Mata Air,Kupang. Bumi tempat kita berdiam saat ini darurat sampah. Sampah berserakan di mana-mana baik di pinggir jalan, hutan, sungai dan laut. Keadaan ini telah menjadikan bumi kita ibarat tempat sampah besar (LG 21).
Sebagai bagian dari solidaritas dengan alam, maka Relawan SOMI (Solidaritas dan Misi) Claret bergegas menuju Pantai Sulamanda pada Jumat (6/5/2022) untuk melakukan pembersihan pantai dengan memungut sampah plastik di sepanjang bibir pantai.
Setiap Relawan membawa masing-masing karung untuk menampung sampah yang telah dipunggut. Adapun sampah yang dipilih adalah gelas kemasan air mineral dan aneka plastik lainnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari kecintaan kepada alam.
Bumi kita adalah ibu yang jelita yang telah melahirkan tumbuh-tumbuhan hijau, udara yang segar dan air yang sejuk. Namun, dengan kemajuan teknologi yang pesat saat ini, wajah ibu kita yang jelita dilumuri dengan sampah yang berserakan di mana-mana.
“Sampah plastik baru bisa terurai dalam 200 tahun, itupun jika terpapar langsung sinar ultraviolet dari matahari. Jika tenggelam di laut maka akan bertahan selama-lamanya”, ucap P. Seles, CMF selaku koordinator SOMI Claret.
Selain itu, P. Seles juga menegaskan bahwa menyelamatkan bumi dari sampah adalah upaya untuk menjaganya demi masa depan anak cucu. Jika bumi tidak dijaga maka segalanya akan tercemar dan kita hanya mewariskan air mata dan bukan mata air kepada generasi mendatang.
Para Relawan SOMI berisi sekumpulan orang-orang muda yang memiliki semangat kepedulian terhadap alam dan sesama. Kelompok ini terbentuk pada 8 Mei 2021 silam tanggap darurat atas bencana badai Siklon Tropis Seroja yang menimpa NTT, 4-5 April 2021.
Sebagai kaum muda, Relawan SOMI turut berpartisipasi dalam melawan penyebaran sampah demi ke keutuhan ciptaan dan kelestarian alam agar tidak tercemar oleh sampah yang berserakan.
“Keselamatan alam itu penting karena alam adalah bank yang paling kaya”, ucap Yestin Imo, salah satu relawan yang sedang mengenyam pendidikan di Prodi Teknologi Pakan Ternak, Politani Kupang.
“Karena yang bumi butuhkan saat ini adalah tindakan nyata, bukan sekedar berkata-kata”, ungkap Honorata Etralia Mardin Prodi Ilmu Hukum Semester 2 Universitas Nusa Cendana
“Kegiatan hari ini sangat bermanfaat dan menyenangkan, membersihkan pantai Sulamanda dari sampah plastik, yang dibuang pengunjung dan kami sebagai pengunjung yang baik memungutnya kembali dan membuang sampah-sampah tersebut pada tempatnya, demi terjaganya kebersihan lingkungan pantai dan juga ekosistem laut”, ungkap Felixa Yuki Levinda Mahasiswi semester 2 prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNDANA.
Para relawan sangat bersyukur bisa turut mengurangi volume sampah di wilayah Kota Kupang agar wajah Kota Kupang terbebas dari sampah dan predikat “Kota Terkotor” tidak lagi disematkan kepada Kota Kupang.
Lasiana, Kupang. Pada Selasa (5/4/2022), Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan sebuah webinar tentang Lectio Divina. Webinar dimoderatori oleh P. Valens Agino, CMF. Dalam kesempatan berahmat itu, Delegasi mengundang P. Henry Omonisaye, CMF sebagai pemberi materi.
Mula-mula P. Henry mengutarakan seputar identitas seorang Misionaris Claretian. Diungkapkannya bahwa identitas seorang Misionaris Claretian yang paling kentara adalah pendengar dan pelayan Sabda Allah. Sebagaimana dalam Kapitel Umum XXVI, ditekankan semangat untuk berakar ke dalam Yesus, berarti menjadi murid-Nya dan mendengarkan Sabda-Nya dengan sungguh.
Dalam semangat kapitel tersebut, setiap Misionaris Claretian diminta untuk semakin mendalami Sabda Tuhan. Salah satu cara yang dipakai untuk mendalami Sabda Tuhan adalah dengan Lectio Divina. Dalam pada itu, Misionaris Claretian asal Delegasi Nigeria Barat ini mengingatkan para peserta untuk ber-lectio divina dengan empat langkah yang diperkenalkan oleh Guido II, seorang biarawan Cartusian, yakni lectio (bacaan), meditatio (meditasi), contemplatio (kontemplasi), dan oratio (doa).
