupun yang mampu menggantikan kebahagian kami, selain rahmat tahbisan yang diterima oleh buah hati mereka,” untuk menyemangati orangtua dan keluarga besar para frater dan bruder karena telah mempersembahkan buah hati mereka untuk Gereja dan Kongregasi.

Luapan kegembiraan yang sama ternyata terpancar juga dalam kata-kata sharing dari perwakilan keluarga para frater dan bruder. Keluarga Bapak Norberto da Costa dan Ibu Yohana Anita Naga (orangtua Fr. Amandino Atiyos da Costa, cmf), membagikan rasa sukacita mereka karena putra pertama mereka dengan bebas menggabungkan diri dalam Kongregasi Claretian. Hal serupa juga disharingkan oleh Bapa Yos (keluarga dari Fr. Teofilus Woi, cmf), bahwa keluarga selalu mendukung dan mendoakan apapun yang menjadi jalan dan pilihan hidup anak mereka.

Sharing penuh persaudaraan dan kekeluargaan yang melampaui waktu yang targetkan ini pun berujung dengan doa dan berkat untuk semua anggota keluarga. Kerinduan tentu selalu ada, namun dalam doa, jarak dan kerinduan menjadi satu. Lebih dari itu, dalam doa dan keheningan kita menemukan akar panggilan, saat Allah menyapa kita selalu berawal dan dimulai dari keluarga. Selamat Pesta St. Antonius Maria Claret dari keluarga besar Claretian kepada keluarga-keluarga para Misionaris Claretian di mana saja berada. Salam “berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.”

“ROOTED AND AUDACIOUS” – RETRET-ASSEMBLY TAHUNAN DELEGASI

Rumah Retret Claret – Benlutu, TTS. Membarui diri dan mengambil komitmen baru dalam hidup adalah bagian dari ziarah kemuridan yang tidak bisa ditampik. Demikian kurang lebih asa yang teranyam dalam diri sebagian Misionaris Claretian yang tergabung dalam kelompok Retret-Assembly NTT 1 yang meliputi beberapa utusan anggota komunitas Claretian di wilayah Timor Barat dan Flores, saat membuka retret-assembly pada Senin, 11 Oktober 2021 di Rumah Retret Claret, Benlutu, TTS. Retret-assembly ini dipandu oleh P. Valens Agino, cmf (Superior Delegatus) dan P. Eugenius Paul Madoni, cmf (Ekonom-Consultor).

Retret-Assembly Tahunan Para Misionaris Claretian Indonesia-Timor Leste kali ini mengambil tema dari Exortasi Kapitel Umum XXVI, “Querida Congregacion: Be Rooted in Christ and Audacious in Mission.” Para peserta dibagi ke dalam enam kelompok menurut wilayah misi masing-masing: NTT 1 & 2 yang meliputi wilayah Timor Barat dan Flores, wilayah Sumatra, wilayah Jawa, wilayah Kalimantan & Sulawesi dan wilayah Timor Leste. Pembagian kelompok dan wilayah seperti ini selain karena pertimbangan pembatasan demi memutuskan rantai penyebaran pandemi Covid-19 dan juga cakupan wilayah Indonesia dan Timor Leste yang begitu luas, tetapi juga ada pertimbangan yang lebih mendalam, agar dinamika retret-assembly bisa diinternalisasi baik sebagai pribadi maupun dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Dalam sapaan pembuka, P. Valens mengatakan bahwa, “retret-assembly ini menjadi momentum untuk mendengar dan berdisermen bersama narasi dan buah-buah Kapitel Umum XXVI dengan panggilannya untuk berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.” Selain itu retret-assembly ini juga menjadi ruang untuk menenun impian bersama dalam membangun tekad dan komitmen untuk mewujudkan panggilan dan gerakan Roh Kudus melalui Kapitel Umum XXVI untuk konteks misi Claretian di Indonesia dan Timor Leste.

Menggunakan tiga pendekatan mutakir: synodal, narrative and appreciative seperti model pendekatan Kapitel Umum XXVI – Nemi, 15 Agustus – 11 September 2021 kemarin, P. Valens dan P. Dony menghantar para partisipan untuk menyelam masuk dalam teks tetapi juga konteks Indonesia-Timor Leste. Retret-Assembly ini juga menjadi momentum untuk menemukan (to discover), mengimpikan (to dream), merancang (to design) dan berkomitmen (commitment), menjalankan panggilan Gereja dan Kongregasi untuk berakar pada Kristus dan berani keluar untuk bermisi dalam konteks Delegasi Indonesia-Timor Leste. Kelompok-kelompok lain sedang menanti untuk masuk dalam tenunan narasi ini: discovery-dream-design-commitment. Semoga anyaman kisah Nunuh Amasat membuka ruang untuk terus bermimpi dan mewujudkan impian itu dalam panggilan hidup sehari-hari. Selamat merangkai cerita untuk kelompok selanjutnya!

