Benlutu-Soe-TTS-Indonesia. Dalam sukacita Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Komunitas Novisiat Claretian Benlutu bersama kelompok solidaritas Benlutu (Paroki, OMK/AMC, Panitia Paska, dan Romo Paroki) berderma untuk masyarakat Benlutu baik yang Katolik maupun non-Katolik dengan membagi setengah ton beras. Kita memberi dari kekurangan, semoga Tuhan melengkapinya dalam kelimpahan berkat dan kasih-Nya. Dari Nunuh Amasat kami ucapkan Selamat Hari Raya Tritunggal Mahakudus untuk kita semua. (Dkn. Ag. H. Weruin, cmf)
Benlutu-Soe-TTS-Indonesia. Dalam rangka menutup Pekan Laudato Si’ Komunitas Novisiat Claretian Benlutu mengadakan acara menanam pohon. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Minggu (24/5), bertempat di Sumber Mata Air Mamar. Aksi nyata tersebut berangkat dari kesadaran anggota komunitas untuk menjaga kelestarian alam bumi Benlutu. Terlebih untuk menjaga debit air Mamar agar tidak berkurang bila berhadapan dengan perubahan iklim yang tidak menentu ini.
Untuk itu, diselenggarakanlah gerakan reboisasi agar mata air Mamar tetap lestari. Mamar merupakan sumber mata air yang mampu menghidupi beberapa desa di sekitaran Benlutu. Desa-desa tersebut, yakni Benlutu, Lalib, Hane, Fatumetan, Panmolo, Boentuka, bahkan air tersebut bisa menghidupi masyarakat desa Oebobo.
Pohon yang ditanam pada kegiatan tersebut adalah Pohon Mahoni dan Pohon Kelapa. Setiap anggota komunitas diberi satu pohon Mahoni untuk ditanam di sumber air mata Mamar. Sedangkan pohon kelapa ditanam oleh beberapa orang anggota komunitas, sebab jumlah pohon tidak sebanyak jumlah anggota komunitas.
Fr. Adrian Berek, salah seorang anggota komunitas, mengaku bahagia dengan kegiatan ini. Dia mengharapkan agar kegiatan ini dapat menyadarkan semua manusia untuk menjaga dan melindungi bumi. “Saya menaruh harapan agar nanti semua pohon yang kami tanam ini bisa bertumbuh dan berkembang dan menjaga sumber mata air ini”, harapnya. “Ada juga harapan terselubung agar semua orang meniru kegiatan ini. Manusia jangan menjadi makhluk eksploitasi, tetapi manusia mesti menjadi makhluk pemelihara alam. Ini tanah kita, ini ibu kita”, lanjutnya.
Selain menanam pohon, Komunitas Novosiat Benlutu juga mengadakan pembersihan wilayah Mamar. Sebagai sumber mata air, Mamar tidak luput dari sampah plastik yang berserakan. Sampah-sampah tersebut merupakan kotoran-kotoran plastik deterjen dan sabun mandi.
Kegiatan nyata ini sekaligus menjadi cara Komunitas Novisiat Claretian Benlutu memperingati Tahun Claret yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020. (Mario F. Cole Putra, CMF)
Wisma Claretian Yogyakarta. Sebanyak enam belas Frater (Tingkat I dan II) Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta (WSCY) mengikuti kursus Public Speaking. Kegiatan ini merupakan salah satu program komunitas guna mengisi waktu liburan sekaligus memberi bekal kepada para misionaris muda agar semakin menjadi pribadi yang bernadi misionaris dalam jejak Bapa Pendiri, St Antonius Maria Claret, sebagai pelayan Sabda yang ideal. Kursus ini berlangsung selama lima hari, yakni dari tanggal 20-24 Januari 2020, dipandu oleh tiga tutor yang sangat handal dalam bidang public speaking. Mereka adalah; Ibu Rishe Purnama Dewi, S. Pd, M. Hum (Ibu Rise), Ibu Septiana Krismawati, S.S., M.A (Ibu Septi) dan Ibu Ekaresta Prihardjati Saputro, S.Pd., M.Pd.(Ibu Esta). Ketiganya merupakan Tim PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam kegiatan ini, para misionaris muda disuguhkan berbagai materi dan praktek menjadi seorang public speaker yang baik khususnya sebagai seorang misionaris pelayan Sabda. Mulai dari materi yang paling dasar, yakni tentang pengolahan vokal, intonasi, pelafalan, artikulasi, penampilan, penguasaan umat atau audience hingga pada praktek menjadi seorang public speaker yang kreatif. Selain itu dalam berkotbah para frater diajak untuk belajar bagaimana menghadapi situasi audience yang beraneka ragam, bahkan bagaimana cara mengatasi tindakan atau prilaku audience atau umat yang di luar ekspetasi.
