Profisiat! P. Doddy Sasi, CMF Meraih Gelar Doktor Hukum Gereja

Roma, Italia. Pada Rabu (1/3/2023), P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF mengikuti ujian Doktoral di Aula Paulus VI Universitas Kepausan Lateran, Roma. Pada kesempatan tersebut, P. Doddy Sasi mempertahankan tesisnya yang berjudul “La Responsabilità del Superiore Provinciale Sui Beni Temporali alla Luce del Canone 636 e La Sua Applicazione al Diritto Propio della Congregazione dei Missionari Clarettiani” (Tanggunggjawab Superior Provinsial Terhadap Harta Benda Gereja dalam Terang Kanon 636 dan Aplikasinya pada Hukum Khusus dari Kongregasi Misionaris Claretian).

Tesis yang dikembangkan oleh imam kelahiran Umatoos, Besikama ini terdiri atas empat konsep besar. Konsep yang pertama berbicara tentang tanggungjawab, kemudian diikuti dengan penjelasan konsep kedua tentang harta benda Gereja dan harta benda religius. Pada konsep yang ketiga, P. Doddy Sasi membedah kanon Hukum Gereja nomor 636 secara eksegetis. Tesis tersebut ditutup dengan bagian keempat tentang kontribusi atau aplikasinya bagi hukum khusus Kongregasi Misionaris Claretian.

Menurut P. Doddy Sasi, tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memberikan kontribusi kepada Kongregasi. Diharapkannya bahwa tesis ini bisa memberi andil bagi para superior provinsi agar lebih mudah dalam mengelola harta benda Gereja dan harta benda religius. P. Doddy mengharapkan agar tesisnya bisa berkontribusi dalam melahirkan suatu guideline bagi para superior dalam mengelola harta benda.

P. Doddy Sasi menuturkan bahwa dirinya sempat cemas dan khawatir sebelum mengikuti ujian doktoral. Namun, dengan tenang pastor yang ditahbiskan pada tahun 2014 silam ini bisa mengadakan presentasi dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan para penguji dengan baik. Bahkan P. Doddy Sasi sempat merasa “biasa saja” saat ujian sedang berlangsung. Setelah itu, P. Doddy Sasi merasa sangat bersukacita bisa menyelesaikan ujian tersebut, terlebih setelah mendengar hasil yang dibacakan penguji.

Ujian yang berlangsung hampir selama satu jam tersebut diawali dengan presentasi tesis dari P. Doddy Sasi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari tiga penguji. Ujian tersebut diakhiri dengan pengumuman hasil ujian di mana P. Doddy Sasi berhasil meraih predikat “Summa cum Laude” dan berhak menyandang status Doktor Hukum Gereja.

Ujian doktoral dari P. Doddy Sasi ini dilangsungkan secara terbuka. Dengan demikian, hadir dalam ujian tersebut adalah Lina Yanti (perwakilan Kedutaan Republik Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan), rekan-rekan Misionaris Claretian dan para sahabat kenalan yang sedang bermisi di Roma.

Sebagai informasi, secara keseluruhan, P. Doddy Sasi menyelesaikan perutusan dari Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste untuk studi di Kota Abadi Roma dalam tempo lima tahun. Rinciannya, studi lisensiat (S2) diselesaikan dalam tempo tiga tahun, dan studi doktoral (S3) diselesaikan dalam tempo dua tahun empat bulan.

Profisiat untuk P. Doddy Sasi, CMF yang telah menyelesaikan studi Hukum Gereja di Universitas Kepausan Lateran, Roma dengan hasil yang sangat luar biasa!

Galeri Foto

Para Misionaris Claretian Mengikuti Pelatihan Pengembangan Pastoral Kaum Muda

Bogor, Jawa Barat. Prefektur Kaum Muda dan Aksi Panggilan bersama tim menggelar Pelatihan Pengembangan Pastoral Kaum Muda di Wisma Lestari Cikanyere, Bogor, pada 20-24 Februari 2023.

Pelatihan tersebut diikuti oleh P. Krisantus E. Nurak, CMF; P. Paul Jeraman, CMF; Br. Hieronimus Ngampu, CMF; P. Kristoforus Landur, CMF; dan P. Edvan Andreas Ru’u, CMF. Pelatihan tersebut difasilitasi oleh Para Suster Sang Timur (PIJ). Para suster PIJ sendiri sudah malang melintang dalam memberikan pelatihan untuk pastoral anak-anak dan kaum muda.

Dalam pelatihan yang digelar di Wisma Lestari milik para Suster PIJ ini, P. Isto dan kawan-kawan diberikan salah satu metode dalam berpastoral dengan anak-anak dan kaum muda. Metode yang mereka berikan sederhana tetapi sangat kekinian dan menyentuh dunia anak-anak dan kaum muda.