Kapitel Umum XXVI: Intensitas, Perasaan dan Harapan

Nemi, Italia. 11 September 2021. Kapitel Umum Kongregasi XXVI telah berada di pengujung hari. Meskipun Injil yang direnungkan diambil dari injil Markus, namun hari ini memiliki nada dan gaya injil Yohanes yang sangat kuat: para bapa kapitel mengalami banyak hal, jika saja harus dijelaskan semuanya di sini?

Hari ini sangat padat. Sebelum matahari terbit, sejumlah bapa kapitel mengambil bagian dalam adorasi, yang dipercayakan kepada provinsi St. James. Beberapa waktu sebelumnya, sekelompok bapa kapitel pergi ke laboratorium untuk menjalani tes covid untuk kepentingan perjalanan.

Dalam suasana doa, para bapa kapitel membaca dan merenungkan bersama kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam pertemuan dua hari yang lalu. Banyak hati yang tersentuh dan sekaligus tergugah, hal inilah yang menggambarkan situasi kami pagi ini sebelum sarapan.

Perasaan ketergugahan itu kembali terasa di aula ketika, selesai membaca serta merenungkan daftar pengarahan yang akan disampaikan Kapitel kepada konggregasi, hampir tiga puluh bapa kapitel mengungkapkan kesan bahwa teks yang dihasilkan mengungkapkan kegembiraan dari perjalanan yang dilakukan oleh para mayor superior dan dewan general di Talagante (Chili) pada Januari 2020.

Dalam keheningan doa, para bapa kapitel menerima berita duka yakni kematian misionaris Len Brown, dari Provinsi AS-Kanada, yang juga kehilangan tiga anggotanya dalam beberapa minggu terakhir. Baik di pagi hari maupun di sore hari, para bapa Kapitel dengan penuh kasih mengenang dalam doa-doa mereka semua para misionaris lanjut usia dan mereka yang sakit. Juga pada saat yang sama dengan cara yang unik, P. Joseph Jeyaseelan, superior mayor organisme St. Joseph Vaz (Sri Lanka), satu-satunya capitular yang karena pandemic tidak bepergian ke Italia, menyapa rekan-rekannya para bapa kapitular lainnya. Beliau berpartisipasi secara online di semua dinamika Kapitel.

Kata yang senantiasa diulang di siang hari ini adalah “terima kasih”. Di setiap waktu dan dengan berbagai cara para bapa kapitel mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, yang berpuncak dalam perayaan Ekaristi di malam hari yang dipimpin oleh Kardinal Aquilino Bocos. Terima kasih, di atas segalanya, kepada Tuhan, Bapa kami, yang telah merestui terselenggarnya Kapitel dalam suasana sukacita dan persaudaraan di tengah masa pandemi, ketika begitu banyak orang menderita dan tidak dapat melakukan perjalanan. Terima kasih juga kepada dewan general Kongregasi, yang telah bekerja tanpa lelah untuk menyelenggarakan kapitel ini dengan kepercayaan yang total kepada Tuhan. Terima kasih kepada ratusan orang yang, melalui doa, partisipasi mereka dalam dialog persiapan sebelum kapitel yang memungkinkan terselenggarnya kapitel ini. terkhusus bagi semua Claretian non-kapitular yang terlibat, dari Fr. Paulson Veliyanoor. mereka yang bekerja dalam penerjemahan, pekerjaan kesekretariatan, dan bagian logistic. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga diungkapkan kepada Sr. Jolanta Kafka, RMI, Superior Jenderal Suster-suster Misionaris Claretian, yang menemani kami (meski banyak tugasnya) selama seluruh perjalanan kapitel ini.

Sejarah akan memungkinkan kita untuk mengetahui resolusi kapitel, yang memperkuat disposisi Kongregasi untuk hidup lebih dan lebih “maju”, tanpa memisahkan kontemplasi dan pelayanan, adorasi dan kesaksian, dan untuk menghayati sukacita Injil. kapitel juga menghabiskan beberapa jam untuk memikirkan bagaimana membagikan ini kepada para konfrater, bagaimana menghidupinya di setiap tempat, bagaimana menjadikannya sebuah perjalanan dengan ribuan orang yang menyertai Kongregasi di seluruh dunia.

