Malam Pentas Budaya SHM: Misionaris Dalam Bingkai Budaya

Seminari Hati Maria (SHM) – Kupang, Indonesia. Setiap orang lahir dalam budaya tertentu dan dibentuk oleh budaya tertentu. Nilai-nilai budaya tersebut melekat erat dalam pribadi yang bersangkutan, bahkan ikut membentuk karakter dan kepribadian orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, tak seorangpun yang hidupnya terlepas dari ikatan kultur tertentu. Setiap orang mau tidak mau mesti terlempar dalam suatu konteks budaya tertentu dan ikut dibentuk oleh tatanan dan nilai-nilai budaya tersebut.

Konteks dan nilai-nilai budaya tersebut meskipun unik, tunggal dan niscaya berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi ikut membentuk keindahan mozaik kehidupan komunal dalam beragam kemajemukan. Seperti kata sebuah ungkapan, “The beauty of the world lies in the diversity of its people.” (Keindahan dunia terletak dalam kemajemukan orang-orangnya). Saat dunia dan orang-orang yang bertualang di dalamnya semakin beragam, dunia akan terasa lebih indah.

Mengusung indahnya keberagaman ini di bawah tema, “Misionaris Dalam Bingkai Budaya,” Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Claretian Kupang mengadakan Malam Pentas Budaya, pada Minggu, 29 Agustus 2021 di Aula SHM. Ada empat etnis budaya yang ditampilkan pada malam tersebut sesuai dengan jumlah dominan anggota komunitas SHM Kupang, yakni: etnis Timor: Dawan, Belu, Malaka; etnis Manggarai; etnis Nagekeo & Ende-Lio dan etnis Timor Leste (yang juga berasal dari macam-macam distrik). Acara ini dikemas dalam suasana santai sambil menyeruput suguhan “Kopi Tuk,” mengubah malam, bagai menyisir, lalu menyusur lorong-lorong kampung halaman sendiri. Bekerja sama dengan Team Kerasulan Media SHM, suguhan indah dan memukau ini bisa disaksikan dalam channel youtube “Seminari Hati Maria Claretian Kupang.”

Pada Malam Pentas Budaya ini juga diumumkan juara Lomba Menulis Opini, mengambil tema HUT RI ke-76, “Indonesia Tangguh, Indonesia Indonesia Tumbuh” yang diikuti oleh para frater dan bruder Komunitas Seminari Hati Maria dan pembagian hadiah kelompok pertandingan dalam memeriahkan HUT RI ke-76, 17 Agustus 2021. Para penulis yang masuk dalam kategori lima besar dengan judul karya mereka adalah: Yohanes Adrianus Siki, cmf (Ad Fontes: Tangguh Dan Tumbuh Di Tengah Pandemi); Arsensius Roiman Baruk, cmf (Akal Sehat dan Kemajuan Bangsa); Agostinho da Costa Martins, cmf (Pandemi dan Cinta Tanah Air); Ponsianus Ladung, cmf (Bersatu Menuju Bangsa Yang Tangguh) dan Patrianus Densi Dewa Panggo, cmf (Solidaritas: Bukti Ketangguhan Masyarakat NKRI Menghadapi Covid-19)

Komunitas mengucapkan proficiat kepada para frater dan bruder yang telah mengemas acara Malam Pentas Budaya ini. Ada pesan formatif yang jauh lebih dalam dari pentasan ini adalah membentuk para misionaris muda untuk siap menjadi pewarta sukacita Injil yang berani berakar pada budaya setempat, tetapi pada saat yang sama berani keluar untuk membawa semua orang ke dalam budaya Kerajaan Allah, dimana Injil dan narasi Yesus Kristus menjadi pusat sekaligus titik berangkat yang merangkum semua dan menyempurnakan semua. Di ujung tenunan kisah ini, kita akhirnya tunduk-salut pada kebenaran kata-kata ini, “The beauty of community lies in the diversity of its members” (Keindahan sebuah komunitas terletak dalam kemajemukan anggota-anggotanya). Rasanya sang Pemazmur sudah mengalami dan mewanti tentang itu jauh sebelum kita mengaguminya, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” sebagai saudara. Kini saatnya tugas kita mengusahakannya dan menghidupinya hari demi hari. (pfm)