P. Isto selaku prefektur Kaum Muda dan Aksi Panggilan mengutarakan pendapatnya terkait dengan pelatihan tersebut. Menurutnya, pelatihan ini memberikan banyak inspirasi bagi para peserta dalam mengembangkan kerasulan bagi anak-anak dan kaum muda. Senada dengan P. Isto, Br. Hiron mengatakan bahwa pelatihan ini bukan hanya menambah khazanah berpastoral tetapi juga memberikan nilai-nilai yang sangat berguna bagi kami. “Pelatihan ini serasa retret”, imbuhnya.

Sr. Veronica, PIJ selaku fasilitator pelatihan ini sangat senang dengan antusiasme para misionaris Claretian yang mengikuti pelatihan ini. Baginya, selain memberikan pengalaman kepada para Claretian, pelatihan ini juga memperkaya dirinya sebagai seorang suster Sang Timur.

Pelatihan bersama para suster PIJ berakhir pada Rabu (22/2/2023). Selanjutnya, pada 23-24 Februari 2023, Tim Kaum Muda menyusun Program Pastoral Kaum jangka panjang untuk misi kaum muda dalam Delegasi ke depannya. P. Valens Agino, CMF yang memimpin pertemuan tersebut.

Semoga kegiatan ini memberikan inspirasi baru dalam menghidupkan dan mengembangkan pastoral kita untuk anak-anak dan kaum muda.

Salam In Corde Matris  dari Wisma Lestari Cikanyere Bogor.

(Laporan dari P. Kristoforus Landur, CMF)

Galeri Foto

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik NPK Cair oleh Komunitas SEPEKita Bersama Kelompok Tani Claret dan AMC

Lasiana, Kupang. Komunitas SEPEKita kembali menggelar kegiatan khusus dalam pertemuan rutin bulanan pada Rabu (15/02/2023) kemarin, bertempat di Aula Claret. Dalam pertemuan tersebut, Komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok Anak Muda Claretian (AMC).

Pertemuan rutin bulanan tersebut memiliki tiga agenda besar, yakni pembuatan pupuk organik NPK cair oleh tim ekologi SEPEkita, sosialisasi rencana kerja SEPEKita pada tahun kalender 2023 kepada para anggota dan para peserta undangan, dan pembicaraan mengenai kolaborasi antara Komunitas SEPEKita bersama kelompok tani Claret dan kelompok AMC dalam kegiatan-kegiatan nantinya.

Pelatihan membuat pupuk organik NPK cair ini berbahan dasar eco enzyme. Pupuk ini sangat ramah lingkungan dan efektif untuk mengambalikan kesuburan tanah. Promosi pembuatan pupuk tersebut sangat diharapkan menjadi jawaban bagi para petani yang mengalami kelangkaan pupuk dan sekaligus menjadi salah satu jawaban atas kepedulian kita bersama pada pelestarian alam ciptaan. Dalam kegiatan ini dihasilkan 145 liter pupuk organik NPK cair.

Selain pelatihan pembuatan pupuk organik NPK cair, Komunitas SEPEKita juga mensosialisasikan salah satu program fokusnya di tahun ini yakni pengambilbagian dalam penanganan tengkes (stunting) di NTT. Aksi ini akan berfokus pada pemberian makanan tambahan untuk anak, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui). Makanan tambahan ini berupa olahan pangan lokal yang kaya gizi yang merupakan hasil racikan komunitas SEPEKita.

Tujuan dari komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok AMC adalah agar ketiganya bisa berkolaborasi dalam membangun misi bersama dari kerasulan Para Misionaris Claretian. Tiga kelompok yang berada di bawah payung kerasulan CMF Indonesia-Timor Leste tersebut mencoba untuk bekerja sama dalam menjawab tantangan zaman yang kian berubah.

Pertemuan rutin bulanan komunitas SEPEKita dihadiri oleh anggota-anggota Komunitas SEPEKita sendiri, kelompok tani Claret berjumlah 3 orang, dan AMC berjumlah 7 orang.

Galeri Foto

Pekan Hidup Bakti XIII 2023

Kupang, Indonesia. Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste kembali mengadakan Pekan Hidup Bakti (PHB) edisi ke-13. Tema yang diangkat dalam PHB XIII kali ini adalah “Dipanggil Menjadi Seniman Perdamaian”. PHB ke-13 2023 ini dilaksanakan secara daring via zoom pada 2-4 Februari 2023.

PHB ke-13 2023 kali ini mengundang beberapa pembicara untuk menyampaikan materi seputar kehidupan membiara dalam kaitannya sebagai pembawa perdamaian. Mereka adalah P. Yeremias Nardin, CMF, P. Valens Agino, CMF, P. Agustinus Supur, CMF, Sr. Caroline Naibaho, KYM, dan P. Andi Suparman, MI. P. Martin Harun, OFM sedianya diundang sebagai salah satu pembicara, namun yang bersangkutan berhalangan dengan alasan kesehatan.