Di penghujung kegiatan ini para misionaris muda diberi kesempatan berkotbah dengan menerapkan semua materi yang telah diperoleh. Setiap frater dituntut sekreatif mungkin menggunakan media atau sarana yang ada sesuai dengan tema dan konteksnya masing-masing. Dalam hal ini, tema dan konteks dalam renungan yang dibawakan dalam berkotbah tidaklah sama, konteksnya berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini tentu tidak sekedar sebagai pengujian atau penilaian atas semua materi yang telah diperoleh, tetapi lebih dari pada itu kesempatan berkotbah ini merupakan suatu rahmat yang amat berharga bagi kami. Mengapa? Karena dalam kesempatan ini kami belajar bagaimana rasanya berdiri di depan orang banyak. Lebih dari itu, setiap kami merasa termotivasi untuk menjadi misionaris sejati, di saat sekarang dan di masa depan. (Fr. Rofinus Hadu, CMF)
BENLUTU – Indonesia. Keheningan dan doa merupakan ciri khas hidup di novisiat. Demikianlah yang sedang dicari oleh para postulan dari Komunitas Pra-Novisiat Claret (PNC) Kupang. Mereka datang dengan rasa antusiasme tinggi, penuh sukacita, semangat dan sangat mendalami setiap kegiatan yang dilakukan bersama para novis. Para postulan melaksanakan orientasi hidup novisiat di Komunitas Novisiat Benlutu.
Orientasi ini merupakan bagian dari program yang dibuat oleh Komunitas PNC. Tujuan yang ingin digapai dalam program ini adalah agar para postulan yang adalah juga para calon novis mempelajari cara hidup di novisiat sehingga nantinya para postulan dapat dengan mudah mengadaptasi diri saat memulai masa novisiat secara kanonik. Para postulan yang menjalani masa orientasi ini berjumlah 24 orang. Terhitung selama 10 hari mereka menjalani masa orientasi ini, yakni 4-13 Januari 2020.
Yohanes Mangge, CMF selaku pendamping postulan ketika mengantar para postulan menuturkan bahwa para postulan menginginkan suasana baru dalam spasi yang baru. Sementara itu, P. Antimus Melvianus Mali, CMF selaku magister novis menjelaskan bahwa dalam kurun waktu selama sepuluh hari, aturan hidup, kerasulan, pembagian kerja dan kamar tidur para postulan akan disesuaikan dengan pola hidup, kerasulan, kerja dan kamar tidur para novis. Hal lain yang dijelaskan oleh P. Mus adalah kedisiplinan selama aktivitas-aktivitas harian tersebut dijalankan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang mereka jalani adalah seputar kegiatan hidup harian di Komunitas Novisiat. Kegiatan-kegiatan itu antara lain, doa, kerja, olahraga, makan, rekreasi dan kerasulan. Adapun juga malam panggung dilaksanakan bersama para novis sebagai ungkapan kegembiraan setelah hampir seminggu hidup bersama sebagai saudara. Selamat berjumpa kembali di bulan Juli 2020 dengan harapan datang dengan jumlah yang sama seperti masa orientasi ini. Tetap semangat untuk kalian para postulan! (Febri Yarjon dan Mario F. Cole Putra, CMF)
Terhitung selama enam hari, para frater yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (atau kerap disapa TOP-er) Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste berkumpul dan menepi diri di Bukit Nunuh Amasat, Benlutu. Tujuan dari kegiatan ini adalah melihat kembali semangat hidup seorang TOP-er selama enam bulan masa TOP untuk kemudian dievaluasi sembari menimba kekuatan spiritual untuk melanjutkan kembali enam bulan tersisa dari masa TOP-nya.