Homili Kardinal Bocos dan sambutan penutup oleh Fr. Mathew Vattamattam juga kaya akan makna dan disambut meriah oleh tepuk tangan anggota kapitel. Tuhan telah melakukan pekerjaan besar terhadap kami, dan kami bersukacita. Kard. Aquilino Bocos mengungkapkan bahwa Claret meninggal lebih dari satu setengah abad yang lalu, tetapi semangatnya masih hidup saat ini di dalam dunia dan di dalam Gereja.

Kapitel, yang dibuka dengan memohon perlindungan Hati Maria yang Tak Bernoda, tertinggal satu hari lagi. Nyanyian Magnificat, versi misionaris Luis Elizalde mengiringi tindakan khusyuk dari penandatanganan dokumen. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Erik, Rinto & Bady)

Kapitel Umum XXVI: Hari-hari terakhir Kapitel

Nemi, Italia. 10 September 2021. Setelah kunjungan kemarin menemui Paus Fransiskus, perjalanan capitular menuju pada tujuan akhir. Di ujung perjalanan akhir ini, kami memiliki tamu yang istimewa, yakni saudara kita, Kardinal Aquilino Bocos, yang juga menghadiri sesi hari ini sebagai pendengar. Ia menghormati kami dengan kehadirannya yang baik, bijaksana dan akrab. Terima kasih, Pater Aquilino, karena berada di Nemi untuk menemani kami pada hari-hari terakhir ini!

Ada suasana yang tidak biasa di antara para capitular hari ini. Di satu sisi, ada kesadaran hidup sebagai orang pertama yang menjadi momen penting dalam sejarah Kongregasi. Kami semua sepakat tentang perlunya mempertahankan ketegangan kreatif sampai saat-saat terakhir. Di lain pihak, tidak dapat disangkal bahwa kerja keras bulan ini berarti usaha tambahan bagi para anggota Kapitel. Hari ini rasa lelah lebih terasa dibandingkan hari-hari sebelumnya. Menyadari semuanya ini, Pastor Jenderal, dalam sesi pertama pagi itu, mengundang kami untuk menjaga semangat kami hingga saat-saat terakhir dan untuk berpartisipasi dengan tanggung jawab dalam tahap terakhir ini.

Dinamika yang direncanakan dan rutinitas kapitel kami dilaksanakan secara maksimal: kami awali hari dengan doa pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus dan Ekaristi, yang mana hari ini dipimpin oleh provinsi-provinsi di India; dan ada empat sesi di aula kapitel; saat-saat keakraban dan persaudaraan; doa penutup dari pekerjaan bersama; dan, akhirnya, pekerjaan komisi dilanjutkan setelah makan malam.

Untungnya, kami dapat membahas semua komitmen dalam agenda sesi Jumat ini. Perdebatan itu sesuai dengan nama masing-masing, mengungkapkan pluralitas Kongregasi dan harmoni besar yang kita bagi dalam masalah-masalah mendasar. Dapat dikatakan, tidak perlu takut yang berlebihan bahwa para kapitular telah hidup sesuai dengan namanya.

Masih banyak agenda yang perlu dibahas dan besok juga akan menjadi hari kerja yang intens, yang akan meninggalkan kita, antara lain, kronik terakhir dalam Kapitel Umum XXVI ini. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Karol, Arman & Siko)

Kapitel Umum XXVI: Para Penyembah dan saksi Penuh Sukacita Dalam Bahtera Gereja

Nemi, Italia. 9 September 2021. Kapitel hanya tinggal beberapa hari tersisa tetapi komunitas kita tidak kehilangan semangat bekerja sama dan semangat yang datang dari Tuhan. Hal ini diungkapkan dalam nyanyian pembuka dalam Ekaristi, yang ditanggung oleh saudara-saudara kita dari Kolombia-Venezuela. Kami sungguh mengalaminya sepanjang hari. Hari ini pun telah menjadi kesempatan untuk bersukacita di dalam Tuhan, Dia yang telah menyambut kita ke dalam perahu-Nya dan bersama-Nya memanggil orang lain untuk melayani Kerajaan-Nya.