Adapun para pembicara tersebut menyampaikan materi dari berbagai sudut pandang, yakni dari sudut pandang filsafat, sudut pandang kitab suci, sudut pandang teologi, sudut pandang hidup komunitas, dan sudut pandang misi.

PHB ke-13 2023 ini dihadiri oleh berbagai kelompok hidup bakti, entah yang perempuan maupun laki-laki. Peserta-peserta tersebut tersebar di berbagai negara, yakni di Indonesia, Timor Leste, Australia, Filipina, Sri Lanka, India, dan Italia.

Galeri Foto

Perayaan Penutupan Tahun Clotet

Kupang, Indonesia. Setahun yang lalu, Kongregasi menetapkan 4 Februari 2022 sampai 4 Februari 2023 sebagai Tahun Clotet. Momen tersebut merupakan pengingat bagi Kongregasi dalam rangka 200 tahun kelahiran P. Jaime Clotet, co-pendiri Kongregasi Para Misionaris Putra-putra Hati Tak Bernoda Maria, pada 24 Juli 2022.

Sabtu (4/2/2023), bertepatan dengan ulang tahun kematian P. Clotet ke-125, Kongregasi secara resmi menutup Perayaan Tahun Clotet. Di momen yang berahmat itu, P. Mathew Vattamatam, CMF (Superior General) membagikan sebuah surat edaran sekaligus kepada seluruh anggota Kongregasi untuk menutup perayaan Tahun Clotet.

Dalam surat tersebut, P. Mathew memaparkan beberapa kekhasan dari pribadi P. Clotet, yakni pertama, bahwa P. Clotet adalah seorang yang memiliki kebaikan secara alami. Dalam arti bahwa P. Clotet adalah seorang yang rendah hati, lemah lembut dan berbakti kepada Tuhan dan orang lain. Kedua, P. Clotet sangat dipengaruhi oleh kebajikan dari kesaksian hidup P. Claret, yakni terus bekerja untuk kebaikan.

Ketiga, seorang misionaris yang hidup dalam kehidupan hariannya. Pada bagian ini, P. Mathew mengatakan bahwa P. Clotet adalah seorang yang baik, seorang pria yang berintegritas, tanpa kejahatan, seperti “malaikat dalam daging manusia”. Keempat, seorang formator bagi para bruder. P. Clotet adalah seorang formator yang baik bagi para bruder. Dia sungguh-sungguh memberikan dirinya kepada para bruder.

Kelima, katekis para orang tuli. P. Clotet adalah seorang rasul bagi orang-orang yang alat pendengarannya tidak berfungsi dengan baik. Sebagai kerasulannya, P. Clotet banyak memberikan pelayanannya kepada orang tuli, termasuk menulis buku bagi mareka dan bagi para pekerja pastoral. Keenam, seorang yang berada dalam hadiran Allah. P. Matthew mencatat bahwa P. Clotet sungguh-sungguh memberikan dirinya kepada Tuhan. P. Clotet sungguh menyadari bahwa Allah senantiasa hadir dalam setiap gerak hidupnya.

Dari kepribadian P. Clotet, P. Mathew menarik beberapa poin pembelajaran yang penting bagi Kongregasi sekarang ini. Pertama, P. Clotet adalah contoh pribadi yang setia dan senantiasa mendedikasikan diri pada pekerjaan dan pelayanan. Kedua, P. Clotet adalah contoh seorang yang penuh belas kasih, sebagaimana dia tunjukkan kepada orang-orang tuli yang dia layani. Ketiga, P. Clotet adalah contoh dari seorang yang benar-benar menghadirkan Tuhan dalam diri dan dalam pelayanannya. Keempat, P. Clotet adalah contoh seorang yang rendah hati, sebagaimana dia tunjukkan kepada siapa saja yang dia temui.

Sebagai penutup surat edarannya, P. Mathew mengajak para misionaris Claretian untuk mendoakan proses beatifikasi bagi P. Clotet yang sedang berlangsung. Terlebih, P. Mathew meminta kepada setiap anggota untuk berdoa melalui P. Clotet, agar melalui dia, terdapat keajaiban Tuhan. Satu keajaiban saja sudah cukup untuk mengantar P. Clotet untuk mendapat gelar Beato.

Perayaan Penutupan Tahun Clotet dalam Komunitas

Menindaklanjuti permintaan dari Kongregasi untuk merayakan Penutupan Tahun Clotet, secara umum komunitas-komunitas lokal dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste merayakan penutupan Tahun Clotet dengan penuh khusyuk. Komunitas Seminari Hati Maria, Kupang, misalnya merayakan penutupan Tahun Clotet dengan sharing-sharing dari para frater perihal pribadi P. Clotet.