Para TOP-er yang hadir antara lain, Fr. Makarius Sungga, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Salele); Fr. Patris Urbat, CMF (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem); Fr. Marthinus Dhey, CMF (Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo); Fr. Augusto Almeida da Silva, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Oenopu); Fr. Mario Fredrikus Cole Putra, CMF (Novisiat Claretian Benlutu); Fr. Kristoforus Lahur, CMF (Paroki Sta. Theresia Kanak-kanak Yesus Panite); Fr. Anggalius Yoseph Usfal (Pra Novisiat Claret Kupang); Fr. Yulianus Nai Kiik (Seminari Menengah Pius XII Kisol); Fr. Robertus Darvino Karno, CMF (Paroki St. Hubertus Sok).
Pertemuan tersebut berlangsung pada Senin-Sabtu, 6-11 Januari 2020 di Rumah Retret Novisiat Claretian Benlutu. Pertemuan dibuka dengan rekoleksi bersama yang dibawakan oleh P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF. Pastor yang kini bertugas sebagai rektor Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta ini membawa tema, “Ketenangan Batin: Suatu Misi Senyap Menapaki Panggilan Misionaris Claretian yang Hebat dan Tangguh”. Melalui tema ini, P. Pankras berharap agar para TOP-er senantiasa berpikir dengan tenang agar tindakan yang diambil merupakan tindakan yang tenang, yang berasal dari dalam diri.
Pada hari kedua rekoleksi, P. Pankras mencoba membahas tokoh inti Kongregasi, yakni St. Antonius Maria Claret. Melalui Claret, P. Pankras menelurkan tema, “Antonius Maria Claret: Kerendahan Hati, Kemiskinan, Kelembutan Hati, Kesopanan, Mati Raga, Ketaatan, Kasih”. Tema ini sesungguhnya diambil dari buku kebajikan Claret sebagaimana tertuang dalam Autobiografi-nya.
Pada kesempatan evaluasi ini, para TOP-er diajak untuk mempresentasikan proyek pribadi yang dihidupi selama satu semester melaksanakan masa TOP. Tentu ada begitu banyak cerita yang muncul dalam setiap implementasi atas proyek pribadi yang telah dibuat.
Pada sesi tanggapan dan masukan, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF, atau kerap disapa P. Ferdi, menasihati agar setiap proyek pribadi yang dijalankan masih dalam spirit yang sama dengan spirit kongregasi, delegasi dan komunitas. “Proyek pribadi yang dibuat masih hanya untuk pribadi. Proyek pribadi mengikuti semangat kongregasi yang diturunkan kepada delegasi, komunitas, dan anggota”, tandasnya. Dalam kesempatan itu pula, P. Fredi mengingatkan para TOP-er agar proyek pribadi yang dibuat juga menggunakan inspirasi “Berjalan, Menemani, Menyembah”. Hal itu diharapkan agar semangat asembli tidak sekadar bergema di sekitar Curia Kupang, tetapi juga memiliki gema yang kuat di komunitas-komunitas.
Pada sesi yang sama pula, P. Nikolaus Ilan, CMF memberikan apresiasi kepada para TOP-er yang telah membuat proyek pribadi dan kemudian menjalankannya. P. Niko sendiri mengingatkan bahwa proyek pribadi yang telah dibuat itu sebenarnya tidak mudah untuk dijalankan. Namun, perlu usaha ekstra keras untuk tetap pada komitmen menjalankan proyek pribadi itu. Untuk menjalankan proyek pribadi tersebut, senada dengan P. Ferdi , para TOP-er diingatkan agar senantiasa mengkontekstualisasikan proyek pribadi dengan konteks komunitas. Bila TOP-er ditempatkan di misi paroki, proyek pribadi hendaknya mengikuti arah gerak paroki. Demikian pula dengan misi formasi dan kategorial. Hal ini akan sangat membantu seorang TOP-er dalam mengembangkan diri di tempat ia diutus.
