Deklarasi Pendirian Provinsi Ave Maria

Kupang, Indonesia. Pada hari yang penuh sukacita ini, tepat pada perayaan Hari Raya Kabar Sukacita, Kongregasi Misionaris Claretian di Indonesia-Timor Leste memulai sebuah sejarah penting. Setelah sekian lama berstatus sebagai Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, terhitung sejak tanggal 25 April 2005, kini Claretian Indonesia-Timor Leste resmi menjadi sebuah provinsi baru. Provinsi ini diberi nama PROVINSI AVE MARIA. Dua kata pertama dalam sapaan Malaikat Gabriel kepada Santa Perawan Maria untuk menyampaikan Kabar Sukacita kelahiran Yesus Kristus sebagai KABAR GEMBIRA itu sendiri, diambil untuk menjadi nama provinsi.

Deklarasi pendirian Provinsi Ave Maria ini menandai babak baru bagi perjalanan Kongregasi Claretian di Indonesia dan Timor Leste. Keputusan ini secara resmi diumumkan oleh pimpinan tinggi Kongregasi Misionaris Claretian dalam Dekrit yang ditandatangani oleh P. Mathew Vattamattam, CMF, selaku Pemimpin Tertinggi Kongregasi saat ini.

Perubahan status ini juga dimaknai sebagai langkah besar untuk mempertegas semangat misioner para Claretian dalam menjalankan misi yang dipercayakan kepada mereka. Kelahiran Provinsi Ave Maria ini diharapkan dapat memberi semangat baru bagi seluruh anggota Kongregasi Misionari Claretian, dan membawa kabar sukacita bagi seluruh umat yang dilayani.

Deklarasi yang dilaksanakan dalam ruang virtual ini dimoderasi oleh P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF. Dalam pertemuan tersebut, dibacakan Dekrit Deklarasi Pendirian Provinsi Ave Maria dan Surat Keputusan untuk Provinsial dan Dewan Provinsial beserta penunjukkan Sekretaris Provinsial. Keputusan ini berlaku hingga diadakannya Kapitel Provinsi yang pertama.

P. Valens Agino, CMF selaku Provinsial yang baru mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang sudah bekerja keras dalam mewujudkan impian pendirian provinsi baru. Beliau juga berharap agar semua misionaris yang sedang bermisi di Indonesia dan Timor Leste mau bersinergi untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Kongregasi.

Adapun beberapa misionaris yang juga menyampaikan uneg-uneg sukacita mereka. Di antaranya P. Anselmus Baru, CMF; Br. Paulinus Besin Manek, CMF; P. Urbanus Sedu, CMF; dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF juga mengutarakan rasa sukacita mereka atas pendirian provinsi baru ini. Tak lupa pula, mereka mengucapkan rasa terima kasih kepada Dewan Delegasi yang lama yang telah bekerja keras untuk menganimasi segala sesuatu menyambut kelahiran provinsi baru.

Deklarasi ini dihadiri oleh hampir seluruh Claretian di berbagai tempat misi di Indonesia dan Timor Leste. Tidak ketinggalan pula para Claretian yang saat ini sedang bermisi di Filipina, Australia, Afrika, Madagaskar, Eropa, dan Amerika Latin turut larut dalam sukacita deklarasi provinsi baru. Semuanya bersukacita atas kabar sukacita ini.

Semoga semangat Kabar Sukacita ini mengiringi perjalanan panjang Provinsi Ave Maria dalam menyebarkan Kabar Sukacita surgawi di tengah dunia, sebagaimana peran Malaikat Gabriel yang menyampaikan Kabar Sukacita; sekaligus berperan seperti Perawan Maria yang menyimpan dan membawa Sabda itu.

Profisat untuk Provinsi Ave Maria! Salam “Ave Maria”!

Galeri Foto

Sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba: Orang Muda Berkarya Sehat Tanpa Narkoba

Pu’urere, Ende. Forum Kerjasama Komunitas Religious Distrik Ende Lio menggelar sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan serta Peredaran Gelap Narkoba dengan tema “Orang Muda Berkarya Sehat Tanpa Narkoba”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Tarsisius Paroki St. Marinus Pu’urere, Keuskupan Agung Ende pada Minggu (23/3/2025), pukul 10.00 WITA.