Selain itu, Komunitas Wisma Skolastikat Claretian, Jogjakarta merayakan Penutupan Tahun Clotet dengan cara berbeda. Komunitas tidak hanya merayakan Misa penutupan, tetapi dirayakan bersamaan dengan rekoleksi bulanan komunitas. Isi materi rekoleksi tersebut membicarakan seputar pribadi dan pelayanan P. Clotet beserta relevansinya bagi para misionaris dalam komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta.

Webinar Kitab Suci: Analisis Naratif dalam Memahami dan Menghayati Kitab Suci

Kupang, Indonesia. Dalam rangka merayakan Pekan Sabda Allah, Prefek Kitab Suci dan Komunikasi Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan webinar Kitab Suci pada 26-28 Januari 2023. Tema yang diangkat dalam webinar ini adalah “Analisis Naratif dalam Memahami dan Menghayati Kitab Suci”.

Pada kesempatan webinar ini, delegasi menghadirkan Hortensius F. Mandaru, SSL sebagai pembicara dan P. Dr. Valens Agino, CMF sebagai penanggap. Adapun juga seminar ini dimoderatori oleh P. Yeremias Nardin, CMF, S.S., B.Th.

Hari I

Webinar bersama Hortensius F. Mandaru ini terbagi atas dua hari. Pada hari pertama, dalam pemaparannya, Hortensi mengungkapkan bahwa membaca teks Kitab Suci itu seperti melihat suatu dunia melalui jendela. Jendela tersebut membantu pembaca untuk melihat suatu dunia, yakni dunia Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Selain itu, pembina penerjemaah Kitab Suci di LAI ini menuturkan bahwa Kitab Suci itu sendiri adalah cermin bagi si pembaca. Sebagai cermin, Kitab Suci membantu si pembaca untuk melihat dirinya sendiri. Dengan demikian, si pembaca bisa melihat apa yang tidak bisa dilihatnya sendiri.

Namun, dalam pembahasannya, Hortensi mengungkapkan bahwa acapkali dalam pembacaan teks Kitab Suci segelintir pembaca sering jatuh dalam tiga godaan besar, yakni pembaca cepat puas dengan teks yang sejatinya baru dibaca sekilas dengan anggapan bahwa dirinya sudah biasa membaca teks tersebut, pembaca sibuk mencari data-data historis yang ikut andil dalam mengkonstruksi suatu teks Kitab Suci, dan pembaca tidak memiliki pemikiran kritis atas teks yang dibacanya sehingga tidak memunculkan pesan baru dari teks tersebut.

Untuk itu, dalam menangkal tiga godaan tersebut, pria kelahiran Waerana, Manggarai ini mengundang pembaca untuk terlibat dalam teks yang dibaca. Terdapat tiga aturan yang perlu diperhatikan. Pertama, pembaca diundang untuk mengambil bagian dalam pengalaman para tokoh, sehidup dan sekonkrit mungkin. Di sini, pembaca terlibat aktif dan masuk dalam suasana cerita. Untuk itu, menurut Hortensi, pada tahap ini imaginasi sangat diperlukan untuk membayangkan situasi cerita.

Kedua, penting bagi pembaca untuk melihat ujian yang dihadapi tokoh-tokoh dalam cerita atau pilihan-pilihan apa saja yang diambil oleh tokoh-tokoh. Sebuah cerita teks berkembang karena adanya ujuan dan pilihan dari para tokoh.

Ketiga, pembaca cerita teks Kitab Suci diharapkan untuk melihat dengan saksama perbedaan antara awal dan akhir cerita. Di sini, pembaca diminta untuk melihat dengan cara apa tokoh dalam cerita tersebut berubah dan apa saja penyebab dari perubahan itu.

Bagi Hortensi, seorang pembaca teks Kitab Suci mesti membaca sebuah teks dengan saksama. Seorang pembaca mesti jeli mendengarkan suara dan sinyal yang datang dari teks Kitab Suci. Untuk dapat mendengarkan suara dan sinyal tersebut, Hortensi menyarankan untuk membaca teks Kitab Suci berulang kali.

Pada bagian terkahir presentasinya, Hortensi juga mengajak peserta seminar untuk jeli melihat plot yang dibentuk oleh cerita Kitab Suci yang ada, mulai dari situasi awal cerita, problem yang tercipta, aksi transformatif, solusi yang ditawarkan, dan situasi akhir cerita. Pada kesempatan ini pula, Hortensi mengajak langsung perserta untuk melihat teks naratif dari Mark 7:24-30 tentang Perempuan Siro-Fenisia yang percaya dan Mrk 7:31-37 tentang Yesus menyembuhkan seorang tuli.