Selain itu, para TOP-er juga dibekali dengan beberapa materi. P. Emanuel Lelo Talok, CMF turut memberikan materi dengan tema “Dekalog Spiritualitas Kita”. Dekalog spiritualitas kongregasi kita menurut P. Nuel, CMF adalah Roh Kudus, Hati Maria, P. Claret, Para Claretian masa lalu dan masa kini, Proses, Berpartisipasi dalam Misi Gerejawi, Spiritualitas Misionaris, Definisi Seorang Misionaris dari Kontitusi nomor 9, Kolaborator Sederhana, dan Punya Mimpi. Materi ini dibawakan oleh P. Niko, berhubung P. Nuel tidak berkesempatan untuk hadir, karena satu, dua alasan tertenu.
Selain itu juga, para frater mendapat input mengenai Tahun Claretian sebagaimana diumumkan oleh Kongregasi bahwa Tahun 2020 adalah Tahun Claretian. Tahun Claretian sudah berlangsung sejak 1 Januari 2020. Dalam presentasi ini, sebagaimana diingatkan dalam buku terbaru kongregasi tentang Claret, P. Ferdi menjelaskan agar para Claretian muda jangan melupakan tradisi warisan Claretian. Dalam merayakan tahun Claretian ini, akan diadakan Claret Day yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020, menerbitkan buku, memberikan informasi melalui website (www.itercmf.org), dan melalui aplikasi Año Claretiano. Hal tersebut dilakukan agar para Claretian menimba kekayaan dan kekuatan spiritual dari sumur karismatis kita sendiri.
Dalam evaluasi tersebut, ada sesi di mana pra TOP-er diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan melalui Lectio Divina dan sharing pengalaman selama menjalani masa TOP. Lectio Divina dan sharing dipimpin oleh P. Niko, CMF. Materi lain yang diberikan adalah Seruan Apostolik Paus Fransiskus, yakni Christus Vivit (Kristus Hidup) yang dibawakan oleh P. Niko, CMF dan Refleksi Etis atas Kaul Kemurnian oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF.
Pada misa penutup evaluasi semester I masa TOP ini, P. Niko mengingatkan kepada para TOP-er untuk senantiasa mengalami kehidupan komunitas di mana para TOP-er diutus. Hal yang paling penting adalah para TOP-er senantiasa mengalami sekaligus mendalami pengalaman akan Allah di tempat misinya. (Mario F. C. Putra, cmf)
Kupang, Indonesia. The yearly Delegation Assembly of the Claretian Indonesia Timor Leste 2019 started with a recollection given by the Archbishop of Kupang, Msgr Petrus Turang, who led the missionaries into the reflection on “The Humble Servants: called by God to walk, accompany and to adore.” The reflection centered on the experience of God as a source of transformation in order to serve others and creation. The transformation will clearly result in fidelity and zeal guided by the constitution and by the Charism of the congregation and under the light of the signs of the times. Similar to what the Bishop said, Fr. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF (Delegate Superior) in his opening reflection paved an inward journey to meet the essence of our missionary call.
It was followed by the reports of the commissions: Prefect of Apostolate (Fr Frederikus Jampur, CMF): it underlines the understanding of mission as sending (MS 57). Mission endeavors so that God may be known, loved, served and glorified. The mission employs social media in the service of the Word.
Commission of Youth Apostolate and Promotion of Vocation (Fr. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF and team): it highlighted moments of encounter with the young people. This commission presented its program as going forth encountering the youth in the human level and leading them to encounter Jesus as a source of transformation. The commission also realized many challenges both internal and external such as lacked of teamwork and experience. There is a real need to work closely with the missionaries in the parishes.
Report of the Econome (Fr Francisco JB. Baeza, CMF): the main highlight of the report is the imbalance between income and expenses. There is a wide gap between the income and expenses. The members of the delegation were encouraged share more their resources to augment the income under the religious value of sharing of goods in solidarity.
Prefect of Formation (Fr. Nikolaus Ilan, CMF): many challenges and solutions were presented in order to facilitate a transformative formation. Prefect of Spirituality (Fr. Emanuel Lelo Talok, CMF): the prefecture strived to promote programs to keep the zeal of the missionaries burning through spiritual exercises and group study or updates.