Sosialisasi ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu dr. Merry Christin Kotten, yang membahas dampak kesehatan akibat penyalahgunaan narkoba, serta Iptu Valerianus V. Pale, Kasat Narkoba Polres Ende, yang memberikan wawasan mengenai dampak penggunaan narkoba bagi kesehatan dan mental serta upaya penegakan hukum dan pencegahan peredaran narkoba di wilayah Ende.

Acara ini dihadiri oleh Orang Muda Katolik (OMK) utusan dari lingkungan-lingkungan Paroki St. Marinus Pu’urere, Keuskupan Agung Ende, utusan dari OMK Paroki St. Yosep Onekore serta mahasiswa/i Akademi Keperawatan (Akper) Kemenkes Ende. Para peserta tampak antusias mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab, yang memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai bahaya narkoba serta peran generasi muda dalam melawan peredarannya.

Dalam sambutannya, perwakilan Forum Kerjasama Komunitas Religious Distrik Ende Lio menekankan pentingnya peran komunitas religius dan kaum muda dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas narkoba. “Masa depan bangsa ada di tangan generasi muda. Dengan menjauhi narkoba, kita bisa berkarya dan membangun kehidupan yang lebih baik,” ungkapnya.

Sosialisasi ini diakhiri dengan komitmen bersama dari para peserta untuk menolak narkoba dan menyebarkan edukasi kepada lingkungan sekitar. Kegiatan ini menjadi salah satu langkah nyata dalam membangun kesadaran akan bahaya narkoba, khususnya di kalangan generasi muda di Ende.

#Salam orang muda #Tolak Narkoba (Kontributor P. Kristoforus Landur, CMF, Vikar Komunitas Claretian Pu’urere)

Galeri Foto

Earth Hour 2025: 60 Menit untuk Keberlanjutan Lingkungan dan Kelestarian Bumi

Kupang, Indonesia. Sebagai bentuk partisipasi dalam upaya global untuk mencintai bumi, komunitas-komunitas Claretian Indonesia-Timor Leste kembali menyelenggarakan kegiatan Earth Hour 2025. Kegiatan ini, yang berlangsung pada hari Sabtu malam (22/3/2025), mengajak semua pihak untuk mematikan lampu selama satu jam, dari pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat.

Earth Hour adalah sebuah program yang diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan didukung oleh PBB serta Claretian NGO at UN, dengan tujuan utama untuk menghemat penggunaan listrik dan mengurangi jejak karbon global. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melindungi lingkungan dan bumi sebagai rumah bersama yang harus dijaga.

Para anggota komunitas Claretian Indonesia-Timor Leste turut ambil bagian dalam kegiatan ini dengan penuh semangat. Selama satu jam, mereka mematikan lampu rumah di komunitas masing-masing dan berpartisipasi dalam momen refleksi untuk merenungkan kontribusi yang dapat mereka berikan terhadap pelestarian alam.

Kegiatan Earth Hour ini tidak hanya tentang mematikan lampu, tetapi juga tentang menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga bumi dan mengurangi konsumsi energi yang berlebihan. Meskipun hanya berlangsung selama enam puluh menit, tetapi gerakan ini bisa menjadi titik awal bagi semua insan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Sebagai bagian dari gerakan ini, komunitas-komunitas Claretian yang tersebar di Indonesia dan Timor Leste melaksanakan kegiatan ini dengan mengajak semua anggota komunitas untuk bersama-sama merasakan dampak positif dari kebiasaan kecil yang dapat dilakukan sehari-hari guna menjaga kelestarian bumi.

Dengan partisipasi aktif dari komunitas-komunitas di Indonesia dan Timor Leste, kegiatan Earth Hour 2025 diharapkan dapat terus memperkuat komitmen global untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendukung upaya-upaya mitigasi perubahan iklim.