Memberi diri untuk mulai berakar (Penerimaan aspiran pnc kupang)

Pra Novisiat Claret Kupang – Indonesia. Rahmat dan kemurahan kasih Tuhan terus dirasakan oleh para Misionaris Claretian Indonesia-Timor Leste. Betapa tidak! Di tengah tantangan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai dan beragamnya tawaran dunia yang memberi rasa nyaman, Delegasi Claretian Indonesia-Timor Leste masih terus dianugerahi dengan panggilan-panggilan baru.

Minggu, 15 Agustus 2021, bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga, keduapuluh tujuh pemuda tampan diterima menjadi Aspiran dalam Delegasi Claretian Indonesia-Timor Leste di Komunitas Pra Novisiat Claret Kupang. Perayaan Ekaristi penerimaan para Aspiran baru ini dilaksanakan pada sore hari, dipimpin oleh P. Yohanes D.S. Jeramu, cmf selaku Prefek Formasi dalam Delegasi. Pater John, demikian sapaan kesehariannya, mengajak para Aspiran baru untuk selalu belajar dari teladan hidup Sang Bunda yang selalu membuka diri kepada panggilan Allah. “Semoga berkat Doa Bunda Maria dan St. Antonius Maria Claret mereka mulai berakar dalam panggilan,” demikian tambah Pater John. Masa Aspiran adalah masa untuk semakin mengalami panggilan Allah dan semangat hidup St. Antonius Maria Claret yang menjadi dasar untuk proses missioner-kemuridan di tahap-tahap formasi selanjutnya.

Hadir dalam perayaan ini perwakilan dari Komunitas Seminari Hati Maria dan semua anggota Komunitas Pra Novisiat Claret. Sesudah perayaan dilanjutkan dengan resepsi bersama dan rekreasi komunitas dalam suasana pembatasan mengikuti prokes Covid-19. Kita bersyukur atas rahmat panggilan baru ini, terutama juga atas kerja dan usaha Team Promosi Panggilan, yang meskipun dalam kesulitan karena pandemi, tetapi berusaha untuk tetap melakanakan promosi panggilan ke tempat-tempat para calon berasal. Proficiat untuk para Aspiran baru!

“BERAKAR DALAM PANGGILAN” (Penerimaan postulan 2021/2022)

Pra Novisiat Claret – Kupang, Indonesia. Pada hari ini, Jumat, 13 Agustus 2021, bertepatan dengan peringatan para Martir Claretian dari Barbastro, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste menerima para postulan baru untuk menjalani masa postulansi mereka sepanjang satu tahun sebagai persiapan intesif untuk memasuki masa novisiat. Perayaan penerimaan ini yang seyogianya berlangsung di satu tempat, di Komunitas Pra Novisiat Claret Kupang, Indonesia, tetapi karena pandemi Covid-19 dan pembatasan perjalanan, maka calon postulant dari negara tetangga, Timor Leste tidak bisa hadir dan tahun ini menjalankan masa postulant di Pra Novisiat Hera, Timor Leste.

Perayaan Ekaristi penerimaan postulant di Pra Novisiat Claret Kupang, Indonesia, dipimpin oleh P. Nikolaus Ilan, cmf, Vicar dan Konsultor Dewan Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste. Dalam homilinya, P. Niko, demikian sapaannya, mengundang ke-22 postulan untuk belajar dari semangat kemartiran saudara-saudara Martir Claretian di Barbastro, yang meskipun dalam usia mereka yang masih muda waktu, rela menumpahkan darah mereka demi Kristus. Komitmen untuk mengikuti Kristus ini tidak bisa suam-suam kuku. “Kita harus berani meninggalkan segala sesuatu untuk bisa mengikuti Kristus dengan bebas dan tanpa terikat pada keluarga, kepemilikan dan hal-hal yang menghambat kita untuk mengikuti Kristus dengan sepenuh hati,” demikan tegasnya.