Pagi itu pandangan kami tertuju pada Basilika St. Petrus di Vatikan, di mana audiensi dengan Paus Fransiskus menunggu kami, kami berhenti sejenak sebelum meninggalkan Nemi di atrium Gereja St. Yohanes Pembaptis. Pada kesempatan yang sama kami semua juga dipanggil untuk mengambil foto kelompok resmi dari Kapitel Umum XXVI ini. Sesampainya di Roma, seperti banyak peziarah dari seluruh belahan dunia, kami berjalan di sepanjang jalan della Conciliazione (Avenue of Conciliation) ke Lapangan Santo Petrus. Sebagian dari kami baru pertama kali menyeberangi Pintu Perunggu yang terkenal dan Halaman St. Damasus untuk memasuki Istana Apostolik. Di sana kami bertemu saudara kita Card. Aquilino Bocos Merino, CMF, dan beberapa Claretian lainnya dari komunitas Roma.

Kami menunggu Paus Fransiskus memasuki aula pada tengah hari. Kardinal Aquilino Bocos dan Pater Mathew Vattamattam, yang terakhir mengucapkan terima kasih kepada Bapa Suci atas kedekatan dan dukugannya, mengingat kebaikan dan pesannya kepada kita di kapitel Umum sebelumnya, jalan transformasi yang dilewati Kongregasi selama periode enam tahun ini, terutama tantangan dan kesempatan yang dapat membawa kita sampai pada saat ini. Paus memulai dengan mengucapkan selamat dan mendorong Superior Jenderal yang baru dan anggota Dewannya dalam tugas yang dipercayakan kepada mereka. Paus juga menyampaikan sambutan dengan penuh kasih untuk saudari kita Jolanta Kafka, RMI, yang ia sebut sebagai seorang wanita yang pandai berbicara beberapa bahasa, terutama kedekatannya dengan Tuhan. Dia kemudian melanjutkan untuk mengundang kita dalam berbagai cara untuk menenun relasi yang mendalam dengan Tuhan untuk menjadi misionaris yang berani, tidak membiarkan diri mereka berkecil hati baik menghadapi tantangan zaman. “Anda harus berakar pada Yesus,” kata Paus, melalui “kehidupan doa dan kontemplasi, menuntun mereka untuk berani mengatakan seperti Ayub: ‘Aku mengenalmu hanya dengan desas-desus, tetapi sekarang mataku telah melihatmu’.” Melalui hidup yang kudus dan suci yang dibentuk dalam semangat doa dan adorasi.

Paus Fransiskus juga menyinggung tentang pola Misionaris dan mengutip beberapa bagian dari Konstitusi kita Secara khusus, Dia mengundang kita untuk membiarkan diri kita dibakar oleh kasih ilahi untuk mengobarkan semua orang yang kita jumpai dalam misi kita, sehingga menjadi orang-orang yang penuh dengan harapan, tidak takut melalui kekuatan rohani yang mereka miliki: “Betapa indahnya ketika seorang wanita atau pria yang dikuduskan merasa rapuh, Karena dia merasa perlu meminta bantuan. Jangan takut akan hal itu. Takutlah, jika jatuh ke dalam “kekeringan spiritual” dan keduniawian rohani,’ kata Bapa Suci.

Akhirnya, Paus memberi kita tiga nasihat untuk melaksanakan tugas misionaris dalam gaya Yesus: kedekatan, kasih sayang, dan kelembutan. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah seperti bangsa Israel dan tugas mereka yakni membimbing setiap orang yang diutus dalam misinya. Dalam nada yang sama, dan menampilkan kebijaksanaan dan spontanitasnya, Fransiskus menyimpulkan bahwa: “Jangan kehilangan selera humor Anda, tolong; Tertawa di komunitas, membuat lelucon. Rasa humor adalah rahmat sukacita dan sukacita adalah dimensi kekudusan.

Ungkapan Paus ini diikuti dengan saling jabatan tangan di antara kami sebagai tanda bahwa kita memiliki sukacita bersamanya. Melalui kita, dorongan dan kehangatan-Nya mencapai seluruh Kongregasi dan semua orang yang berziarah dan menemani kita dalam pewartaan Injil. Gema sukacita dirasakan di antara kami saat kami menikmati makanan luar ruangan sederhana di taman Kuria Umum, mereka menyambut kami dengan persaudaraan yang hangat. Dengan rasa terima kasih yang sangat besar, kita memohon kepada Tuhan agar semua yang telah kita terima hari ini dapat diejawantahkan ke dalam buah-buah dari perbuatan baik, agar Allah dapat menganugarahkan Paus Fransiskus semua yang ia harapkan untuk kita dan Putra-Putra Hati Maria yang Tak Bernoda dapat terus berjuang dengan sukacita di perahu Gereja. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Theo, Ado & Nus)