“Carilah dalam bacaan dan Anda akan menemukan dalam meditasi; ketuklah dalam doa maka pintu akan dibukakan bagimu dalam kontemplasi”, ungkap P. Henry sembari mengutip kata-kata dari Guido II.
Bagi P. Henry, sebuah lectio divina bukanlah sebuah pembacaan biasa atas Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Lectio divina pada intinya adalah sebuah doa yang mendapat dorongan kekuatan dari Sabda Tuhan yang sedang direnungkan.
“Lectio divina adalah doa yang diilhami, dibantu, dan dipelihara oleh firman Tuhan yang dibaca dalam Kitab Suci”, terang P. Henry yang kini menjabat sebagai Prefek Kerasulan Kitab Suci dan Komunikasi.
Salah satu aspek penting yang dikemukakan oleh P. Henry ketika mengadakan lectio divina adalah dengan menggunakan pendengaran hati. Dengan pendengaran hati tersebut, para peserta yang mengadakan lectio divina diharapkan dapat mendengarkan suara Tuhan yang ada dalam bacaan yang sedang direnungkan.
“Dalam lectio divina, kita berdoa dengan menggunakan telinga hati sehingga Anda bisa mendengarkan Tuhan dalam bacaan Kitab Suci”, ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, P. Henry memberikan beberapa masukan perihal praktik lectio divina ini. Ada lima poin yang dibagikannya, yakni mengadakan lectio divina setiap hari, mencurahkan waktu untuk lectio divina dalam komunitas, sharing Sabda Tuhan dengan umat beriman, memperdalam cinta akan Kitab Suci melalui sharing Kitab Suci, dan mengorganisir studi Kitab Suci.
Pada kesempatan itu, para peserta yang hadir adalah semua misionaris yang tergabung dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Frater-Bruder berkaul sementara, hingga yang berkaul kekal.
Benlutu, Timor Tengah Selatan. Komunitas SEPEKita kembali mengadakan kegiatan bertajuk “Gerakan Latih Bersama” di Benlutu, Sabtu (2/4/2022). Kegiatan yang dilangsungkan di rumah retret dari Komunitas Novisiat Claretian Benlutu itu dihadiri oleh beberapa kelompok kategorial yang berada di bawah naungan Paroki St. Vinsensius a Paulo, Benlutu, yakni Kelompok Petani Claret, Kelompok Mawar dan Orang Muda Katolik (OMK).
Dalam kegiatan tersebut, komunitas SEPEKita kembali memberikan pelatihan seputar pengolahan bahan-bahan makanan dan obat-obatan lokal menjadi cemilan dan minuman herbal. Beberapa bahan makanan dan obat-obatan yang diolah dalam pelatihan tersebut adalah jahe, jagung, ubi ungu dan kelor.
Semua anggota yang hadir sangat antusias mengikuti proses belajar bersama ini dan pada kesempatan ini mereka berlatih untuk mengolah jahe, stik ubi ungu dan daun kelor, marning jagung dan kripik pisang dengan rasa yang enak dan dengan kualitas yang berbeda. Mereka mengungkapkan bahwa kegiatan hari ini menambah pengalaman dan pengetahuan yang baru bagi mereka.
Yovita Ceme, perwakilan dari Kelompok Tani Claret mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka dan pengalaman ini mendorong mereka untuk bekerja lebih demi menopang ekonomi rumah tangga. Ia juga menegaskan bahwa ada hal baru yang mereka pelajari dalam kegiatan ini. Sebab, selama ini yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah membuat keripik cakar ayam biasa.
“Selama ini kami tidak pernah melakukan hal seperti ini, misalnya cara membuat stik ubi ungu dan stik kelor. Selama ini yang kami buat itu hanya kripik cakar ayam biasa. Dengan kegiatan ini kami mendapat ilmu yang bermanfaat”, ujarnya.
Selain itu, Alfonsa Maria Abi, salah satu perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) menceritakan bahwa kehadiran SEPEKita memberikan ilmu baru untuk orang muda bahwa dari bahan-bahan lokal, orang muda bisa menghasilkan olahan berkualitas dengan rasa yang bervariasi. Pelatihan hari ini bisa membuka peluang orang muda untuk berwirausaha dengan apa yang mereka miliki dengan sumber daya yang ada di sekitar mereka.
Matildis Koa, perwakilan dari Kelompk Mawar mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan kegiatan ini sebab pelatihan tersebut sangat menginspirasi, membantu dan menambah ilmu untuk yang mengerjakan industri rumahan. Ia juga mengakui bahwa ada beberapa kebaruan dalam teknik pengolahan Instan jahe yang mereka pelajari dari Gerakan Latih Bersama ini.
“Kegiatan ini sangat bermanfaaat dan kami senang bisa mengikuti kegiatan ini karena sudah ada izinnya sehingga kita kerja kedepannya itu untuk tujuan pemasaranya itu ada dan jelas, kalau sebelumnya masih secara perorangan dan sekarang sudah kelompok sehingga pemasarannya bisa jelas”, jelasnya.