Hadir dalam perayaan penerimaan ini, perwakilan anggota komunitas Seminari Hati Maria Kupang, perwakilan anggota komunitas Susteran MC dan anggota Komunitas Pra Novisiat Claret. P. Selestinus Panggarra, cmf selaku superior komunitas, mengucapkan proficiat kepada para postulant baru dan selamat memasuki masa postulant. Semoga masa postulant menjadi saat untuk semakin berakar pada pengalaman panggilan dan berani untuk memberi jawaban “ya” pada panggilan Allah.

Sementara perayaan penerimaan postulant di Komunitas Pra Novisiat Hera, Timor Leste, dipimpin oleh P. Norberto Tai Soco, cmf, Superior Komunitas Hera didampingi beberapa Misionaris Claretian yang berkarya di Hera dan Aimutin. Ada empat postulant dari Timor Leste, yang sebenarnya sudah bergabung sejak tahun 2020 lalu di Pra Novisiat Claret Kupang, tetapi karena pandemic Covid-19 yang tak kunjung hilang, ditambah kebijakan negara soal pembatasan kegiatan warga, maka keempat postulant ini menjalankan tahun postulansi mereka di Hera, Timor Leste. Semoga ziarah panggilan mereka juga semakin berakar dan berani keluar untuk menjawab dengan tulus panggilan Allah dalam hidup mereka. Proficiat untuk ke-26 postulan dalam Delegasi kita.

Komitmen kekal untuk semakin “berakar ke dalam dan berani keluar”

Yogyakarta – Indonesia. Setiap tanggal 16 Juli merupakan hari bersejarah bagi Kongregasi Claretian. Pada tanggal tersebut Kongregasi Claretian merayakan Hari Raya Pendirian Kongregasi yang pada 172 tahun yang lalu lahir di Vic, Barcelona, tepatnya 16 Juli 1849. Diusianya yang semakin tua ini, Kongregasi Claretian telah bermisi di 69 negara di suluruh belahan dunia. Salah satunya adalah Indonesia-Timor Leste. Di hari yang bersejarah ini juga, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, di hadiai rahmat besar, yakni bertambahnya anggota tiga misionaris berkaul kekal. Ketiga misionaris ini adalah Fr. Patris Urbat, CMF, Fr. Anggalius Y. Usfal, CMF, dan Fr. Edvan Andreas Ru`u, CMF. Ketiga kauliawan ini berkomitmen untuk hidup murni, miskin dan taat dalam Kongregasi Putera-Putera Hati Tak Bernoda Maria untuk selama-lamanya. Komitmen ini mereka kumandangkan dengan lantang dan bebas di hadapan umat Allah yang berkumpul di Kapela St. Antonius Maria Claret Yogyakarta. Perayaan ini tidak dihadiri oleh orangtua dari ketiga kauliawan karena penyebaran virus Covid-19 yang masih meningkat dan darurat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Keluarga mengikuti Perayaan Ekaristi pengikraran kaul kekal ini lewat live streaming channel youtube Delegasi, Claret Tanur.

Perayaan ini dilangsungkan pada hari Jumad 16 Juli 2021, pukul 17:30 sampai selesai di Kapela St. Antonius Maria Claret, Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta. Perayaan ini dipimpin langsung oleh Superior Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, P. Valens Agino, CMF. Dalam homilinya beliau menegaskan akan radikalitas panggilan Allah atas diri ketiga misionaris ini. Belajar dari pengalaman Nabi Samuel dan Rasul Paulus yang secara radikal menyerahkan diri seutuhnya untuk kehendak Allah. Nabi Elia yang mendengar panggilan Allah dan menjawab “Ya,” untuk rencana Allah bagi manusia. Rasul Paulus dengan lantang mengatakan bahwa segala sesuatu adalah rugi setelah mengenal Kristus. Begitu pula dengan ketiga misionaris yang mengikrarkan kaul kekalnya. Mereka dengan lantang dan berani menjawab panggilan Allah dan bekerja demi Kerajaan Allah secara lepas bebas. Dalam arti menghidupi ketiga kaul mereka dengan tanggung jawab dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah.