Hari II

Kemudian pada hari kedua, Hortensi kembali mengajak peserta untuk melihat-lihat dunia seputar teks Kitab Suci. Kali ini, pembicaraan lebih berfokus pada tokoh, penokohan dan latar belakang teks. Pada bagian tokoh, Hortensi memaparkan adanya dua model tokoh yang akan selalu mewarnai teks, yakni protagonis dan antagonis. Protagonis merupakan tokoh utama yang selalu hadir dan memiliki peranan penting dalam cerita, sedangkan antagonis merupakan lawan dari tokoh antagonis.

Dalam Kitab Suci, Yesus sering ditampilkan sebagai tokoh protagonis. Namun, tidak menutup kemungkinan bila ada tokoh lain yang menjadi tokoh protagonisnya. Atau bisa juga dalam satu cerita, terdapat beberapa tokoh protagonis. Hortensi memberi contoh teks “Janda di Naim” yang mana dalam teks tersebut Yesus, si janda dan si anak meninggal disebutnya sebagai tokoh protagonis.

Selain itu, ada pula tokoh agen dan tokoh type. Tokoh agen ini merupakan pemeran pembantu yang membuat alur cerita menjadi lebih maju. Kendati demikian, bagi Hortensi, keberadaan mereka cukup penting dalam cerita. Sedangkan tokoh type ini hanyalah tokoh latar yang mempermanis cerita. Mereka ini yang sering muncul dengan nama ‘orang banyak’, seorang yang lewat’, dan sebagainya. Hortensi memberi contoh pasukan Israel dan pasukan Filistin dalam kisah Daud vs Goliath.

Selanjutnya, Hortensi memaparkan tentang tokoh Maria Magdalena dalam Yohanes 20:1-2, 11-18. Bagi Hortensi, penekanan dari teks ini tidak sekadar menampilkan bukti bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, tetapi juga tentang Maria Magdalena yang menjadi saksi dari kebangkitan Yesus. Hortensi juga menekankan bahwa cerita kebangkitan ini merupakan cerita milik Maria Magdalena (her-story) Dengan demikian, sebagai saksi kebangkitan, Maria Magdalena mengemban tugas untuk mewartakan berita gembira tentang kebangkitan Yesus kepada para murid dan semua orang. Inilah alasan mengapa Maria Magdalena mendapat julukan Apostola Apostolorum (Rasul bagi para Rasul).

Hortensi juga memaparkan tentang latar. Penulis buku Daya Pikat dan Daya Ubah: Cerita Alkitab (Pengantar Tafsir Naratif) ini menampikan empat fungsi dari adanya latar dalam sebuah cerita, yakni memberikan suasana tertentu pada cerita; memperlihatkan sekaligus menegaskan ciri seseorang; meningkatkan tensi konflik; serta menentukan struktur dan kesatuan cerita.

Pada pemaparannya, Hortensi menampilkan beberapa latar yang ada dalam cerita teks Kitab Suci, yakni pertama, latar geografi berupa tempat-tempat seperti Galilea dan Yerusalem. Kedua, latar topografis berupa tempat-tempat seperti padang gurun, Sungai Yordan, danau, gunung, dan jalan. Ketiga, latar arsitektural berupa tempat-tempat seperti rumah, sinagoga, dan sumur. Keempat, latar waktu/temporal berupa momen-momen waktu seperti malam, segera, Kerajaan Allah sudah dekat dan hari Sabat. Kelima, latar sosio-religius berupa momen-momen perayaan seperti perjamuan makan bersama, hari Sabat dan hari raya Paskah.

Hari III

Webinar dalam rangka merayakan Pekan Sabda Allah ditutup pada hari III. Pada hari III ini, diskusi dibuka dengan sharing pengalaman beberapa misionaris perihal kehidupan dan kedekatan mereka dengan Kitab Suci serta langkah-langkah praktis mereka dalam mempersiapkan renungan singkat yang inspirasinya berangkat dari Kitab Suci. Mereka yang membagikan pengalamannya adalah Sr. Fiden Muda, MC, Sr. Ucha Henakin, RMI, Sr. Lenni, RMI, dan Br. Hieron Ngampu, CMF.

Kemudian, diskusi berlanjut pada pemaparan materi dari P. Dr. Valens Agino, CMF dengan judul “Metode dan Pendekatan-Pendekatan: Untuk Memahami, Menghayati, Melayani Sabda Allah demi Mengenal, Mencintai, Melayani dan Memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus”.

Dalam pemaparannya, P. Valens mengajak para peserta webinar untuk terlebih dahulu menyadari teks Kitab Suci sebagai Sabda Allah, menyadari identitas karismatis Claretian adalah pendengar dan pelayan Sabda Allah, menyadari bahwa St. Antonius Maria Claret menjadikan Sabda Allah sebagai inspirasi, cara dan isi pelayanan misionernya, dan menyadari bahwa para Claretian diajak untuk mewariskan identitas dan karya karismatis yang sama kepada dunia.