Silverius Homa, CMF selaku pendamping beberapa kelompok kategorial yang berada di bawah bimbingan Paroki St. Vinsensius A Paulo, Benlutu, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Koordinator SEPEKita dan timnya yang telah menerima dan menjawab undangan mereka untuk hadir di Paroki St. Vinsensius a Paulo, Benlutu. Ia juga melanjutkan bahwa kegiatan belajar bersama ini akan membawa manfaat bagi kelompok secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Sebagai pendamping kelompok kategorial tersebut, P. Sil, CMF mengharapkan agar anggota kelompok harus melanjutkan usaha ini, dan kepada komunitas SEPEKita ia berharap agar kegiatan ini tidak sebatas Latihan hari ini tapi harus ada pendampingan lanjutan oleh komunitas SEPEKita.
“Kami sangat senang mengambil bagian dalam pemberdayaan ini. Harapan untuk kelompok, semoga tetap memiliki semangat untuk melanjutkan impian atau karya ini untuk masa depan yang lebih baik. Semoga kerja sama ini membawa hasil yang lebih baik seperti kelompok lain yang telah di bentuk oleh kelompok SEPEKita”, ungkapnya.
Di akhir dari kegiatan ini, tim Komunitas SEPEKita bersama semua anggota yang hadir membentuk sebuah kelompok dengan nama sah, yaitu NUNUH AMASAT dan merencanakan program selanjutnya dengan tempat dan tanggal yang pasti. Selain itu, Tim SEPEKita juga menjelaskan tentang Analisa Rencana Usaha. Analisa ini akan membantu anggota kelompok melihat peluang bisnis yang ada dan menentukan harga jualnya sekaligus proses pemasarannya.
Semau, Kupang. Pada 4-5 Maret 2022 silam, Komunitas SEPEKita telah mengadakan pelatihan bertajuk “Gerakan Latih Bersama” bertempat di wilayah kuasi Paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau. Pelatihan tersebut ditujukan kepada para peserta yang tergabung dalam kelompok Langa Bungtilu. Saat itu, sebanyak 15 peserta hadir dalam pelatihan tersebut.
Pada kesempatan itu, Komunitas SEPEKita dan kelompok Langa Bungtilu belajar mengolah rumput laut, bawang merah dan minuman herbal.
Yustina Sadji, pendamping kegiatan pelatihan, melalui sambungan whatsapp menginformasikan bahwa kegiatan pelatihan tersebut telah berhasil dilaksanakan. Hasilnya, kelompok Langa Bungtilu langsung mengadakan bazar kemudian memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.205.000. Hasil itu menjadi pemasukan bagi kelompok Langa Bungtilu sebagai modal untuk terus berproduksi.
Yustin Sadji menjelaskan bahwa Komunitas SEPEKita akan terus melakukan “Gerakan Latih Bersama” untuk umat dan masyarakat untuk memberdayakan keterampilan yang dimiliki agar bisa menjadi salah satu sumber penopang hidup ekonomi keluarga.
“Ibu-ibu yang hadir ini diharapkan memiliki keterampilan yang diberikan Komunitas SEPEKita sebagai kekuatan untuk memberdayakan diri dalam menopang ekonomi keluarga”, ungkapnya.
Kegiatan “Gerakan Latih Bersama” yang ditawarkan oleh Komunitas SEPEKita mendapat tanggapan yang positif dari Pastor, Dewan Kuasi Paroki dan tim sosial ekonomi (Sosek) wilayah setempat.
RD. Philipus Philic, Pr, selaku pastor dari kuasi Paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau sangat mendukung program ini. Ia mengatakan bahwa umat dan juga kelompok lain di sekitar wilayahnya sangat terbantu menjadi lebih kreatif dan keterampilan yang dimiliki akan membantu meningkatkan ekonomi rumah tangga.
“Kegiatan ini membantu umat untuk lebih kreatif meningkatkan ekonomi rumah tangga dan kehadiran SEPEKita dengan program “Gerakan Latih Bersama” sangat membantu umat, tidak hanya kelompok di wilayah kuasi paroki tetapi juga kelompok lain di wilayah sekitarnya “, katanya.
Lebih lanjut RD. Philipus Philic, Pr, menjelaskan bahwa hal yang membuat dia tergerak hati untuk terlibat dalam gerakan ini adalah bahwa Komunitas SEPEKita menyadarkan umat dan membantu mereka untuk membangun dari apa yang mereka miliki dalam kehidupan harian mereka.
“Visi misi SEPEKita membangun dari apa yang ada pada umat membuat saya sebagai pastor tergerak hati untuk membantu umat sehingga memberdayakan apa yang ada pada diri mereka”, tandasnya.