Adapun motto dari ketiga misionaris yang mengikrarkan kaul kekal mereka adalah. Fr. Patris Urbat, CMF, (“Engkau telah memberikan sukacita kepadaku” Mzm. 4:8); Fr. Anggalius Y. Usfal, CMF, (“Ia menyesal, lalu pergi juga” Mat. 21:28-30). dan Fr. Edvan Andreas Ru`u, CMF, (“Hendaklah kamu kaya dalam pelayanan kasih” 2 Kor. 8:7b). Dan tema umum dari perayaan kaul kekal ini adalah “Kuatkanlah Hatimu, Berdirilah Ia memanggil Engkau” (Mrk 10:49).

Selain ketiga misionaris muda yang hari ini dengan lantang mengingrarkan komitmen kekal untuk hidup murni, miskin dan taat di dalam Kongregasi Claretian, ada 23 misionaris muda yang membarui komitmen mereka untuk menghidupi nasehat-nasehat injili, mengikuti Kristus dalam semangat hidup St. Antonius Maria Claret untuk satu tahun. Adapun perayaan pembaruan kaul ini, dilaksanakan di kapela St. Antonius Maria Claret Yogyakarta. Perayaan ini dilangsungkan pada ibadat pagi, yang dipimpin langsung oleh Superior Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, P. Valens Agino, CMF.

Dalam homili singkatnya, beliau menegaskan bahwa kita perlu kembali ke dalam pengalaman kita akan kasih Allah, yang telah memanggil kita. Dengan kembali mengingat pengalaman panggilan kita, kita akan selalu dikuatkan, dan dimampukan untuk menghadapi persoalan dalam panggilan kita dengan rasa sukacita. Sebab panggilan yang kita jalani adalah anugerah cuma-cuma yang dipercayakan oleh Allah kepada kita. Dalam homilinya ini, beliau juga menekankan tegas akan keseriusan dalam menjalani panggilan. Pembaharuan kaul ini menjadi momen memperdalam komitmen akan panggilan dari setiap frater untuk semakin setia dan berakar pada pengalaman akan Allah serta berani keluar untuk menanggapi tantangan dan tuntutan zaman. Adapun ke-23 frater yang membarui kaul ini, terdiri dari frater tingkat I-IV. Dengan jumlah pertingkat, tingkat I: 5 orang, tingkat II: 8 orang, tingkat III: 4 orang, dan tingkat IV: 6 orang. (F. Gedo Baso, cmf)

Makna logo perayaan pendirian kongregasi komuntias skolastikat claretian yogyakarta 172: Beriman dan Ber-Amin

Yang Tersurat:

Kita disebut Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria, karena kita dikandugnya dan mewarisi jiwa keibuannya yang hangat. Itu menjadi alasan logo ini menempatkan Maria yang sedang mengandung pada sentralnya. Yang dikandungnya ada ikon CMF, itu adalah kita yang dikandungnya (kita dibentuk dalam dirinya). Maria tidak hanya mengandung Kongregasi (kita), tetapi Maria selalu memandang Kongregasi hingga di usia yang saat ini.

Bola bumi yang ada di kepala Bunda Maria menggantikan halo, menggambarkan kita semua yang selalu ada dalam ingatan Bunda Maria, dan karena ia Ratu Surga dan Bumi. Dan dari situ ada hulu dari kelima warna melengkung (pelangi), ini adalah dinamika hidup dan juga tersirat 5 benua yang terarah ke Salib (terarah pada Kristus), serta gambaran pluralitas keanggotaan kita (diri kita yang berbeda-beda dalam kesatuan persaudaraan Kongregasi Claretian).

Pada bagian hilir lengkungan warna-warni disambut dengan Salib. Salib unik dan penuh misteri. Salib yang ujungnya ada jari-jari, gambaran spirit Salib yang hendaknya juga ada di jari jemari kita sebagai misionaris Dia yang pernah bergantung di sana. Salib Kristus menekankan dimensi kemartiran kita. Lalu warna hitam pada Salib menyiratkan sesuatu yang bisa membuat kita berpikir positif dengan gelapnya warna hitam.