Tanjung Kait, Jakarta. Pada Minggu 27 Oktober 2019, komunitas para Misionaris Claretian (para imam, diakon dan frater CMF) yang berdomisili di Cluster Catalina-Gading Serpong, bekerjasama dengan paguyuban Flobamora Paroki St. Laurensius Alam Sutera, mengunjungi dan merayakan Ekaristi bersama umat katolik di Kapela St. Mikael Tanjung Kait—Paroki St. Gregorius Kota Bumi Keuskupan Agung Jakarta. Kunjungan ini merupakan puncak perayaan mengenang 149 tahun wafatnya Pendiri Kongregasi Para Misionaris Claretian, St. Antonius Maria Claret (yang sebenarnya terjadi pada 24 Oktober) sekaligus penutupan bulan misi Claretian dan syukuran tahbisan diakon dari Dkn. Metodius Manek, CMF dan Dkn. Yeremias Nardin, CMF. Ketiga tema perayaan ini dirangkum dalam tema utama panggilan hidup seorang Kristiani, “Dibabtis dan Diutus”. Tema ini dipilih untuk menyadarkan kembali bahwa di dalam diri setiap orang yang dibabtis selalu terdapat misi, yakni diutus untuk menjadi saksi dan pembawa pesan sukacita Injil.
Rm. Yohanes Krisostomus Jaya Jawa, CMF, selaku pimpinan komunitas Claretian Catalina-Gading Serpong dan Selebran dalam perayaan syukur ini, mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan cara sederhana tetapi sangat mendasar bagaimana memahami misi zaman sekarang. Bermisi tidak lain menurut Rm. Kris, adalah berbagi dari kemurahan hati. Dalam renungannya dia menegaskan, “Bermisi dalam arti yang mudah adalah saling mengunjungi dan berbagi sukacita iman agar saling meneguhkan dan bertekun dalam panggilan hidup sebagai pengikut Kristus”. Tindakan ini harus muncul dari kelimpahahan hati (ex abundantia cordis), yaitu hati yang meluap-luap dengan kebaikan dan hati yang mendesak seseorang berbagi kebaikan kepada sesama, terutama mereka yang berada pada tapal batas kehidupan dan kemanusiaan. “Sebagai orang-orang yang telah dibabtis, kita semua diutus untuk berbagi kasih dan kebaikan dari kelimpahan hati kita masing-masing. Dengan cara itulah kita semua menjadi misionaris, yakni saksi-saksi dan pembawa pesan sukacita Injil di manapun kita berada”, demikian pesan misionaris yang lama berkarya di Timor Leste ini.
Kunjungan ini sangat berkesan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Bpk. Agus, ketua Kapela St. Mikael Tanjung Kait, sangat antusias dengan kehadiran para Claretian dan paguyuban Flobara ini. “Kami sangat senang karena dikunjungi seperti ini. Besar harapan kami, kunjungan ini akan terus berlanjut di masa mendatang”. Selain itu, ibu Grace Njo, ketua paguyuban Flobamora Paroki Alam Sutera, juga mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukur atas partisipasi paguyuban yang dipimpinnya dalam kunjungan ini. “Sebagai paguyuban, kami sangat senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan seperti ini. Semoga kegiatan hari ini membakar semangat pelayanan kita semua sesuai dengan panggilan hidup kita masing-masing, dan kerjasama dengan para Claretian kiranya dapat berlanjut dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya”.
Semoga sukacita iman dalam kunjungan ini berkanjang dan menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. (Dkn. Yeremias Nardin, CMF – CH Catalina, Gading Serpong – Jakarta)
Panite, Indonesia. Pekikan itu membahana di seantero negeri. Semua yang menamakan diri sebagai Claretian sungguh menantikan tanggal 24 Oktober. Pekikan yang sama juga sedang bergema di Panite, tepatnya di Paroki Santa Theresia Kanak-Kanak Yesus. Para Claretian bersama umat sedang bersukacita dalam Pesta Santo Antonius Maria Claret. Dalam kegembiraan pesta Santo Antonius Maria Claret, paroki juga turut merayakan pesta pelindung paroki, yakni Santa Theresia Kanak-Kanak Yesus, yang sedianya dirayakan setiap tanggal 1 Oktober.