Selanjutnya, menurut Yustin Sadji, dukungan, pengawasan dan pendampingan intensif dari pastor kuasi paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau telah mengatar kelompok Langa Bungtilu untuk mengaktualisasikan komitmen mereka. Untuk itulah, pada Sabtu (26/3), kelompok Langa Bungtilu kembali memproduksi sirup rumput laut, pilus rumput laut, dan instan jahe rempah.
“Hari ini, 26 Maret 2022, kelompok Langa Bungtilu menindaklanjuti komitmen yang dilakukan kelompok bersama komunitas SEPEKita dengan memproduksi sirup rumput laut, pilus rumput laut dan instan jahe rempah. Kegiatan ini akan selalu diawasi dan didampingi oleh pastor kuasi Paroki. Ia sangat mendukung kegiatan pemberdayaan umat”, katanya.
Pulau Semau merupakan penghasil rumput laut dan bawang merah. Kelompok Langa Bungtilo merupakan kelompok percontohan dalam mengolah sumber daya lokal tersebut menjadi produk yang mempunyai nilai jual dan menjadi pilihan usaha bagi umat dan masyarakat Semau secara keseluruhan. Menurut rencananya, produk-produk olahan kelompok Langa Bungtilu akan masuk dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT.
Bonipoi, Kupang. Komunitas SEPEKita kembali melakukan kegiatan solidaritas dan pemberdayaan melalui kelompok-kelompok kecil. Dalam kegiatan bertajuk GERAKAN LATIH BERSAMA tersebut, para peserta yang hadir diberi pelatihan untuk memanfaatkan aneka tanaman rimpang menjadi minuman herbal.
Kegiatan pemberdayaan tersebut dilaksanakan di wilayah satu, KUB Sta. Bernadeta, Paroki Kristus Raja Kota Kupang, pada Sabtu (19/3/2022). Kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa koordinator SEPEKita dan 13 umat KUB Sta. Bernadeta.
Ibu Yustin Sadji, selaku koordinator lapangan dari SEPEKita, mengungkapkan dua hal kepada para peserta yang hadir perihal kegiatan tersebut dilaksanakan di tahun 2022 terkait dengan pembuatan obat-obatan herbal.
“Pertama untuk membuat minuman herbal yang menyehatkan untuk menjaga imunitas tubuh. Kedua bagaimana minuman ini menjadi sumber penghasilan dalam menopang perekonomian keluarga.”
Selain itu, Gerakan Latih Bersama tersebut bermaksud agar semua peserta dan juga para pemberi pelatihan dapat belajar secara bersama-sama. Ibu Yustin mengatakan bahwa pelatihan tersebut adalah suatu proses belajar bersama antara pemberi pelatihan dan para peserta.
“Kita bukan membuat pelatihan, tapi kita membuat gerakan yang dibilang Gerakan Latih Bersama. Proses latih bersama ini bukan berarti orang-orang SEPEKita yang menjadi pelatih sedangkan mama-mama dan adik-adik menjadi peserta latihan, itu tidak. Ini adalah proses bersama.”
Adapun juga ibu Dortia Sonja Bura Wake, salah satu tim pemberdayaan di SEPEKita, mengatakan bahwa keberadaan kegiatan Gerakan Latih Bersama pada kesempatan itu adalah untuk meracik minuman herbal. Adapun beberapa tanaman rimpang yang akan diracik adalah jahe dan kunyit.
“Tim SEPEKita bersama anggota KUB yang hadir akan belajar bersama membuat minuman herbal yaitu Instan Jahe Rempah dan Instan Kunyit Asam.”
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini sangat membantu banyak orang, terlebih ekonomi umat dalam situasi pandemi dan pasca pandemi yang membuat banyak orang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pemasukan ekonomis.
“Ini merupakan satu bentuk kepedulian kepada sesama dalam situasi Normal Baru.”
Sementara itu, hadir juga koordinator umum SEPEKita, P. Celestino, CMF. Ia menjelaskan bahwa Komunitas SEPEKita merupakan satu bentuk kerasulan yang dilakukan oleh Kongregasi Claretian bersama kaum awam. Komunitas ini bergerak dalam beberapa hal; solidaritas dan pemberdayaan, teknologi dan lingkungan hidup, dan ekonomi. Ia juga menegaskan bahwa dalam karya ini, SEPEKita selalu bekerja sama dengan Gereja lokal/setempat.
Tujuan dan Harapan
Untuk menindaklanjuti kegiatan ini, tim SEPEKita bersama anggota kelompok yang hadir sepakat untuk membentuk satu kelompok secara sah. Nama kelompok tersebut adalah Kelompok Usaha Bernadet. Kelompok ini berada di Jl. Lontar 37 Pasir Panjang, Paroki Kristus Raja, Kota Kupang, NTT.