Galeri Foto

Rekoleksi Prapaskah OMK Paroki Mater Dei: Memilih yang Terbaik

Melata, Kalimantan Tengah. Hidup adalah serangkaian pilihan. Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai kemungkinan antara yang baik, yang lebih baik, dan yang terbaik. Namun, dalam dunia yang semakin sibuk ini, sering kali kita terjebak dalam rutinitas tanpa menyadari bahwa kita mungkin telah memilih hal-hal yang mengalihkan kita dari yang paling utama. Masa Prapaskah mengundang kita untuk kembali melihat hati kita, merenungkan pilihan-pilihan kita, dan bertanya dengan jujur: Apakah aku telah memilih yang terbaik, yaitu Tuhan sendiri?

Situasi inilah yang melatari berkumpulnya Orang Muda Katokik (OMK) se-Paroki Mater Dei Melata untuk mengadakan rekoleksi Prapaskah pada 15-16 Maret 2025. Tema yang direnungkan adalah “Memilih yang Terbaik”, yang terinspirasi dari teks Injil Lukas 10:38-42.

Rekoleksi tersebut dibuka secara resmi oleh Ketua DPP Paroki Mater Dei Melata, yang dalam sambutannya menekankan bahwa rekoleksi ini bukan hanya sekadar momen pertemuan, tetapi sebuah kesempatan untuk menanamkan nilai iman yang lebih dalam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rekoleksi Prapaskah: Memilih yang Terbaik

Rekoleksi tersebut dibawakan oleh Fr. Firminus Deo, CMF. Melalui teks Injil yang direnungkan, TOM-er Melata ini mengajak para peserta untuk belajar dari kisah Maria dan Marta, dua saudari yang menerima Yesus di rumah mereka. Sementara Marta sibuk melayani, Maria memilih untuk duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan-Nya. Ketika Marta mengeluh, Yesus menjawab dengan penuh kasih, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.”

Fr. Firminus Deo, CMF juga menjelaskan bahwa kisah Maria dan Marta bukan sekadar tentang aktivitas dan keheningan, tetapi tentang prioritas dalam hidup. Marta tidak salah dalam melayani, tetapi dia kehilangan hati yang tenang dan terarah kepada Yesus. Di sisi lain, Maria menunjukkan bahwa berada dekat dengan Tuhan adalah hal yang paling utama.

Menurutnya, kisah Maria dan Marta sangat relevan bagi kaum muda saat ini. Dalam kesibukan dunia modern, banyak orang muda yang terjebak dalam kesibukan yang tidak selalu bermakna, baik itu dalam studi, pekerjaan, media sosial, maupun hiburan. Tanpa disadari, mereka menjadi seperti Marta sibuk, tetapi lupa menyisihkan waktu untuk Tuhan. Atas dasar inilah Fr. Firminus Deo, CMF mengajak peserta rekoleksi untuk memberi waktu untuk duduk di kaki Tuhan seperti Maria dan mengajak mereka untuk memilih kegiatan-kegiatan yang terbaik. Para peserta pun diajak untuk memilih waktu berdoa lebih banyak, mengurangi gangguan yang membuat mereka sendiri jauh dari Tuhan, lebih peduli kepada sesama melalui tindakan kasih, dan membuka hati untuk mendegarkan suara Tuhan dalam keheningan.

Setelah sesi refleksi, para peserta diajak untuk memasuki momen hening, di mana mereka diberi kesempatan untuk merenungkan kembali pilihan-pilihan hidup mereka selama ini. Dalam suasana yang tenang, mereka menuliskan komitmen kecil yang akan mereka lakukan selama Prapaskah ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Banyak peserta yang tersentuh oleh sesi ini. Ada yang menyadari bahwa mereka terlalu sibuk dengan dunia luar hingga lupa berdoa, ada yang merasa perlu memperbaiki hubungan dengan keluarga, dan ada yang bertekad dan berkomitmen untuk lebih aktif dalam pelayanan Gereja.

Selain berefleksi bersama, rekoleksi Prapaskah OMK Paroki Melata juga disegarkan dengan icebreaking yang dipandu oleh ketua OMK. Icebreaking ini bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan membangun semangat persaudaraan antar peserta. Gelak tawa dan sukacita memenuhi ruangan, mencerminkan kebahagiaan dalam kebersamaan sebagai komunitas yang beriman.