Dengan kesadaran tersebut, bagi P. Valens, seorang Claretian diharapkan semakin mendekatkan diri pada Kitab Suci dan bereksegese secara sederhana untuk menemukan makna dari teks yang ada, sehingga menggapai tujuan, yakni mengenal, mencintai, melayani dan memuliakan Tuhan.

Webinar yang dilaksanakan secara online ini dihadiri oleh Claretian Family, yakni CMF, RMI, dan MC. Para peserta yang hadir tidak hanya diikuti oleh para Claretian yang bermisi di Indonesia, tetapi juga di Timor Leste, Filipina, Australia dan Jerman.

Galeri Foto

Kursus Teologi Komunitas Seminari Hati Maria

Lasiana, Kupang. Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) kembali mengadakan kursus untuk para frater. Kali ini, materi kursusnya adalah membahas tokoh-tokoh seputar teologi. Dalam kursus yang diadakan pada 12-13 Januari 2023 di Aula SHM itu, komunitas membahas dua tokoh penting abad ini, yakni Joseph Alois Ratzinger dan Jon Sobrino.

Kedua teolog ini dibahas oleh para teologan tingkat V dan VI komunitas SHM. Teolog Joseph Ratzinger dibahas oleh Frs. Jondry Siki, Tony Wea dan Edward Ghabo, CMFF, sedangkan teolog Jon Sobrino dibahas oleh Frs. Ebith Lonek, Vicente Siki, dan Mario Putra, CMFF.

Dalam pembahasan mengenai Joseph Ratzinger atau yang dikenal sebagai Paus Benediktus XVI, para frater mempresentasikan biografi hidup dan beberapa pokok pikiran dari Paus asal Jerman ini. Sebagai seorang penjaga pintu iman, Joseph Ratzinger sangat berpegang teguh pada prinsip untuk menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani. Untuk itulah maka, sebelum menjabat sebagai paus, Joseph Ratzinger terpilih sebagai pemimpin Kongregasi untuk Ajaran Iman dan mendapat julukan sebagai “Anjing Pelacak”.

Salah satu hal menarik dari sosok Joseph Ratzinger yang barus saja berpulang kepada Allah Bapa di surga pada 31 Desember 2022 ini adalah selain sebagai seorang pekerja keras yang tekun menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, beliau juga terkenal sebagai seorang yang menyukai keheningan. Gaya hidup inilah yang mengantar Joseph Ratzinger untuk mengambil nama ‘Benediktus’ sebagai nama regnal-nya. Santo Benediktus inilah yang terkenal dengan semboyan “Ora et Labora”.

Para teologan juga mempresentasikan sosok teolog lain, yakni Jon Sobrino. Kristolog kelahiran Basque, Spanyol, ini merupakan seorang pemikir teologi pembebasan yang sangat menaruh perhatiannya pada realitas hidup orang El Salvador. Jon Sobrino sendiri terkenal dengan pemikirannya tentang orang-orang yang tersalib (el pueblo crucificado).

Teologi pembebasan menjadi salah satu gerakan paling signifikan dalam teologi Kristen. Selama beberapa dekade, teologi pembebasan mendominasi cakrawala intelektual para teolog di Universitas dan Seminari di seluruh dunia. Teologi pembebasan muncul di Amerika Latin, di mana pengalaman penindasan, kemiskinan, kerentanan atau marginalisasi memicu refleksi berkelanjutan pada tradisi kristen. Perhatian terhadap kesejahteraan dan keselamatan manusia (the salvation and human well-being) dan misi Gereja untuk memerdekakan manusia merangkul para teolog untuk mengejawantakan komitmen praktis-teologis kekristenan.

Dalam presentasi, para teologan menuturkan bahwa alur pikiran teologis Jon Sobrino berangkat dari realitas penindasan yang dialami oleh orang-orang El Salvador. Dari situasi tersebut, Sobrino lalu menggunakan teks Hamba Yahwe yang menderita yang tertera dalam Kitab Yesaya. Sobrino juga menghubungkan Hamba Yahwe sebagai sosok Yesus Kristus. Alur berpikir inilah yang kemudian melahirkan pernyataan bahwa masyarakat El Salvador sebagai masyarakat tersalib.