Menurut Ibu Yustin, selain tujuan-tujuan yang telah disampaikan, kegiatan tersebut juga dilakukan untuk mengajak orang-orang Katolik berkontribusi terhadap permasalahan yang terjadi saat ini yaitu masalah sosial, ekonomi dll.
Selain itu, P. Celestino, CMF menyampaikan harapannya terkait kegiatan pelatihan pembuatan tanaman rimpang menjadi minuman obat-obatan herbal agar selepas pelatihan tersebut, para peserta dapat mempraktekkannya di rumah masing-masing.
“Apa yang kita buat ini bukan hanya buat untuk tahu saja tetapi dibuat untuk bisa berkelanjutan, bisa dilakukan di rumah masing-masing.”
Selain itu, P. Seles juga mengharapkan agar pembuatan minuman-minuman herbal yang dibuat oleh para peserta dapat menjadi salah satu tanggapan dari umat akan pentingnya menjaga kesehatan, teristimewa dalam situasi pandemi covid-19 ini. Minuman herbal dapat membantu menjaga kesehatan tubuh manusia.
“Salah satu yang menjadi isu global saat ini adalah tentang kesehatan (pandemi covid 19). Dengan demikian kita menjawab isu-isu global yang ada dan kita sederhanakan sehingga sampai pada lokalitas di mana kita berkarya.”
Situasi pandemi dengan berbagai pembatasan ruang aktivitas masyarakat bukanlah menjadi suatu halangan bagi umat Paroki Persiapan St. Marinus Puurere untuk menyemarakkan Pesta Bulan Claret tahun 2021.
Dalam rangka memeriahkan Pesta Bulan Claret tahun 2021 yang bertemakan: Rooted and Audacious, Tim Pastoral Paroki Persiapan St. Marinus Puurere Ende memberikan kepercayaan kepada AMC Puurere untuk menyelenggarakan berbagai macam perlombaan dan kegiatan meliputi: Lomba Menyanyikan Lagu Hymne Claretian; Lomba Cover Lagu AMC Bisa; Lomba Bertutur Kitab Suci.
Perlombaan-perlombaan ini terselenggara secara virtual dengan melibatkan seluruh umat lingkungan di wilayah Paroki Persiapan St. Marinus Puurere. Di samping itu diadakan juga kegiatan pembersihan lingkungan dan penghijauan lingkungan, Rosario, Taize dan Bincang Berisi.
Kegiatan pembersihan lingkungan dilakukan dengan membersihkan sampah di sekitar wilayah paroki persiapan St. Marinus puurere. Sedangkan kegiatan penghijauan lingkungan dilakukan dengan penanaman 131 pohon Palem hias dan Angsono di lokasi pemakaman Katolik Aembambu Pu’urere.
Kegiatan-kegiatan ini diminati oleh orang-orang muda selain AMC Paroki Puurere juga Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat St. Ursula (STPM) dan juga adik-adik dari SMA Suryadikara sebagai bentuk kepedulian dan gerakan persuasif mengajak umat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga keutuhan alam sebagai “Rumah Bersama”.
Pater Robertus Hadun CMF (pastor Administrator Paroki persiapan Pu’urere) dalam pesan pembukaan kegiatan penghijauan lingkungan mengatakan:
“Seringkali manusia lupa bahwa oksigen itu sesuatu yang mahal. Ketika kita sakit dan membutuhhkan tabung oksigen, disitulah kita sadar bahwa oksigen sangat mahal. Kita tidak bersyukur akan oksigen yang kita terima selama ini dari Alam. Untuk itu dengan kegiatan ini kita dapat menjaga keutuhan alam agar bermanfaat bagi kehidupan kita”.
Sementara itu, Kegiatan ”Bincang Berisi” dalam edisi spesial ini diundang seorang narasumber muda dan energik, Pater Arnold Ndiwa CMF. Dalam diskusi ini, Pater Arnold CMF memberikan pesan khusus kepada kaum muda untuk selalu berakar ke dalam diri, yakni mengenal segala potensi yang ada dalam diri sebab semuanya itu merupakan bekal dan modal untuk berkarya dalam keseharian hidup.
Semua kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan agar semakin menumbuh-kembangkan iman kepada Tuhan dan Bunda Maria; Semakin mengenal serta menumbuh-kembangkan rasa cinta kepada St. Antonius Maria Claret dan Kongregasi Para Putera Hati Tak Bernoda Bunda Maria, menumbuhkan rasa cinta kepada Sabda Tuhan.
Penutupan kegiatan Bulan Claret terselenggara pada 31 Oktober 2021. Acara penutupan ini diawali dengan perayaan Ekaristi dan diakhiri dengan penyerahan hadiah-hadiah lomba oleh Pastor moderator AMC Puurere, P. Paulus Jeraman CMF.