Misa Penutup

Sebagai puncak rekoleksi, pada Minggu, 16 Maret 2025, seluruh peserta mengikuti Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Paroki, P. Jefryyanus Ulu, CMF. Dalam homilinya, Pastor mengajak setiap orang muda untuk benar-benar menerapkan pesan rekoleksi ini dalam kehidupan sehari-hari—bukan hanya sebagai teori, tetapi sebagai gaya hidup dalam mengutamakan Tuhan di atas segalanya.

Rekoleksi ini menjadi kesempatan berharga bagi OMK untuk semakin mengenali diri, memperdalam relasi dengan Tuhan, dan meneguhkan komitmen dalam memilih yang terbaik. Semoga setiap langkah yang diambil setelah ini menjadi langkah yang semakin dekat kepada Kristus, Sang Kebaikan Sejati. Semoga masa Prapaskah ini menjadi awal perjalanan baru bagi setiap OMK, di mana mereka semakin berani berkata dalam hidup mereka: “Aku memilih yang terbaik, aku memilih Tuhan.” (Kontributor P. Jefryyanus Ulu, CMF, Pastor Paroki Mater Dei Melata dan Fr. Firminus Deo, CMF, TOM-er Paroki Mater Dei Melata)

Galeri Foto

Kursus untuk Para Religius Yuniorat 2025: Persahabatan dalam Hidup Membiara

Kupang, Indonesia. Pada Rabu (12/3/2025), Claretian Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste kembali mengadakan kursus online bagi para religius yuniorat. Tema yang diangkat dalam kursus kali ini adalah “Persahabatan dalam Hidup Membiara”. Kursus ini dipandu oleh Sr. Marlisa, CB, seorang formator di rumah formasi CB Binilaka, Kupang.

Memulai tema ini, Sr. Marlisa, CB menekankan bahwa asas dan dasar dari hidup panggilan serta persahabatan religius adalah kasih Allah. Persahabatan dalam hidup membiara bukanlah persahabatan biasa, tetapi sebuah relasi yang unik dan khas, yang hanya bisa dialami oleh pribadi yang telah mengikrarkan kaul kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan.

Dengan begitu, beliau mengharapkan agar persahabatan selibat yang dijalani oleh para religius perlu diarahkan dengan baik agar sejalan dengan panggilan hidup mereka. Persahabatan ini bukan hanya untuk saling mendukung dalam perjalanan spiritual, tetapi juga sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Baginya, sahabat sesama religius dalam hidup membiara adalah anugerah Allah yang memperkaya perjalanan panggilan seorang religius.

Salah satu kunci penting bagi para religius adalah hidup doa. Sr. Marlisa, CB menekankan aspek doa ini agar pertama-tama seorang religius perlu membangun hubungan pribadi dengan Tuhan sebagai bagian paling penting dalam hidup panggilan. Menurutnya, seorang religius seharusnya akan relasi dengan Kristus dan memancarkan relasi tersebut kepada semua orang. Dengan demikian, seorang religius akan dengan penuh sukacita membagikan cinta kasih Kristus kepada sahabat-sahabatnya. Persahabatan dengan semua orang, termasuk persahabatan selibat pun akan memperoleh potensi yang amat kaya bagi hdiup pribadi religius, pelayan dan kesatuan dalam komunitas.

Kursus ini diikuti dengan antusias oleh para religius yunior dari berbagai Kongregasi dan tarekat, yakni CMF, CB, BHK, MN, SDP, INSC, SPM, RVM, RCM, BSMC, dan CSV. Para peserta ini memiliki niat untuk lebih mendalami dan menghayati makna persahabatan dalam konteks hidup membiara.

Melalui kursus ini, para peserta diharapkan dapat semakin memperkaya relasi persahabatan mereka dalam hidup selibat, serta semakin menyadari pentingnya kasih Allah dalam setiap langkah perjalanan panggilan mereka. Kursus ini menjadi salah satu langkah penting dalam pembinaan religius yunior, memperdalam penghayatan spiritual, dan membentuk relasi yang sehat serta saling mendukung di dalam komunitas dan di luar komunitas.

Galeri Foto