Para teologan juga mengatakan Sobrino juga menggunakan teks Matius 25 tentang penghakiman terakhir. Teks tersebut kemudian yang menjadi inspirasi bagi Sobrino untuk mengatakan bahwa di luar orang miskin tidak ada keselamatan. Para teologan berpesan bahwa teologi pembebasan memungkinkan kita untuk menaruh perhatian pada dunia yang penuh penderitaan, kemiskinan, tragedi dan ketidakadilan. Sebab pada hakekatnya, kita hadir untuk orang miskin dan turut membantu mereka keluar dari penderitaan dan menggapai keselamatan. (Laporan Ecko Setiawan, CMF)

Doa Taize Keluarga Claretian: “Mimpi Bersama Keluarga Kudus Nazaret”

Condong Catur, Sleman. Pada Senin, 9 Januari 2023 pukul 18.00 WIB- 19.00 WIB, Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta (WSCY) mengadakan doa Taize online bersama keluarga Claretian. Keluarga Claretian yang dimaksud adalah keluarga besar para frater, kerabat dan mahasiswa rantau. Doa ini dipimpin oleh Fr. Adrianus Musu Sili, CMF dengan tema: “Mimpi Bersama Keluarga Kudus Nazaret”. Kegiatan ini merupakan bentuk aktualisasi dari proyek komunitas WSCY impian 1 dalam tekad ke-3: “Melakukan Ibadat Taize Komunitas dan juga bersama umat”.

Dalam Taize tersebut, inspirasi renungan berasal dari Injil Matius 2:13-15 tentang “Penyingkiran ke Mesir”. Dalam renungannya, Fr. Adris, CMF menegaskan bahwa “Yusuf mendapat perintah dari Allah untuk membawa Yesus dan Maria keluar dari Israel menuju mesir karena ada persoalan. Tak banyak bicara ataupun kompromi, mereka langsung menanggapi perintah Allah tersebut dengan hati pasrah namun penuh kepercayaan menuju mesir. Jika kita melihat sepintas  tentang alasan dari perintah ini, maka kita menemukan bahwa Yusuf dan Maria pergi ke mesir untuk mengamankan Yesus dari ancaman Herodes. Akan tetapi, poin dari perintah itu bukan hanya sebatas pergi dan aman, melainkan lebih dari itu adalah penggenapan Firman Allah. di mana Allah mengatakan, ‘dari Mesir Kupanggil Anak-Ku’”.

“Bagi saya, itu adalah mimpi utama dari keluarga kudus Nazaret yang mana menjaga dan membantu Yesus Kristus untuk menjalankan karya keselamatan Allah. Kita tentu tahu bahwa mimpi Yusuf bertemu dengan malaikat berbeda dengan Yusuf dan Maria mengimpikan keluarganya yang siap menyukseskan karya keselamatan dari Yesus Kristus. Alasannya adalah mimpi Yusuf bertemu dengan malaikat itu sebagai cara Allah menyapa manusia sedangkan mimpi Yusuf dan Maria untuk menjaga dan membantu Yesus Kristus adalah tanggapan manusiawi untuk Allah atau tanggapan iman mereka. Selain itu, mereka juga sadar bahwa Allah telah hadir dalam rupa manusia di tengah-tengah mereka. Gambaran umumnya adalah hidup dalam naungan Allah maka semua persoalan akan ada jalan keluarnya. Selayaknya, mimpi keluarga kita sama dengan Keluarga Kudus Nazaret yakni hidup dalam naungan Tuhan. Kita mesti menanggapi saapan Allah dengan tindakan kasih dalam keluarga”, tegas Fr. Adris, CMF dalam renunganya.

Setelah doa ini ada sapaan hangat dari P. Damasus Sumardi, CMF sebagai Rektor Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan saling sapa satu sama lain. Kegiatan ini dibuat untuk meningkatkan rasa persaudaraan anggota komunitas WSCY dengan keluarga, umat dan kaum muda. (Laporan R. Maryono Paing, CMF)

Menjadi Pelayan Yang Memimpin (Kursus Para Superior Komunitas Lokal 2023)

Seminari Hati Maria, Kupang. Dalam rangka mewujudkan komitmen bersama untuk menjalankan tugas kepemimpinan yang sinodal, memupuk kerja sama dalam tim, membangun sikap dan semangat tanggung jawab bersama serta selalu berupaya untuk menghargai perbedaan sebagaimana amanat Kapitel Umum XXVI (cf. QC. 57b), Dewan Delegasi mengadakan Formasi Bersama secara daring dengan para superior komunitas lokal yang baru pada tanggal 12-13 Januari 2023.

Tema-tema yang dibahas dalam studi bersama selama dua hari ini antara lain, tentang Dewan Komunitas Lokal Menurut Direktori CMF no. 417-435, yang dibawakan oleh P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf; Persekutuan Hidup Persaudaraan: Sinodalitas dan Power Abuse; Kolegialitas dan Klerikalisme; Correctio fraternal dan Dinamika Praktis Hidup Berkomunitas, yang uraikan oleh P. Valens Agino, cmf dan tema tentang Pengelolaan Harta Benda Kongregasi dalam Komunitas, yang dipaparkan oleh P. Eugenius P. Madoni, cmf. Adapun dinamika pertemuan ini tidak hanya bersifat monolog, tetapi kepada para partisipan diberi ruang dan kesempatan untuk sharing, bertanya atau pun menyampaikan insight untuk semakin mendalami tema yang dibicarakan.