Dilaporkan oleh Fr. Emiliano Ratu Aran, CMF (TOMer Paroki Persiapan Pu’urere)
Seminari Hati Maria – Claretian – Kupang. Dalam rangka memeriahkan Hari Raya Santo Antonius Maria Claret, Uskup dan Pendiri Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (Para Misionaris Claretian), yang menurut penanggalan liturgi dirayakan pada setiap tanggal 24 Oktober, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Kupang menggelar sharing bersama keluarga frater dan bruder melalui aplikasi zoom, pada Selasa, 19 Oktober 2021. Kegiatan ini sengaja dirancang bukan hanya untuk mengisi ruang rindu berjumpa bersama bapa- mama-adik-kakak dan semua keluarga besar, setelah pandemi Covid-19 menciptakan jarak dan mengharuskan pembatasan, tetapi terutama agar gema Pesta Claret didengar dan ikut dirayakan rumah-rumah dari mana para frater dan bruder berasal.
Dinamika sharing dan ngobrol bersama inipun berlangsung santai, bagai menukar cerita di dapur, ruang tengah atau pun beranda, saat para frater dan bruder berada di rumah. Dalam sapaan pembuka, P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf (Superior Komunitas SHM Kupang), mengucapkan terima kasih atas kesempatan perjumpaan virtual ini. Jauh lebih dalam dari itu, ia mengucapkan terima kasih kepada orangtua dari para frater dan bruder yang telah memberikan putra-putra terbaik mereka untuk dibentuk menjadi Misionaris Claretian dan kelak siap diutus ke mana saja Gereja dan Kongregasi membutuhkan untuk melayani orang lain, yang nota bene bukan keluarganya sendiri. Ia juga menegaskan bahwa panggilan dan formasi pertama-tama dimulai dari dalam keluarga. Keluarga sejak dini membantu anaknya untuk bisa mengenal panggilan-panggilan Tuhan dalam hidupnya.
Peran dan doa keluarga dalam menemukan panggilan dalam diri anak-anaknya juga ditemukan dalam kisah hidup St. Antonius Maria Claret. Demikian sharing kehidupan Claret sejak kecil sampai ia menjadi imam, mendirikan Kongregasi Claretian dan diangkat menjadi Uskup Agung Cuba dan bapa pengakuan ratu Spanyol, seperti yang dibagikan oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, cmf. Pater John, demikian sapaan akrabnya, mengutip kata-kata luapan kegembiraan orangtua Pater Claret, saat ia ditahbiskan menjadi imam, “Tiada sesuatupun yang mampu menggantikan kebahagian kami, selain rahmat tahbisan yang diterima oleh buah hati mereka,” untuk menyemangati orangtua dan keluarga besar para frater dan bruder karena telah mempersembahkan buah hati mereka untuk Gereja dan Kongregasi.
Luapan kegembiraan yang sama ternyata terpancar juga dalam kata-kata sharing dari perwakilan keluarga para frater dan bruder. Keluarga Bapak Norberto da Costa dan Ibu Yohana Anita Naga (orangtua Fr. Amandino Atiyos da Costa, cmf), membagikan rasa sukacita mereka karena putra pertama mereka dengan bebas menggabungkan diri dalam Kongregasi Claretian. Hal serupa juga disharingkan oleh Bapa Yos (keluarga dari Fr. Teofilus Woi, cmf), bahwa keluarga selalu mendukung dan mendoakan apapun yang menjadi jalan dan pilihan hidup anak mereka.
Sharing penuh persaudaraan dan kekeluargaan yang melampaui waktu yang targetkan ini pun berujung dengan doa dan berkat untuk semua anggota keluarga. Kerinduan tentu selalu ada, namun dalam doa, jarak dan kerinduan menjadi satu. Lebih dari itu, dalam doa dan keheningan kita menemukan akar panggilan, saat Allah menyapa kita selalu berawal dan dimulai dari keluarga. Selamat Pesta St. Antonius Maria Claret dari keluarga besar Claretian kepada keluarga-keluarga para Misionaris Claretian di mana saja berada. Salam “berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.”
Rumah Retret Claret – Benlutu, TTS. Membarui diri dan mengambil komitmen baru dalam hidup adalah bagian dari ziarah kemuridan yang tidak bisa ditampik. Demikian kurang lebih asa yang teranyam dalam diri sebagian Misionaris Claretian yang tergabung dalam kelompok Retret-Assembly NTT 1 yang meliputi beberapa utusan anggota komunitas Claretian di wilayah Timor Barat dan Flores, saat membuka retret-assembly pada Senin, 11 Oktober 2021 di Rumah Retret Claret, Benlutu, TTS. Retret-assembly ini dipandu oleh P. Valens Agino, cmf (Superior Delegatus) dan P. Eugenius Paul Madoni, cmf (Ekonom-Consultor).