Pada pesta Claret kali ini, Komunitas Paroki Panite bergabung bersama Komunitas Novisiat Claretian Benlutu untuk merayakannya secara bersama-sama. Hal itu terhitung sejak rekoleksi bersama yang dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 lalu. Pesta yang dilaksanakan pada sore hari ini berlangsung khidmat. Misa dipimpin oleh P. Frederikus Jampur, CMF. Sedangkan kotbah dipercayakan kepada Diakon Agustinus Harun Weruin, CMF. Dalam kotbahnya, diakon Gusti mengajak semua umat yang hadir untuk merenungkan pesta-pesta yang terjalin dalam satu peristiwa iman, yakni Perayaan Ekaristi.
Dalam dua pesta santo/santa ini, kegembiraan juga turut dirasakan oleh ke-25 anak paroki. Hari ini mereka bergembira dengan menerima Komuni Kudus, Tubuh dan Darah Kristus. Diakon Gusti dalam kotbahnya menasihati ke-25 anak ini untuk yakin dan percaya bahwa yang mereka terima nanti bukan sekadar roti dan anggur, namun sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Yesus Kristus sendiri.
Selain itu, dalam kotbahnya pula, diakon mengajak ke-25 anak beserta umat beriman yang hadir untuk senantiasa mengikuti Yesus Kristus. Pada kesempatan yang sangat berahmat itu, diakon yang baru saja ditahbiskan itu mengajak umat beriman untuk mencontohi P. Claret. Menurutnya, Claret adalah gambaran “martir putih”. Disebut demikian karena P. Claret tidak menumpahkan darah ketika wafat. Namun, diakon menyebut demikian karena cara hidup Claret yang sungguh kudus. Gelar “martir putih” diperoleh Claret karena sering ia mengikuti doa-doa Gereja, semisal Ekaristi dan brevir setiap hari. Diakon mengharapkan agar setiap orang mencontohi teladan hidup yang demikian.
Pesta santa pelindung paroki dan pesta Bapa Pendiri yang dilaksanakan di Panite ini memuat beberapa kegiatan, yakni Kuis Claret, Lomba Tebe-tebe dan Lomba Dansa. Semua yang terlibat dalam peritiwa iman ini sungguh berbahagia. Selamat Pesta Claret untuk kita semua! Caritas Christi Urget Nos! (Fr. Mario F. Cole Putra, CMF – TOP-er Novisiat Claret Benlutu)
Yogyakarta, Indonesia. Kamis, 24 Oktober 2019, perasaan sukacita menyelimuti suasana hati setiap anggota Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (CMF), khususnya Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta. Bersamaan dengan Pesta Bapa Pendiri, St. Antonius Maria Claret, komunitas juga merayakan misa pengikraran kaul kekal religius dari ketujuh misionaris muda, Fr. Aloysius Etwino Ganti, CMF, Fr. Krisantus Emanuel Nurak, CMF, Fr. Yohanes Naharjo Klau, CMF, Fr. Agustinus Djeramu, CMF, Fr. Arnoldus Kutu Ndiwa, CMF, Fr. Silvestre Antonio Pereira, CMF, dan Fr. Lukas Benevides, CMF. Dengan langkah yang pasti dan suara yang lantang mereka mengikrarkan kesetiaan terhadap Yesus Kristus, Gereja, dan Kongregasi. “Demikian saya mengaulkan kepada Allah, Kemurnian, Kemiskinan, dan Ketaatan untuk selama-lamanya, dan saya melibatkan diri untuk hidup dalam komunitas kehidupan kerasulan dari kongregasi”.
Pater Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF, Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste sekaligus selebran dalam Perayaan Ekaristi ini mengajak kauliawan dan umat semuanya untuk belajar dari kisah hidup Ayub. Dalam homilinya Pater Vianey mengatakan, “dengan yakin Ayub berkata, sekarang mataku sendiri memandang Engkau, senada dengan Ayub, saya mau bertanya kepada para kauliawan, Apakah para saudara secara personal telah melihat atau memandang Sang Guru, Yesus Kristus?”. Memandang Yesus, mengandaikan seseorang telah mampu hidup dalam kedalaman spiritual. Pertanyaan Pater Vianey, sekiranya menjadi penggugah perefleksian para kauliawan, juga para umat yang hadir dalam perayaan sukacita tersebut.