Formasi para superior komunitas lokal kali ini diikuti oleh empat superior komunitas lokal yang baru diangkat untuk menjalankan tugas pelayanan ini. Mereka adalah, P. Aloysius Etwino Ganti, cmf (Superior Komunitas CMF Mandala), P. Justino Galvao, cmf (Superior Komunitas CMF Palurejo), P. Alexius Kedi, cmf (Superior Komunitas CMF Melata), P. Frederikus Seda, cmf (Superior Komunitas CH Catalina, Gading Serpong). Keempatnya menyampaikan terima kasih atas program formatif ini yang tentu akan membantu mereka dalam menjalankan tugas animasi kehidupan misioner bersama saudara-saudara di komunitasnya masing-masing. Jauh di atas semuanya itu adalah panggilan pelayanan di tengah saudara dan bagi saudara sekomunitas serta misi yang khas dari komunitas yang bersangkutan.

Tentu akhirnya tempat satu-satunya bagi kita untuk belajar memimpin adalah pribadi Yesus, Sang Guru. Dia memberikan teladan kepada para murid-Nya model kepemimpinan melayani (servant leadership model). Esensi kepemimpinan dalam model kepemimpinan ini adalah pelayanan. Dalam model kepemimpinan ini, orang yang memegang jabatan kepemimpinan atau autoritas, adalah seorang pelayan yang memimpin, bukan seorang pemimpin yang melayani. Selamat menjalankan tugas sebagai pelayan yang memimpin.

Evaluasi Pertengahan Tahun Orientasi Misioner (TOM)

Seminari Hati Maria – Kupang. Para Misionaris post novisiat yang sedang menjalankan Tahun Orientasi Misioner (TOM) Angkatan 2022/2023, mengadakan evaluasi pertengahan masa orientasi misioner pada tanggal 9-10 Januari 2023. Evaluasi tersebut dilaksanakan secara daring, mengingat hampir semua anggota angkatan TOM tahun ini tersebar di sebagian wilayah misi Misionaris Claretian seperti Sumatra, Timor Barat dan Timor Leste; selain itu tentu demi efisiensi waktu dan biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini.

Pertemuan para misionaris TOM ini dibuka dengan mendengarkan input dan insight yang disampaikan oleh Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste, P. Valens Agino, cmf. P. Valens, demikian sapaan akrabnya, mengundang para misionaris muda untuk membuka diri dalam seluruh dinamika formasi kemuridan dengan membiasakan diri untuk berdialog dengan superior komunitas dan saudara-saudara sekomunitas. Selain itu agar mereka juga terlibat dalam perjalanan bersama untuk mewujudkan impian Allah bagi Kongregasi, Delegasi, komunitas kita saat ini dalam terang mandat Kapitel Umum XXVI.

Dinamika evaluasi yang naratif dan apresiatif, membantu para-TOM-ers untuk memahami kisah kemuridan sebagai sebuah perjalanan bersama (sinodal) sesuai dengan konteks komunitas di mana mereka diutus. Demikan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana dirancang oleh team pendamping: P. Yohanes DS Jeramu, cmf (Prefek Formasi Delegasi), P. Damasus Sumardi, cmf (Superior dan Formator Skolastikat Claretian Yogyakarta), dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf (Superior dan Formator Komunitas Seminari Hati Maria Kupang).

Ada sembilan misionaris post-novisiat yang menjalankan Tahun Orientasi Misioner kali ini: Fr. Agostinho Do Rego, cmf (Paroki San Jose Aimutin, Dili), Fr. Andreas E.S. Nahak, cmf (Paroki St. Maria Fatima Lolotoe – Timor Leste), Fr. Karolus K. Guru, cmf (Paroki St. Antonius Ma. Claret Salele – Timor Leste), Fr. Dominikus D.D. Lanang, cmf (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem – Timor Leste), Fr. Yoh. Raimundus B. Paga, cmf (Paroki St. Maria Fatima Nurobo), Fr. Petrus K. Bheo, cmf (Paroki St. Antonius Ma. Claret Oenopu), Fr. Cesar Agostinho Amaral, cmf (Paroki St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus Panite), Fr. Falenrius Nderi, cmf (Quasi Paroki St. Paskalis Diski), dan Fr. Fridolin Marcen Putra, cmf (Paroki St. Mikhael Tanjung Balai). Melalui narasi kemuridan dengan macam-macam peluang dan tantangan yang mereka hadapi di komunitas perutusan mereka masing serta input dan insight formatif yang diberikan oleh para pendamping, menjadikan mereka untuk tetap bersemangat menekuni masa orientasi ini dengan baik. Demikian pengakuan TOM-er Lolotoe, Fr. Andreas E.S. Nahak, “bahwa masa orientasi misioner ini membantu saya untuk menghidupi jatidiri saya sebagai misionaris dan “always missionaries.”