Hitam adalah warna yang pas di hampir semua desain. Ia membuat warna lain lebih menonjol. Hitam adalah warna yang tersembunyi, misterius dan tidak diketahui. Warna ini menciptakan rasa misteri dan menjaga segala sesuatunya pada dirinya sendiri, tersembunyi dari seluruh dunia. Salib dengan warna hitam menjadikan kita, yang diwakili warna pelangi itu, lebih menonjol atau lebih berarti. Pada saat yang sama Misteri Salib Kristus (warna hitam) tetap menjadi misteri bagi kita. Menarik kita untuk terus menyelidiki Dia.

Terakhir ada gambaran waktu dan nama tempat. Tentang Waktu (tanggal) itu berkaitan dengan hari jadi dan perkembangannya. Menariknya adalah di samping tahun 2021 ada nama Komunitas (Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta), itu menjadi gambaran tentang perkembangan, serta momen kelahiran baru. Angka 172 adalah usia kita yang baru, CMF adalah kita semua. Akhirnya bersama dengan tema perayaan kita, “Beriman dan Beramin – 172”, logo ini hendaknya memberi warna dan mendorong refleksi kita semakin dalam.

172: Beriman dan Ber-Amin

Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta. Every cloud has silver lining; setiap gumpalan awan memiliki pendar cahaya. Demikian pepatah klasik Inggris yang mengisyaratkan bahwa tak ada yang abadi dari sebuah tragedi, selalu ada akhir. Keterasingan dari wabah Covid-19 yang membuat semua terasa mencekam mesti dibungkam. Siapa dan kapan? Claret yang selalu memiliki api cinta kasih telah memberikan kita waktu. Tanggal 16 Juli merupakan momen kongreagasi yang tanpa rasa takut untuk siap mewartakan kabar sukacita. Momen ini pun tidak disia-siakan oleh penerus darah Claret.

Dalam suasana mencekam ini, Para misionaris muda Claretian Yogyakarta mewarnainya dengan kisah-kasih dalam suasana persaudaraan. Salah satunya ialah dengan menyelenggarakan mini tournament menyongsong Hari Ulang Tahun Kongregasi ke-172 sekaligus pembaruan kaul dari ke-23 frater yang akan membarui kaul-kaul kebiaraan mereka pada 16 Juli mendatang. Jenis-jenis tournament dibagi dalam dua bagian yakni indoor dan outdoor. Kegiatan-kegiatan indoor meliputi pertandingan tenis meja, biliar karambol, catur dan juga ular tangga. Sedangkan outdoor meliputi pertandingan futsal, voly dan badminton. Semua anggota komunitas terlibat aktif dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini dipayungi tema sederhana, “Beriman dan ‘Ber’-Amin.” Kedua kata ini mewakili suasana batin dan harapan dari setiap anggota komunitas dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih terus menyebar. Atau kalau boleh dikatakan bahwa pandemi Covid-19 ini membawa kita pada sebuah situasi yang tidak baik-baik saja. Walaupun demikian, resiliensi iman hendaknya tetap terawat agar tetap awet.

Hal ini mengindikasikan bahwa ketersituasian kita di tengah pandemi ini menimbulkan daya bagi keberlangsungan hidup komunitas. Daya yang timbul dari kenyataan “patologis” virus corona ini, tidak hanya memberi efek bagi personalitas individu tetapi juga berdimensi komunal. Dalam komunalitas itulah, daya itu semakin membara dan mengkristal. Dimensi tersebutlah yang sebetulnya hendak didramatisasi melalui kegiatan tersebut di atas. Dan lebih dari itu, kegiatan ini sesungguhnya adalah “orkestrasi sederhana” yang hendak mengingatkan kita bahwa di balik setiap negativitas masih terselubung harapan. Namun sekali lagi harapan itu selalu dikokohkan dengan iman. Agar iman dan harapan itu dapat diamini. (Rofinus Hadu, cmf)