Retret-Assembly Tahunan Para Misionaris Claretian Indonesia-Timor Leste kali ini mengambil tema dari Exortasi Kapitel Umum XXVI, “Querida Congregacion: Be Rooted in Christ and Audacious in Mission.” Para peserta dibagi ke dalam enam kelompok menurut wilayah misi masing-masing: NTT 1 & 2 yang meliputi wilayah Timor Barat dan Flores, wilayah Sumatra, wilayah Jawa, wilayah Kalimantan & Sulawesi dan wilayah Timor Leste. Pembagian kelompok dan wilayah seperti ini selain karena pertimbangan pembatasan demi memutuskan rantai penyebaran pandemi Covid-19 dan juga cakupan wilayah Indonesia dan Timor Leste yang begitu luas, tetapi juga ada pertimbangan yang lebih mendalam, agar dinamika retret-assembly bisa diinternalisasi baik sebagai pribadi maupun dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Dalam sapaan pembuka, P. Valens mengatakan bahwa, “retret-assembly ini menjadi momentum untuk mendengar dan berdisermen bersama narasi dan buah-buah Kapitel Umum XXVI dengan panggilannya untuk berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.” Selain itu retret-assembly ini juga menjadi ruang untuk menenun impian bersama dalam membangun tekad dan komitmen untuk mewujudkan panggilan dan gerakan Roh Kudus melalui Kapitel Umum XXVI untuk konteks misi Claretian di Indonesia dan Timor Leste.
Menggunakan tiga pendekatan mutakir: synodal, narrative and appreciative seperti model pendekatan Kapitel Umum XXVI – Nemi, 15 Agustus – 11 September 2021 kemarin, P. Valens dan P. Dony menghantar para partisipan untuk menyelam masuk dalam teks tetapi juga konteks Indonesia-Timor Leste. Retret-Assembly ini juga menjadi momentum untuk menemukan (to discover), mengimpikan (to dream), merancang (to design) dan berkomitmen (commitment), menjalankan panggilan Gereja dan Kongregasi untuk berakar pada Kristus dan berani keluar untuk bermisi dalam konteks Delegasi Indonesia-Timor Leste. Kelompok-kelompok lain sedang menanti untuk masuk dalam tenunan narasi ini: discovery-dream-design-commitment. Semoga anyaman kisah Nunuh Amasat membuka ruang untuk terus bermimpi dan mewujudkan impian itu dalam panggilan hidup sehari-hari. Selamat merangkai cerita untuk kelompok selanjutnya!
Nemi, Italia. 11 September 2021. Kapitel Umum Kongregasi XXVI telah berada di pengujung hari. Meskipun Injil yang direnungkan diambil dari injil Markus, namun hari ini memiliki nada dan gaya injil Yohanes yang sangat kuat: para bapa kapitel mengalami banyak hal, jika saja harus dijelaskan semuanya di sini?
Hari ini sangat padat. Sebelum matahari terbit, sejumlah bapa kapitel mengambil bagian dalam adorasi, yang dipercayakan kepada provinsi St. James. Beberapa waktu sebelumnya, sekelompok bapa kapitel pergi ke laboratorium untuk menjalani tes covid untuk kepentingan perjalanan.
Dalam suasana doa, para bapa kapitel membaca dan merenungkan bersama kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam pertemuan dua hari yang lalu. Banyak hati yang tersentuh dan sekaligus tergugah, hal inilah yang menggambarkan situasi kami pagi ini sebelum sarapan.
Perasaan ketergugahan itu kembali terasa di aula ketika, selesai membaca serta merenungkan daftar pengarahan yang akan disampaikan Kapitel kepada konggregasi, hampir tiga puluh bapa kapitel mengungkapkan kesan bahwa teks yang dihasilkan mengungkapkan kegembiraan dari perjalanan yang dilakukan oleh para mayor superior dan dewan general di Talagante (Chili) pada Januari 2020.
Dalam keheningan doa, para bapa kapitel menerima berita duka yakni kematian misionaris Len Brown, dari Provinsi AS-Kanada, yang juga kehilangan tiga anggotanya dalam beberapa minggu terakhir. Baik di pagi hari maupun di sore hari, para bapa Kapitel dengan penuh kasih mengenang dalam doa-doa mereka semua para misionaris lanjut usia dan mereka yang sakit. Juga pada saat yang sama dengan cara yang unik, P. Joseph Jeyaseelan, superior mayor organisme St. Joseph Vaz (Sri Lanka), satu-satunya capitular yang karena pandemic tidak bepergian ke Italia, menyapa rekan-rekannya para bapa kapitular lainnya. Beliau berpartisipasi secara online di semua dinamika Kapitel.