Di akhir perayaan Ekaristi, Pater Vianey sebagai Superior Delegatus Kongregasi Claretian Indonesia-Timor Leste, mengumumkan tempat perutusan ketujuh kauliawan. Fr. Arnoldus Kutu Ndiwa, CMF, akan berlangkah menuju Komunitas Claretian di Frankfurt, Jerman. Fr. Etwino Ganti, CMF, bersiap mengemban misi di Komunitas Claretian Salele, Timor Leste. Fr. Krisantus Emanuel Nurak, CMF, akan menjadi anggota Komunitas Biara St. Antonius Maria Claret, Sinaksak, Siantar. Fr. Yohanes Naharjo Klau, CMF, segera bergandeng tangan dengan misi Claretian di Tanah Borneo, Paroki Sta. Maria Immakulata Wayun, Palu Rejo. Fr. Agustinus Djeramu, CMF, bersiap menatap misi Claretian di Tanjung Balai, Paroki St. Mikael. Fr. Silvestre Antonio Pereira, CMF, kembali mengolah misi di Seminari Hati Maria, Kupang. Dan Fr. Lukas Benevides, CMF, melanjutkan karya menyemai bibit panggilan Claretian di Pra Novisiat Claretian, Kupang. Semoga Roh Kudus selalu menyertai perjalanan misi mereka. (Frs. E. D. Koten & R.M. Paing, CMFF – Skolastikat Claretian Yogyakarta)
In this extraordinary Missionary month of October, we enter the 150th year of the completion of the mission of Father Claret on earth. The official inauguration of the anniversary of his call to heaven is envisaged on 25th January in Santiago de Chile together with all the Major Superiors during the celebration of the 150th year of the arrival of Claretian Missionaries to the “young vine” of America. The conclusion of the Jubilee year would be in Vic on 24th October 2020. However, we shall take off from this special missionary month to prepare a meaningful period of internalization of the missionary spirit of our Founder. I urge you to make use of the program of the spiritual itinerary prepared by the General Prefecture of Spirituality to grow closer to our Founder and nurture the missionary spirit that we too have received. How exciting it is for us to think of ourselves as those, in the words of Father Claret, “whom the Lord had given the same spirit that motivated me” (Aut 489). Without this spirit, we may make lot of noise, but not God’s voice for his people like our Founder.
On 24th October 1870 at 8.45 am, our Founder was called to his heavenly abode. The touching description of his last days by Father James Clotet shows how deep was his intimacy with the Lord. Our Founder, a naturally endowed designer, teaches us the beauty of living for the Lord and the art of dying in the Lord. His long-desired goal of shedding his blood for the love of Jesus and Mary and of sealing the truths of the Gospel with the very blood of his veins (Aut 577) was realized in a mystical way in his last days in exile in Fontfroide in France.
Our Founder has left us two beautiful gems that reveal the core of his life. In this jubilee year, we shall nurture our life and mission each day from them. We will do well to have them inscribed in our hearts to imitate his faithfulness to the Lord and keep them written in our rooms as a mirror reminder.
The first is the apostolic prayer of our Founder which declares the mission of his life.
“O my God and my Father, may I know you and make you known; love you and make you loved; serve you and make you served; praise you and make all creatures praise you. Grant, my Father, that all sinners be converted, all the just persevere in grace, and all of us attain to eternal glory. Amen.”
The second is the definition of the missionary which is the best description of his own life and a program of holiness that he has left to us:
A Son of the Immaculate Heart of Mary is a man on fire with love, who spreads its flames wherever he goes. He desires mightily and strives by all means possible to set the whole world on fire with God’s love. Nothing daunts him; he delights in privations, welcomes work, embraces sacrifices, smiles at slander, and rejoices in suffering. His only concern is how he can best follow Jesus Christ and imitate Him in working, suffering, and striving constantly and single-mindedly for the greater glory of God and the salvation of souls.
I hesitate to add anything to these spiritual jewels by way of comment or explanation. What is important is to fan the fire of God’s love within us by being close to our Founder. Father Claret’s life testifies that the flame of God’s love spreads wherever a missionary goes, be it to a village or a town, to distant island or to a royal palace. It is the fire, unlike other passions, that goes on burning without burning us out.
Let us keep returning to the spiritual treasures of our Founder to draw apostolic force to be truly God’s mission in the world.
I wish the whole Claretian Family, friends and lovers of our Founder a very joyful feast of St. Anthony Mary Claret.