Kata yang senantiasa diulang di siang hari ini adalah “terima kasih”. Di setiap waktu dan dengan berbagai cara para bapa kapitel mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, yang berpuncak dalam perayaan Ekaristi di malam hari yang dipimpin oleh Kardinal Aquilino Bocos. Terima kasih, di atas segalanya, kepada Tuhan, Bapa kami, yang telah merestui terselenggarnya Kapitel dalam suasana sukacita dan persaudaraan di tengah masa pandemi, ketika begitu banyak orang menderita dan tidak dapat melakukan perjalanan. Terima kasih juga kepada dewan general Kongregasi, yang telah bekerja tanpa lelah untuk menyelenggarakan kapitel ini dengan kepercayaan yang total kepada Tuhan. Terima kasih kepada ratusan orang yang, melalui doa, partisipasi mereka dalam dialog persiapan sebelum kapitel yang memungkinkan terselenggarnya kapitel ini. terkhusus bagi semua Claretian non-kapitular yang terlibat, dari Fr. Paulson Veliyanoor. mereka yang bekerja dalam penerjemahan, pekerjaan kesekretariatan, dan bagian logistic. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga diungkapkan kepada Sr. Jolanta Kafka, RMI, Superior Jenderal Suster-suster Misionaris Claretian, yang menemani kami (meski banyak tugasnya) selama seluruh perjalanan kapitel ini.
Sejarah akan memungkinkan kita untuk mengetahui resolusi kapitel, yang memperkuat disposisi Kongregasi untuk hidup lebih dan lebih “maju”, tanpa memisahkan kontemplasi dan pelayanan, adorasi dan kesaksian, dan untuk menghayati sukacita Injil. kapitel juga menghabiskan beberapa jam untuk memikirkan bagaimana membagikan ini kepada para konfrater, bagaimana menghidupinya di setiap tempat, bagaimana menjadikannya sebuah perjalanan dengan ribuan orang yang menyertai Kongregasi di seluruh dunia.
Homili Kardinal Bocos dan sambutan penutup oleh Fr. Mathew Vattamattam juga kaya akan makna dan disambut meriah oleh tepuk tangan anggota kapitel. Tuhan telah melakukan pekerjaan besar terhadap kami, dan kami bersukacita. Kard. Aquilino Bocos mengungkapkan bahwa Claret meninggal lebih dari satu setengah abad yang lalu, tetapi semangatnya masih hidup saat ini di dalam dunia dan di dalam Gereja.
Kapitel, yang dibuka dengan memohon perlindungan Hati Maria yang Tak Bernoda, tertinggal satu hari lagi. Nyanyian Magnificat, versi misionaris Luis Elizalde mengiringi tindakan khusyuk dari penandatanganan dokumen. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Erik, Rinto & Bady)
Nemi, Italia. 10 September 2021. Setelah kunjungan kemarin menemui Paus Fransiskus, perjalanan capitular menuju pada tujuan akhir. Di ujung perjalanan akhir ini, kami memiliki tamu yang istimewa, yakni saudara kita, Kardinal Aquilino Bocos, yang juga menghadiri sesi hari ini sebagai pendengar. Ia menghormati kami dengan kehadirannya yang baik, bijaksana dan akrab. Terima kasih, Pater Aquilino, karena berada di Nemi untuk menemani kami pada hari-hari terakhir ini!
Ada suasana yang tidak biasa di antara para capitular hari ini. Di satu sisi, ada kesadaran hidup sebagai orang pertama yang menjadi momen penting dalam sejarah Kongregasi. Kami semua sepakat tentang perlunya mempertahankan ketegangan kreatif sampai saat-saat terakhir. Di lain pihak, tidak dapat disangkal bahwa kerja keras bulan ini berarti usaha tambahan bagi para anggota Kapitel. Hari ini rasa lelah lebih terasa dibandingkan hari-hari sebelumnya. Menyadari semuanya ini, Pastor Jenderal, dalam sesi pertama pagi itu, mengundang kami untuk menjaga semangat kami hingga saat-saat terakhir dan untuk berpartisipasi dengan tanggung jawab dalam tahap terakhir ini.
Dinamika yang direncanakan dan rutinitas kapitel kami dilaksanakan secara maksimal: kami awali hari dengan doa pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus dan Ekaristi, yang mana hari ini dipimpin oleh provinsi-provinsi di India; dan ada empat sesi di aula kapitel; saat-saat keakraban dan persaudaraan; doa penutup dari pekerjaan bersama; dan, akhirnya, pekerjaan komisi dilanjutkan setelah makan malam.
Untungnya, kami dapat membahas semua komitmen dalam agenda sesi Jumat ini. Perdebatan itu sesuai dengan nama masing-masing, mengungkapkan pluralitas Kongregasi dan harmoni besar yang kita bagi dalam masalah-masalah mendasar. Dapat dikatakan, tidak perlu takut yang berlebihan bahwa para kapitular telah hidup sesuai dengan namanya.
Masih banyak agenda yang perlu dibahas dan besok juga akan menjadi hari kerja yang intens, yang akan meninggalkan kita, antara lain, kronik terakhir dalam Kapitel Umum XXVI ini. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Karol, Arman & Siko)